Bencimu Pecah Kasihku Tumpah
jemarimu menggoreskan garis
sebuah rumah mengabur dalam gerimis
ada burung terbang dua-dua
satu jantan satu betina
menukik dalam angan kita
akh akh bencimu pecah
kasihku tumpah.
1975
Analisis Puisi:
Puisi "Bencimu Pecah Kasihku Tumpah" karya Rusli A. Malem merupakan potret puitis tentang pergulatan emosi dalam hubungan yang dilanda konflik. Meskipun hanya terdiri dari 1 bait dan 7 baris, puisi ini mampu menghadirkan ketegangan batin, percikan rasa, dan simbol-simbol penuh makna. Dengan pilihan kata yang padat dan penuh citraan, penyair menghadirkan gambaran yang kuat mengenai hubungan yang retak namun penuh kenangan.
Tema
Tema utama dari puisi ini adalah perpisahan dalam hubungan cinta, terutama ketika dua perasaan bertentangan—benci dan kasih—beradu dalam satu ruang batin. Penyair tidak hanya menyentuh soal cinta yang kandas, tetapi juga menggambarkan benturan emosional antara dua hati yang pernah saling mengisi.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa sebuah hubungan tidak hanya berakhir karena hilangnya cinta, tapi bisa juga karena membuncahnya emosi negatif seperti benci, yang memecah keseimbangan perasaan. Kalimat penutup “bencimu pecah / kasihku tumpah” menjadi simbol dari momen emosional di mana dua jiwa yang dulu saling terikat kini melepas ikatan dengan cara yang bertolak belakang.
Puisi ini juga menyiratkan bahwa ketulusan cinta tetap bisa ada bahkan saat ditinggalkan atau dikhianati—bahwa satu pihak mungkin masih memberi, saat yang lain telah membenci.
Unsur Puisi
Beberapa unsur puisi yang tampak dalam karya ini antara lain:
- Diksi: Pilihan kata-kata seperti jemarimu, gerimis, burung, menukik, hingga pecah dan tumpah memuat kekayaan makna dan emosi dalam kesederhanaannya.
- Larik dan bait: Struktur 1 bait 7 baris membuat puisi ini terasa sebagai satu tarikan napas penuh letupan rasa.
- Tipografi: Baris pendek dan bentuk visual puisi ikut menciptakan ritme yang lambat di awal, lalu mendadak tajam dan intens di dua baris terakhir.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang mengenang hubungan yang sudah berubah bentuk—dari hangat menjadi dingin, dari cinta menjadi kebencian. Ada jejak kenangan yang samar, seperti rumah yang mengabur dalam gerimis dan burung-burung terbang berpasangan, yang mencerminkan kebersamaan masa lalu.
Namun, dalam klimaks puisi, terlihat bahwa hubungan itu kini retak: satu pihak menyimpan kebencian ("bencimu pecah"), dan yang lain masih mencurahkan kasih ("kasihku tumpah"). Ini adalah narasi tentang kehilangan dan tidak seimbangnya perasaan dalam cinta.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini adalah melankolis dan getir. Awalnya, suasana terasa lembut dan reflektif, seperti saat seseorang menelusuri memori dalam hujan. Namun di akhir, suasana berubah menjadi intens dan penuh ledakan emosi. Dari tenang menuju patah, dari rindu menuju luka.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang bisa ditangkap dari puisi ini adalah bahwa dalam setiap hubungan, tidak semua cinta berakhir dengan kebahagiaan. Ada kalanya cinta dan benci berdampingan, dan masing-masing memiliki cara berbeda dalam merespons perpisahan. Penyair seolah ingin menyampaikan bahwa ketulusan tidak selalu mendapatkan balasan yang sama, tetapi tetap layak dirayakan sebagai bentuk keikhlasan.
Imaji
Puisi ini menyuguhkan imaji visual dan emosional yang kuat:
- “jemarimu menggoreskan garis” → imaji visual yang menggambarkan seseorang yang sedang menciptakan batas atau menandai sesuatu, mungkin metafora dari mengakhiri atau membuat keputusan.
- “rumah mengabur dalam gerimis” → imaji rumah sebagai simbol cinta atau kenangan, yang kini mulai hilang dalam suasana sendu.
- “burung terbang dua-dua” → simbol pasangan, kebersamaan yang pernah ada.
- “menukik dalam angan kita” → gambaran yang melukiskan harapan dan impian yang pernah sama-sama dibagi.
Majas
Beberapa majas yang dominan dalam puisi ini:
Metafora:
- “rumah mengabur dalam gerimis” → rumah sebagai simbol kenangan atau hubungan.
- “bencimu pecah / kasihku tumpah” → metafora emosional untuk menggambarkan meledaknya perasaan.
Personifikasi:
- “jemarimu menggoreskan garis” → jari-jari digambarkan memiliki niat dan kuasa, seolah bertindak aktif secara simbolik.
Repetisi dan aliterasi:
- Pemilihan bunyi "akh akh" menciptakan efek emosional yang dramatis.
Puisi “Bencimu Pecah Kasihku Tumpah” adalah karya pendek namun menyentuh, yang menyuarakan gejolak emosi saat cinta dan benci bersentuhan. Lewat simbol-simbol yang lembut tapi menusuk, puisi ini mengajak kita merenungkan bahwa cinta tidak selalu sejajar dan tidak selalu berakhir bahagia.
Dengan teknik puitik yang tajam, suasana yang mendalam, dan pemilihan diksi yang cermat, Rusli A. Malem berhasil menyampaikan lirihnya perasaan manusia dalam konflik cinta. Barangkali, ini adalah potret kecil dari banyak kisah yang tak selesai—di mana seseorang masih mencinta, bahkan ketika yang lain memilih membenci.
Puisi: Bencimu Pecah Kasihku Tumpah
Karya: Rusli A. Malem
Biodata Rusli A. Malem:
- Rusli A. Malem lahir pada tanggal 27 November 1942 di desa Lhok Nibong, Aceh.