Boneka Mainan
Boneka mainan yang dibeli tadi pagi, sekarang
sudah rusak dan teronggok dalam gudang tidak
bisa jalan karena copot kakinya.
Dalam tidur aku bermimpi, boneka itu terpincang-
pincang menuju pintu, menutupnya dari luar
dan membakar gudang.
Pagi hari ketika bangun, kuambil boneka itu
dan kulemparkan dalam api.
Tak ada gunanya engkau menangis!
1975
Sumber: Horison (April, 1977)
Analisis Puisi:
Puisi “Boneka Mainan” karya Adri Darmadji Woko adalah puisi pendek, hanya satu bait sembilan baris, namun menyimpan kekuatan dramatik dan psikologis yang dalam. Sekilas, puisi ini tampak seperti kisah sederhana tentang boneka yang rusak. Namun dengan penggalan mimpi yang menyeramkan dan tindakan penuh emosi di akhir, puisinya menjelma menjadi narasi tentang kenangan, trauma, dan pelepasan yang simbolik.
Tema
Tema utama puisi ini adalah trauma dan pelampiasan emosi terhadap kenangan atau simbol masa lalu yang menyakitkan. Boneka mainan dalam puisi bukan sekadar objek rusak, melainkan metafora dari sesuatu yang lebih besar — mungkin kenangan masa kecil, hubungan yang gagal, atau kerapuhan emosional yang menimbulkan ketakutan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini sangat kuat. Boneka bukan hanya mainan; ia bisa menjadi simbol:
- Kenangan lama yang tampak indah saat dibeli (masa lalu yang manis), namun berakhir rusak dan dilupakan.
- Sesuatu atau seseorang yang pernah dicintai, namun kemudian mengecewakan, bahkan menjadi “ancaman” secara batin.
- Ketakutan bawah sadar, yang muncul dalam bentuk mimpi: boneka yang bangkit, terpincang-pincang, menutup pintu dan membakar gudang — seolah menyampaikan kecemasan tersembunyi yang tidak tuntas.
Ketika penyair menuliskan “Tak ada gunanya engkau menangis!”, ini terdengar seperti puncak kemarahan atau keputusan akhir yang dingin: tidak ada ruang untuk nostalgia, hanya tindakan final untuk membebaskan diri.
Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh yang membeli boneka, namun ketika boneka itu rusak, ia mengalami mimpi mengerikan tentang boneka tersebut yang "hidup" dan membakar gudang. Ketakutan dari mimpi itu membuat si tokoh, setelah bangun pagi, membakar boneka secara nyata — sebagai bentuk respon terhadap kegelisahan yang menumpuk.
Cerita ini menjadi metafora untuk pelepasan atau pemusnahan terhadap beban emosi atau simbol masa lalu yang menyakitkan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini sangat gelap, intens, dan penuh ketegangan. Mulai dari narasi awal yang netral, berubah menjadi mimpi buruk yang menegangkan, hingga klimaks emosional di pagi hari yang ditutup dengan tindakan destruktif. Ada perasaan:
- Takut
- Marah
- Kesal
- Frustrasi
- Dan juga dingin serta kehilangan empati
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini membawa amanat bahwa:
- Tidak semua kenangan pantas dipertahankan, terutama jika mereka menjadi sumber kegelisahan atau ketakutan.
- Ada saatnya untuk membuang, melepaskan, bahkan membakar masa lalu agar seseorang bisa kembali tenang.
- Jangan terlalu terikat pada sesuatu hanya karena pernah menyukainya, karena ia bisa berubah menjadi beban psikologis jika tidak ditangani.
Mungkin juga menyiratkan bahwa dalam menghadapi trauma atau kecemasan, seseorang bisa mengambil tindakan ekstrem agar merasa aman kembali.
Unsur Puisi
Beberapa unsur penting dalam puisi ini antara lain:
- Diksi: Kata-kata seperti teronggok, terpincang-pincang, membakar, dan menangis memberikan kesan visual dan emosional yang kuat.
- Simbolisme: Boneka mewakili sesuatu yang lebih besar dari sekadar mainan.
- Konflik batin: Terlihat dari mimpi hingga tindakan membakar boneka.
- Monolog internal: Baris terakhir seperti dialog kepada diri sendiri atau kepada boneka yang diam namun seolah hidup.
Imaji
Puisi ini sarat dengan imaji visual dan emosional:
- Boneka rusak dan teronggok dalam gudang → membentuk kesan visual yang muram dan usang.
- Boneka terpincang-pincang, menutup pintu, lalu membakar gudang → citraan mimpi buruk yang intens dan sinematik.
- Melempar boneka ke dalam api → tindakan yang penuh gairah emosional dan destruksi.
- “Tak ada gunanya engkau menangis!” → imaji psikologis tentang pemutusan emosi atau simpati.
Majas
Beberapa majas yang tampak:
- Personifikasi: Boneka digambarkan bisa berjalan, menutup pintu, bahkan membakar — padahal ia benda mati.
- Metafora: Boneka sebagai simbol kenangan atau trauma.
- Ironi: Mainan yang seharusnya membawa kegembiraan justru menjadi sumber ketakutan dan kehancuran.
- Hiperbola: Gambaran dalam mimpi sangat dramatis dan berlebihan, tapi justru memperkuat kesan psikologis.
Puisi "Boneka Mainan" karya Adri Darmadji Woko adalah puisi pendek namun mengguncang. Dengan metafora sederhana, ia menyampaikan pesan mendalam tentang trauma, pelepasan, dan konflik batin. Boneka bukan sekadar objek, melainkan simbol dari sesuatu yang pernah berharga, namun berubah menjadi momok dalam ingatan. Melalui imaji kuat dan suasana intens, puisi ini menyentuh sisi terdalam psikologi manusia dalam menghadapi masa lalu yang membebani.
Jika kita pernah merasa ingin membuang sesuatu yang dulu kita cintai karena telah melukai, puisi ini berbicara tepat kepada sisi itu dalam diri kita.
Karya: Adri Darmadji Woko
Biodata Adri Darmadji Woko:
- Adri Darmadji Woko lahir pada tanggal 28 Juni 1951 di Yogyakarta.
