Bukit Misteri
Hari kian berganti
Waktu t'rus berlalu
Namun aku masih ada di bukit misteri ini
Untuk menyulam seuntaian kisah tentang aku yang berjubah
Jubah hitam bertaburan kasih dibaluti dengan spirit yang memikat dan menarik untuk aku hidupi
Devosi kepada Sang Perawan, hidup dalam persaudaraan, dan siap untuk meniadi pelayan manusia
Spirit inilah yang aku harus hidupi dalam mencintai dan melayani sesama
Sehingga melayani sesama tanpa memilih dan menyilih antara yang kaya dan yang miskin
Aku belajar untuk mencintai semua bukan sebagian
Aku dipanggil bukan untuk berkuasa tetapi untuk melayani
2023
Analisis Puisi:
Puisi berjudul "Bukit Misteri" karya Okto Son merupakan sebuah refleksi spiritual yang kuat, penuh nuansa religius, dan menawarkan permenungan eksistensial. Melalui ungkapan-ungkapan puitis yang kental dengan simbol keagamaan, puisi ini membawa pembaca menyelami arti hidup dalam pelayanan, dedikasi, dan kasih yang universal. Di tengah pergulatan waktu dan perubahan hari, sosok penyair tetap berdiri di “bukit misteri”, seolah menjadi simbol dari tempat permenungan dan pemaknaan hidup yang lebih tinggi.
Tema
Puisi ini memiliki tema yang berakar pada pengabdian spiritual, kasih universal, dan pelayanan kepada sesama. Tema tersebut terjalin erat dalam struktur puisi yang mengangkat pengalaman religius sebagai dasar hidup. Jubah hitam, spirit kasih, dan devosi kepada Sang Perawan adalah penanda dari kehidupan religius yang dijalani dengan komitmen, keikhlasan, dan tujuan yang mulia.
Puisi ini bercerita tentang seorang individu—mungkin biarawan, rohaniwan, atau pelayan umat—yang merenungkan perjalanan hidupnya di sebuah tempat yang disebut "bukit misteri". Bukit ini tampaknya menjadi metafora dari tempat perenungan, kontemplasi, dan perjumpaan dengan panggilan hidup. Di sana, ia menyulam kisah hidupnya sebagai seseorang yang mengenakan jubah hitam—simbol identitas religius—dan menjadikan kasih serta semangat pelayanan sebagai nilai utama dalam kesehariannya.
Penyair menegaskan bahwa ia menjalani hidup bukan untuk berkuasa, melainkan untuk mencintai dan melayani semua orang tanpa pandang bulu. Ini menampilkan semangat egaliter yang tinggi, di mana cinta tidak dipilah-pilih antara si kaya atau si miskin.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini sangat kaya dan mendalam. Salah satunya adalah bahwa hidup religius bukan sekadar identitas simbolik, tetapi harus menjadi praktik nyata dalam mencintai dan melayani tanpa batas. Puisi ini menunjukkan bahwa panggilan hidup sejati bukanlah untuk menguasai atau menjadi yang paling tinggi, melainkan hadir bagi orang lain, terutama yang membutuhkan.
Selain itu, puisi ini juga menyiratkan bahwa setiap manusia dipanggil untuk hidup dengan kesadaran spiritual yang tinggi, menjadikan cinta dan persaudaraan sebagai jalan utama untuk menjalani kehidupan. Keteguhan hati untuk terus berada di "bukit misteri" menandakan proses batin yang tidak instan, namun penuh perjuangan dan keheningan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa khusyuk, tenang, dan kontemplatif. Ada rasa keheningan mendalam yang ditampilkan, sebagaimana seseorang yang sedang berdialog dengan dirinya sendiri dan Tuhannya di tempat yang sunyi. Bukit misteri bukan hanya lokasi fisik, tapi juga ruang spiritual tempat jiwa manusia bersentuhan dengan panggilan hidup.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Pesan yang sangat jelas dari puisi ini adalah pentingnya mencintai dan melayani sesama tanpa syarat. Dalam dunia yang sering kali diwarnai oleh kesenjangan sosial dan egoisme, puisi ini mengajak pembaca untuk hidup dengan semangat kasih, kerendahan hati, dan ketulusan dalam memberi. Melayani bukan hanya kewajiban, tapi juga cara manusia mengaktualisasikan cintanya secara konkret.
Puisi ini juga mengajarkan bahwa hidup bukan tentang status atau kekuasaan, melainkan tentang kesediaan untuk hadir bagi orang lain secara utuh dan setara. Ini adalah ajaran universal yang melampaui batas agama dan ideologi.
Imaji
Puisi ini memunculkan imaji visual dan emosional yang kuat, terutama pada bagian:
“Jubah hitam bertaburan kasih dibaluti dengan spirit yang memikat…”
Frasa ini menghadirkan gambaran visual tentang sosok dengan pakaian religius yang diselimuti aura kasih dan spiritualitas. Selain itu, bagian:
“Aku masih ada di bukit misteri ini…”
membangkitkan imaji tentang seseorang yang berada dalam kesunyian alam, menyendiri untuk memahami lebih dalam tentang misinya di dunia.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas yang memperindah dan memperdalam makna, di antaranya:
- Metafora: “Bukit misteri” adalah metafora dari tempat permenungan atau tempat batin di mana seseorang menemukan makna hidupnya.
- Personifikasi: “Jubah hitam bertaburan kasih” memberi nyawa pada jubah sebagai penanda bahwa bahkan pakaian pun dapat menjadi simbol cinta.
- Paralelisme: Beberapa baris puisi menggunakan pola pengulangan frasa “aku…” dan “untuk…” untuk menegaskan niat dan komitmen penyair dalam hidupnya.
Puisi "Bukit Misteri" karya Okto Son adalah refleksi spiritual yang menyentuh dan menggugah. Dengan bahasa yang puitis namun lugas, puisi ini mengangkat pesan moral yang tinggi tentang cinta, pengabdian, dan pelayanan kepada sesama. Di tengah dunia yang semakin individualistik, puisi ini seakan hadir sebagai pengingat bahwa panggilan hidup bukanlah soal kuasa, melainkan soal seberapa jauh kita bisa mengasihi dan melayani dengan tulus.
Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk merenung: Apakah kita sudah cukup mencintai tanpa memilih? Apakah hidup kita telah menjadi bukti dari pelayanan yang sejati?
