Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Cincin Pemberian Ibu (Karya Emi Fauziati)

Puisi “Cincin Pemberian Ibu” karya Emi Fauziati mengajarkan nilai moral penting: menghargai kasih ibu, memahami maknanya, dan menjadikannya pedoman ..

Cincin Pemberian Ibu


Ibu kauberikan cincin
Melingkar di jari
Tanda cinta kasih

Cincin kehidupan
Yang menuntun langkah
Menuju kemandirian

Stroberi
Tumbuh dalam pot
Dedaunan rindang menghijau
Sulur menjulur
Mencari pijak

Sumber: Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018)

Analisis Puisi:

Puisi berjudul “Cincin Pemberian Ibu” karya Emi Fauziati merupakan salah satu karya yang sarat makna dalam kumpulan puisi anak Surat dari Samudra. Meski ditulis dengan gaya bahasa sederhana dan lembut, puisi ini mengandung pesan mendalam tentang kasih sayang, bimbingan, dan nilai kehidupan yang diwariskan seorang ibu kepada anaknya. Melalui simbol “cincin” dan perumpamaan alam seperti “stroberi” dan “sulur menjulur”, penyair berhasil menggabungkan kehangatan keluarga dengan nilai moral yang universal.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kasih sayang dan bimbingan seorang ibu kepada anaknya.

Cinta seorang ibu tidak hanya diungkapkan dalam bentuk kasih secara emosional, tetapi juga dalam wujud simbolik berupa “cincin” — sebuah tanda keabadian dan ikatan yang tidak terputus. Tema ini menggambarkan hubungan batin yang dalam antara ibu dan anak, di mana kasih ibu menjadi dasar pembentukan kemandirian anak dalam menapaki kehidupan.

Puisi ini juga menyinggung tema pertumbuhan dan kemandirian, yang tercermin pada bagian kedua saat penyair menyebut “Cincin kehidupan / Yang menuntun langkah / Menuju kemandirian”. Artinya, kasih sayang ibu bukanlah sesuatu yang membuat anak bergantung selamanya, tetapi justru menjadi bekal untuk tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mandiri.

Puisi ini bercerita tentang seorang anak yang menerima cincin dari ibunya sebagai simbol kasih sayang dan nasihat hidup.

Cincin itu bukan hanya perhiasan, tetapi menjadi lambang perjalanan hidup, petunjuk moral, dan doa seorang ibu agar anaknya kelak mampu berdiri sendiri.

Pada bagian awal, penyair menulis:

“Ibu kauberikan cincin / Melingkar di jari / Tanda cinta kasih”

Bait ini menggambarkan momen sederhana tapi sarat makna — pemberian simbolik yang menandakan kelekatan dan cinta abadi seorang ibu kepada anaknya. Sementara pada bait kedua:

“Cincin kehidupan / Yang menuntun langkah / Menuju kemandirian”

tercermin bagaimana kasih ibu menjadi sumber kekuatan moral. Ia tidak hanya memberi kasih, tetapi juga menanamkan nilai untuk menjadi mandiri, tegar, dan bijaksana menghadapi kehidupan.

Bagian akhir puisi, yang memuat perumpamaan tentang stroberi yang tumbuh di pot dengan “sulur menjulur mencari pijak”, menjadi alegori lembut tentang pertumbuhan. Anak diibaratkan tanaman yang mulai tumbuh, mencari tempat berpijak sendiri, tetapi tetap berakar dari kasih ibu.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa cinta ibu adalah dasar kehidupan yang menumbuhkan kemandirian dan kebijaksanaan anak.

Cincin di jari tidak hanya menjadi simbol kasih, tetapi juga melambangkan kehidupan yang berputar, berulang, dan menyatu dengan nilai-nilai yang diwariskan ibu.

Selain itu, metafora stroberi yang tumbuh dalam pot mengandung makna tersirat tentang pertumbuhan anak dalam bimbingan dan batas kasih sayang ibu. Pot menggambarkan ruang aman yang disediakan oleh ibu, tempat anak belajar tumbuh. Namun, ketika “sulur menjulur mencari pijak”, itu menandakan bahwa pada akhirnya anak harus menemukan jalannya sendiri di luar perlindungan itu.

Puisi ini mengajarkan keseimbangan antara kasih dan kemandirian — bahwa cinta sejati seorang ibu bukan sekadar melindungi, tetapi juga melepaskan dengan doa dan kepercayaan.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji visual yang lembut dan menenangkan, khas karya sastra anak.
  • Imaji tentang “cincin melingkar di jari” menampilkan kehangatan dan kedekatan emosional antara ibu dan anak.
  • Imaji “stroberi tumbuh dalam pot” menggambarkan suasana alami, penuh warna, sekaligus menjadi lambang pertumbuhan dan kehidupan baru.
  • Imaji “sulur menjulur mencari pijak” menghadirkan gerak yang lembut, menggambarkan proses pencarian jati diri — anak yang mulai menapaki dunia dengan langkahnya sendiri.
Imaji-imaji ini memberi kesan visual dan emosional yang kuat, membuat pembaca, terutama anak-anak, dapat “melihat” dan “merasakan” kasih dalam bentuk konkret dan alamiah.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – pada baris “Cincin kehidupan / Yang menuntun langkah / Menuju kemandirian”, cincin diibaratkan kehidupan itu sendiri, yang memandu arah perjalanan seseorang.
  • Personifikasi – tampak pada baris “Sulur menjulur / Mencari pijak”, di mana sulur digambarkan seolah-olah memiliki kehendak untuk mencari tempat berpijak seperti manusia mencari arah hidup.
  • Simbolisme – penggunaan kata “cincin” dan “stroberi” bukan sekadar benda nyata, tetapi simbol dari cinta, pertumbuhan, dan proses pendewasaan.
Dengan majas-majas tersebut, puisi terasa lembut namun bermakna dalam, mengajak pembaca merenung tanpa kehilangan kesederhanaan gaya bahasa khas puisi anak.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat dari puisi “Cincin Pemberian Ibu” adalah bahwa kasih sayang seorang ibu menjadi bekal bagi anak untuk tumbuh menjadi pribadi mandiri dan bijak.

Cinta yang tulus bukan berarti mengekang, tetapi membimbing. Melalui simbol cincin dan stroberi, penyair menyampaikan bahwa setiap anak tumbuh dalam kasih dan doa ibunya, dan dari sanalah lahir keberanian untuk melangkah di kehidupan yang luas.

Puisi ini juga mengajarkan nilai moral penting: menghargai kasih ibu, memahami maknanya, dan menjadikannya pedoman hidup.

Puisi “Cincin Pemberian Ibu” karya Emi Fauziati adalah contoh indah bagaimana sastra anak dapat menjadi sarana menanamkan nilai kasih, kemandirian, dan penghargaan terhadap peran ibu.

Dengan tema kasih sayang dan pertumbuhan, makna tersirat yang mendalam, serta didukung oleh imaji lembut dan majas simbolik, puisi ini menghadirkan pengalaman emosional yang kaya namun tetap mudah dipahami anak-anak.

Cincin dalam puisi ini bukan sekadar perhiasan — ia adalah lingkar kasih yang menyatukan hati ibu dan anak dalam siklus kehidupan, menuntun dari masa kecil yang lembut menuju kedewasaan yang penuh makna.

Emi Fauziati
Puisi: Cincin Pemberian Ibu
Karya: Emi Fauziati

Biodata Emi Fauziati:
  • Dra. Hj. Emi Fauziati, lahir pada tanggal 10 Januari 1968 di Brebes.
  • Emi adalah penerima penghargaan lomba Karya Tulis Peningkatan IMTAQ Siswa tahun 2007 dan pemenang lomba penulis artikel Anti Hoax yang diselenggarakan oleh PGRI Jawa Tengah tahun 2017.
  • Selain itu, ia penulis novel Relung Kehidupan (2018) dan ikut menyumbangkan puisi ke dalam Antologi Puisi Guru (2018).
© Sepenuhnya. All rights reserved.