Analisis Puisi:
Puisi berjudul "Dari Kawan" karya Syu’bah Asa merupakan karya pendek namun sarat makna. Dengan hanya beberapa baris, penyair membawa pembaca pada renungan eksistensial yang dalam, penuh penyesalan, dan penuh kejujuran yang menyentuh. Meski singkat, puisi ini menyimpan berbagai kemungkinan penafsiran yang kaya. Melalui artikulasi sederhana dan suasana yang tenang namun menggugah, Syu’bah Asa menawarkan refleksi atas kehidupan personal—terutama relasi emosional seorang pria dengan istrinya.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah penyesalan dan introspeksi atas ketidakpekaan terhadap ketulusan orang terdekat—dalam hal ini, istri penyair atau tokoh "aku" dalam puisi. Puisi ini menggambarkan bagaimana seseorang dapat terhanyut dalam kenyamanan dan kenikmatan sesaat, namun justru saat itulah ia tersadar akan ketulusan yang selama ini luput ia kenang.
Tema lainnya yang bisa dibaca secara lebih dalam adalah konflik batin dan kejujuran emosional, di mana seseorang dihadapkan pada kenyataan bahwa ia selama ini tidak cukup menghargai kasih sayang orang yang mencintainya dengan tulus.
Puisi ini bercerita tentang sejenak momen reflektif seorang pria—kemungkinan saat sedang berada di hotel bersama seseorang selain istrinya—yang tiba-tiba tersadar betapa ia tidak pernah benar-benar mengenang atau menghargai ketulusan hati sang istri. Momen ini terjadi "ketika sofa mendenyut", suatu gambaran sensual atau kenyamanan jasmani yang justru memicu rasa bersalah dan kesadaran batin.
Narasi semacam ini memperlihatkan kontras antara kenikmatan fisik dengan penderitaan batin. Ada dimensi personal yang sangat kuat, namun juga membuka ruang bagi pembaca untuk menafsirkan dalam konteks sosial dan moral yang lebih luas.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa sering kali manusia menyadari nilai seseorang yang mencintainya justru ketika mereka berada jauh dari orang tersebut atau ketika melakukan hal yang bertentangan dengan nurani mereka. Dalam konteks ini, tokoh dalam puisi mungkin sedang melakukan perselingkuhan atau berada dalam situasi yang tidak seharusnya, dan justru saat itulah ia mengingat kembali kebaikan dan ketulusan hati istrinya.
Ada rasa sesal, ada luka yang dipendam dalam diam, dan ada pengakuan batin bahwa ia tidak pernah cukup mengenang atau mensyukuri kebaikan itu. Puisi ini dengan lembut mengajak pembaca untuk merenung tentang nilai-nilai kesetiaan, penghargaan terhadap pasangan, dan pentingnya menyadari perasaan orang lain sebelum terlambat.
Imaji
Puisi ini menyuguhkan imaji yang halus namun kuat. Frasa "ketika sofa mendenyut" adalah contoh imaji yang menggugah. Kata “mendenyut” biasanya digunakan untuk menggambarkan denyut nadi atau perasaan yang hidup. Dalam konteks ini, sofa—sebuah benda mati—digambarkan seperti memiliki denyut, seolah menjadi simbol kenikmatan jasmani atau gejolak emosional. Imaji ini membentuk gambaran ruang dan situasi yang senyap namun intim.
Kemudian, frasa “di bawah kami / di hotel itu” memperkuat kesan ruang privat, penuh rahasia, dan mungkin menandakan peristiwa yang tidak seharusnya terjadi. Imaji ini membangun suasana batin tokoh yang tampaknya sedang berada dalam perselingkuhan, tetapi di saat itu pula muncul kesadaran akan sosok istri yang tulus.
Majas
Dalam puisi ini, terdapat penggunaan majas personifikasi dalam frasa “sofa mendenyut”. Sofa digambarkan seolah hidup dan memiliki denyut seperti makhluk hidup, yang memberi kesan suasana batin yang tak tenang, penuh kegelisahan, atau bahkan berdetak seperti jantung yang menyimpan rahasia dan ketegangan.
Majas ini sangat efektif untuk membangun kesan bahwa suasana dalam puisi bukanlah suasana yang damai, melainkan ruang yang memicu kesadaran moral dan emosi yang tersembunyi.
Puisi "Dari Kawan" karya Syu’bah Asa adalah puisi pendek yang membuka ruang perenungan panjang. Ia menyodorkan potret kejujuran batin yang mungkin jarang dibicarakan secara terbuka—penyesalan atas cinta yang tak pernah benar-benar dihargai. Tema penyesalan, makna tersirat tentang ketulusan yang terlupakan, serta penggunaan imaji dan majas yang halus namun tajam, menjadikan puisi ini kaya untuk ditafsirkan secara emosional dan filosofis.
Melalui sajak ini, Syu’bah Asa seperti mengingatkan pembaca bahwa sering kali kesadaran akan ketulusan cinta datang terlambat—muncul justru saat kita berada dalam situasi yang paling bertentangan dengan nurani. Dan mungkin, seperti tokoh dalam puisi ini, kita semua pernah luput mengenang ketulusan hati orang yang diam-diam mencintai kita sepenuh jiwa.
Puisi: Dari Kawan
Karya: Syu’bah Asa
Biodata Syu’bah Asa:
- Syu’bah Asa lahir di Pekalongan, Jawa Tengah pada tanggal 21 Desember 1941.
- Syu’bah Asa meninggal dunia di Pekalongan, Jawa Tengah pada tanggal 24 Juli 2010 (pada usia 69 tahun).