Analisis Puisi:
Puisi "Di Sini Rumah Kekasih" karya A. Rahim Eltara hadir sebagai karya pendek namun padat makna. Melalui larik-larik sederhana, penyair menyusun sebuah ruang kontemplatif yang mengandung kedalaman spiritual, kedamaian, dan cinta yang melampaui sekadar hubungan manusia. Ini adalah puisi yang menjanjikan makna luas dari bentuknya yang ringkas.
Tema
Tema utama puisi ini adalah cinta dan spiritualitas. Penyair tidak semata-mata mengungkapkan cinta antar-manusia, tetapi juga mengaitkannya dengan hubungan spiritual yang intim, seolah cinta yang dimaksud adalah cinta yang suci dan transenden. Rumah Kekasih di sini bisa dimaknai sebagai rumah Tuhan, rumah ketenangan, atau tempat cinta sejati bersemayam.
Makna Tersirat
Secara makna tersirat, puisi ini merefleksikan hubungan batin manusia dengan Yang Ilahi, atau dengan semesta yang menyimpan kedamaian. Frasa "rumah kekasih" bukan hanya tempat fisik, melainkan ruang batin di mana cinta dan iman bersemayam.
Baris “Aku bercinta dalam keyakinan / Sujud dalam iman” menunjukkan bahwa cinta yang dimaksud bukan semata cinta jasmani, melainkan bentuk tertinggi dari cinta yang menyatu dengan keimanan. Maka cinta di sini menjadi cara menyatu dengan keyakinan dan ketenangan spiritual.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang berada dalam "rumah kekasih", sebuah tempat simbolis yang dipenuhi dengan pengalaman eksistensial yang mendalam. Siang hari diisi dengan menanak matahari — sebuah metafora kegiatan dan produktivitas — sementara malam digunakan untuk merenung, melihat bintang, dan bercengkerama dengan semesta.
Kemudian, tokoh dalam puisi mengalami relasi emosional dan spiritual dengan unsur alam: angin, dingin, malam, hingga menuju sujud dalam iman. Ini menggambarkan perjalanan batin yang tenang, mendalam, dan khusyuk.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa tenang, damai, dan kontemplatif. Tak ada kegelisahan atau konflik. Justru yang muncul adalah keseimbangan antara aktivitas duniawi dan renungan spiritual, antara hangatnya cinta dan dinginnya malam. Kehadiran kata-kata seperti "bercengkerama", "bercumbu", dan "sujud" menunjukkan suasana yang penuh keintiman dan ketundukan, baik secara emosional maupun spiritual.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Amanat dari puisi ini bisa ditarik dari baris terakhir: “Di sini / Rumah Kekasih / Penuh cinta.” — menyiratkan bahwa dalam rumah yang dipenuhi cinta, manusia bisa mencapai keseimbangan antara hidup lahir dan batin. Pesan pentingnya adalah: temukan tempat (baik secara fisik maupun batin) yang menghadirkan cinta dan iman, karena di sanalah manusia bisa benar-benar utuh dan damai.
Puisi ini juga mengajarkan bahwa cinta sejati bukan sekadar hasrat, tetapi juga tindakan spiritual: sujud, keyakinan, dan kebersamaan dengan semesta.
Imaji
Puisi ini menyimpan imaji yang kaya meski dengan larik yang sangat ekonomis:
- “Siang kita menanak matahari” – menampilkan imaji puitik yang kuat. Matahari dimasak seolah nasi, melambangkan kerja, kehangatan, dan kehidupan.
- “Malam kita menghitung bintang” – membentuk imaji ketenangan dan keasyikan dalam merenung di bawah langit malam.
- “Bercumbu dengan dingin” – menciptakan rasa intim, padu antara tubuh dan udara malam.
- “Sujud dalam iman” – menekankan pada gambaran spiritualitas mendalam.
Imaji-imaji ini memadukan elemen alam dan spiritualitas, menghadirkan suasana batin yang tenang dan khusyuk dalam keterhubungan dengan Sang Kekasih (yang bisa dimaknai sebagai Tuhan atau cinta ilahiah).
Majas
Puisi ini juga memanfaatkan beberapa majas (gaya bahasa) untuk memperkaya makna dan suasana:
- Metafora – “menanak matahari” dan “menghitung bintang” adalah metafora untuk kegiatan sehari-hari yang disulap menjadi tindakan puitik. Juga “rumah kekasih” sebagai metafora bagi tempat cinta dan iman.
- Personifikasi – “bercumbu dengan dingin” mempersonifikasikan cuaca sebagai sosok yang bisa diajak berinteraksi secara emosional dan sensual.
- Repetisi – Pengulangan “Di sini / Rumah Kekasih” di awal dan akhir puisi memberi efek penegasan dan membingkai puisi dengan nuansa sakral.
- Hiperbola – “Sujud dalam iman” bisa dianggap sebagai hiperbola spiritual, melebihkan untuk memperkuat intensitas religiusitas.
Puisi "Di Sini Rumah Kekasih" karya A. Rahim Eltara adalah puisi pendek namun sarat makna tentang cinta, iman, dan kedamaian batin. Tema yang diangkat mencakup cinta spiritual, kontemplasi hidup, dan keseimbangan antara dunia dan batin. Imaji dan majas yang digunakan membuat puisi ini terasa hidup dan menyentuh pembaca di lapisan yang dalam.
Dengan kata-kata yang lembut namun kuat, puisi ini menyampaikan pesan bahwa cinta sejati adalah ketika manusia bisa bersatu dengan keimanan dan alam semesta, menemukan rumah dalam ketenangan spiritual yang penuh kasih.
Karya: A. Rahim Eltara