Ibu, Katanya?
Ibu...Ibu?
berita siang menutup hela nafasku
katanya, rahim ibuku tak seperti dulu.
katanya, ibuku membakar diri menutup luka
Katanya, katanya, dan katanya
kau sudah tak secantik dulu
Ibu…
ke mana keringat yang menjanjikannya ada.
buat apa kau dambakan asap yang menjadikannya tiada?
Ruteng, 23 Juli 2025
Analisis Puisi:
Puisi berjudul "Ibu, Katanya?" karya Karno Dentius Oce adalah karya pendek namun sarat makna yang menyentuh kedalaman rasa, kritik sosial, dan renungan eksistensial. Puisi ini menyampaikan suatu potret pilu tentang ibu—baik sebagai sosok personal maupun sebagai simbol kultural dan sosial. Dengan gaya bahasa yang lugas namun penuh ironi, penyair menggiring pembaca pada perenungan yang getir.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah penderitaan dan kehilangan martabat seorang ibu dalam realitas sosial yang menyakitkan. Ibu dalam puisi ini tidak hanya dimaknai sebagai sosok biologis, tetapi juga sebagai representasi dari tanah air, moralitas, dan nilai-nilai yang terkikis zaman. Ada rasa kecewa, sedih, dan kemarahan yang terpendam dalam bentuk pertanyaan dan keluhan yang menyayat.
Makna Tersirat
Di balik kata-kata yang tampak sederhana, puisi ini memuat makna tersirat tentang dekonstruksi nilai-nilai luhur yang sebelumnya dijunjung tinggi. Kata-kata seperti "rahim ibuku tak seperti dulu", "ibuku membakar diri", dan "kau sudah tak secantik dulu", mengandung metafora yang mencerminkan rusaknya kondisi moral, budaya, atau mungkin keadaan bangsa. Ada kesan bahwa sesuatu yang dahulu sakral dan penuh pengorbanan—seperti sosok ibu—telah ternoda oleh luka, perubahan, atau pengkhianatan.
Makna lainnya mengarah pada kerinduan akan keutuhan, namun yang tersisa hanya serpihan “katanya” — sebuah simbol bahwa kabar dan narasi tentang sang ibu telah kehilangan otoritas dan keaslian. Puisi ini menggambarkan keresahan batin yang dalam terhadap perubahan dan kehilangan nilai sejati.
Puisi ini bercerita tentang seorang anak atau penyimak yang menerima berita menyedihkan tentang sosok ibu yang tak lagi seperti dulu. Ibu dalam puisi ini tampak telah berubah, baik secara fisik maupun secara simbolis. Ada dugaan kuat bahwa ibu melakukan tindakan ekstrem ("membakar diri menutup luka") yang mengarah pada simbol perlawanan atau keputusasaan. Kisah ini menyiratkan luka kolektif, bukan sekadar tragedi personal.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa muram, getir, dan menyedihkan. Kalimat pembuka yang langsung menohok ("berita siang menutup hela nafasku") menunjukkan adanya guncangan besar. Sepanjang puisi, pembaca dibawa masuk ke dalam suasana penuh tanya, luka, dan kehilangan arah.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan dari puisi ini cukup kuat: jangan biarkan sosok yang dulu menjadi sumber kehidupan dan kekuatan—entah itu ibu secara literal, simbol kebajikan, atau tanah air—hancur oleh ketidakpedulian dan keputusasaan. Sang penyair seperti ingin membangkitkan kesadaran bahwa keringat dan pengorbanan yang dijanjikan dahulu tak seharusnya berakhir dalam kehampaan atau dilupakan dalam asap dan luka.
Puisi ini juga mengajak pembaca untuk menggugat narasi “katanya”—yakni desas-desus, kabar yang tak pasti, informasi tanpa verifikasi—yang bisa menghancurkan persepsi tentang orang atau hal yang kita cintai.
Imaji
Karno Dentius Oce menggunakan imaji yang kuat dan mengejutkan. Imaji "rahim yang tak seperti dulu", "membakar diri", dan "asap yang menjadikannya tiada" adalah gambaran visual yang menciptakan sensasi luka mendalam dan kekacauan batin. Imaji ini memberikan kesan dramatis dan penuh luka, membuat pembaca secara emosional terhubung dengan penderitaan yang digambarkan.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “Rahim ibuku tak seperti dulu” dan “asap yang menjadikannya tiada” adalah bentuk metafora yang menyamakan rahim ibu dengan kondisi yang telah berubah atau rusak karena luka dan penderitaan.
- Personifikasi: “berita siang menutup hela nafasku” memberi kesan bahwa berita memiliki kekuatan seperti makhluk hidup.
- Pertanyaan retoris: “buat apa kau dambakan asap yang menjadikannya tiada?” digunakan untuk menekankan ironi dan kemarahan, bukan untuk dijawab.
Puisi "Ibu, Katanya?" karya Karno Dentius Oce adalah puisi pendek namun sangat padat makna. Ia menggambarkan luka sosial, kehilangan makna luhur dari seorang ibu, dan kegelisahan terhadap kabar-kabar yang menghancurkan citra tentang kasih, pengorbanan, dan kebenaran. Dengan tema tentang penderitaan dan kehilangan, makna tersirat mengenai kehancuran nilai-nilai, imaji yang kuat, serta majas yang tajam, puisi ini layak mendapat ruang perenungan yang dalam. Amanat yang disampaikan adalah pentingnya menjaga dan menghormati sosok ibu—sebagai manusia, sebagai simbol, dan sebagai pengingat akan cinta yang tulus.
Karya: Karno Dentius Oce
Biodata Karno Dentius Oce:
- Karno Dentius Oce saat ini aktif sebagai mahasiswa, Program Studi Pendidikan Teologi, di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Ia sering menulis laporan jurnalistik di TribunFlores.com dan Floresa.co, juga bergabung dalam UKM Jurnalistik Kampus Unika St. Paulus Ruteng pada tahun 2025.