Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kepada Hadirin Sekalian (Karya Rahman Arge)

Puisi “Kepada Hadirin Sekalian” karya Rahman Arge bercerita tentang seseorang yang sedang dicari, namun dalam proses pencarian itu justru yang ...
Kepada Hadirin Sekalian

semakin engkau mencari aku
semakin orang lain engkau temukan
semakin orang lain engkau
semakin aku engkau rindukan

Makassar, 1970

Sumber: Horison (Mei, 1974)

Analisis Puisi:

Puisi “Kepada Hadirin Sekalian” karya Rahman Arge adalah sebuah renungan pendek yang mengandung kedalaman psikologis dan eksistensial. Dalam empat baris, penyair menghadirkan dinamika pencarian dan kerinduan yang tak pernah tuntas. Struktur puisi yang singkat dan bernada reflektif ini justru membuka ruang tafsir yang luas, menyentuh tema pencarian identitas, kehilangan, dan kerinduan.

Tema

Puisi ini mengangkat tema pencarian dan kerinduan, terutama dalam konteks relasi personal yang mengalami keterasingan. Semakin seseorang mencari figur “aku” dalam puisi, semakin ia justru menemukan "orang lain", yang berarti ada semacam kegagalan atau kemustahilan dalam proses pencarian jati diri atau sosok yang dicinta.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah paradoks dalam hubungan manusia, di mana pencarian yang intens justru bisa menjauhkan dari yang dicari. Puisi ini menggambarkan bagaimana kerinduan bisa tumbuh dari ketidakhadiran, dan bagaimana orang yang kita cari kadang justru makin tak terlihat dalam bayang-bayang orang lain.

Secara mendalam, puisi ini juga bisa dibaca sebagai kritik terhadap ketergesa-gesaan manusia dalam memahami kehadiran orang lain: bahwa "aku" sejati tidak selalu ditemukan lewat usaha yang keras, tapi mungkin melalui penghayatan yang tenang dan batiniah.

Unsur Puisi

  • Struktur: 1 bait, 4 baris dengan pola rima ABAB.
  • Bunyi: Kata-kata yang diulang (“semakin”) menciptakan efek musikal sekaligus tekanan emosional.
  • Pengulangan: Repetisi digunakan secara efektif sebagai penekanan makna, memberi intensitas psikologis pada setiap baris.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang sedang dicari, namun dalam proses pencarian itu justru yang ditemukan adalah sosok lain, hingga akhirnya tumbuh rindu pada yang tak bisa disentuh atau dihadirkan. Ini bukan hanya tentang orang, bisa juga tentang ide, memori, bahkan Tuhan atau diri sendiri—tergantung cara pembaca menafsir.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi adalah melankolis dan kontemplatif. Ada kesan sepi dan kebingungan yang samar-samar menyelimuti perasaan pembicara. Meskipun tidak ada kata-kata eksplisit tentang kesedihan, pola kata yang berulang dan tidak menemukan "aku" menciptakan atmosfer kehilangan yang halus.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kerinduan sering kali lahir dari jarak dan ketidakhadiran, dan dalam pencarian yang terlalu keras, kita bisa kehilangan arah dan justru makin jauh dari yang dicari. Kadang, “aku” yang dirindukan hanya hadir dalam diam atau dalam ketidakhadiran itu sendiri.

Imaji

Imaji dalam puisi ini bersifat abstrak dan psikologis, bukan visual. Namun tetap kuat: pembaca bisa merasakan perasaan gagal dalam pencarian, kerinduan yang membingungkan, dan kehilangan arah dalam menelusuri kehadiran orang yang dicari.

Majas

  • Paralelisme (pengulangan): Kata “semakin” diulang pada awal setiap baris untuk menciptakan ritme dan mempertegas paradoks pencarian.
  • Paradoks: “Semakin engkau mencari aku / semakin orang lain engkau temukan” adalah bentuk paradoks: usaha keras justru menjauhkan hasil yang diinginkan.
  • Antitesis: Kontras antara “aku” dan “orang lain” membentuk oposisi batin yang menonjolkan rasa kehilangan dan kesia-siaan.
Puisi “Kepada Hadirin Sekalian” adalah contoh puisi pendek yang kaya makna, dengan gaya reflektif dan simbolik. Penyair Rahman Arge menggunakan pengulangan, paradoks, dan diksi sederhana namun tajam untuk menyampaikan kerumitan batin manusia dalam mencari dan merindukan.

Melalui puisi ini, kita diingatkan bahwa tidak semua pencarian berakhir pada pertemuan; kadang yang kita temukan hanyalah pantulan, bayangan, atau justru kekosongan yang memperbesar rindu itu sendiri.

Puisi ini sangat relevan dibaca oleh siapa pun yang tengah merenungi relasi personal, kehilangan, dan pencarian makna dalam hidup.

Rahman Arge
Puisi: Kepada Hadirin Sekalian
Karya: Rahman Arge

Biodata Rahman Arge:
  • Rahman Arge (Abdul Rahman Gega) lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 17 Juli 1935.
  • Rahman Arge meninggal dunia pada tanggal 10 Agustus 2015 (pada usia 80).
  • Edjaan Tempo Doeloe: Rachman Arge.
© Sepenuhnya. All rights reserved.