Analisis Puisi:
Puisi berjudul "Lorelei Bernyanyi di Seine" karya Syu’bah Asa membawa kita pada perjalanan lirih dan mistis di tepian Sungai Seine, dengan menghadirkan sosok Lorelei—figur legendaris dari mitologi Jerman—dalam suasana Prancis yang sendu. Puisi ini memadukan unsur mitos, imaji puitik, dan refleksi eksistensial tentang kehilangan, kenangan, dan keheningan batin.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kesedihan dan kerinduan dalam balutan mitologi dan alam. Kehadiran tokoh Lorelei, sosok perempuan yang konon menggoda pelaut dengan nyanyiannya hingga menyebabkan karamnya kapal-kapal, digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan melankolia, daya tarik misterius, dan kehilangan yang sunyi.
Makna Tersirat
Secara tersirat, puisi ini bisa dimaknai sebagai:
- Gambaran kerinduan atau duka yang indah dan memabukkan, seperti nyanyian Lorelei yang memesona namun berujung petaka.
- Refleksi spiritual atau kontemplasi terhadap kepergian dan kematian, dilambangkan lewat perahu yang perlahan menjauh, doa yang diucap diam-diam, dan ombak yang meredam nyanyian.
- Lorelei di Seine adalah simbol kekuatan perempuan, kenangan, atau cinta yang sudah jauh namun masih menggema dalam pikiran dan hati penyair.
Puisi ini bercerita tentang sosok Lorelei yang hadir di Sungai Seine, menyanyi perlahan sambil memandang perahu-perahu yang lewat. Gaunnya diterpa angin, rambutnya tergerai, dan suaranya melantun bersama senja yang jatuh. Di tengah suasana itu, ada pertanyaan puitik tentang apa yang jatuh di lubuk nelayan—apakah itu doa, kenangan, atau perasaan yang tak terucap? Perahu-perahu pun terus menjauh, perlahan-lahan, seperti kenangan yang menipis dalam waktu.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang tercipta sangat melankolis, hening, dan magis. Ada nuansa senja yang lembut namun menyimpan duka. Tidak ada keramaian atau dentuman, hanya suara ombak, nyanyian, dan bisikan doa. Kesedihan dalam puisi ini tidak meledak, tetapi mengendap dalam keheningan yang nyaris tak terdengar, justru membuatnya semakin menggugah.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Beberapa pesan atau amanat dari puisi ini antara lain:
- Kehilangan dan kenangan tidak selalu hadir dengan tangisan; sering kali mereka muncul dalam bentuk keheningan yang sunyi dan tak bisa didefinisikan.
- Kecantikan, kerinduan, dan kesedihan bisa hadir bersama-sama, membentuk harmoni puitik yang menenangkan dan menyesakkan dalam waktu bersamaan.
- Hidup seperti arus sungai—ada yang datang, ada yang pergi, dan sering kali kita hanya bisa menyaksikan dari tepi tanpa benar-benar mampu mengendalikannya.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual dan imaji auditori yang kuat dan lembut:
- “Gaunnya yang putih... rambutmu tergerai”: imaji visual yang menggambarkan sosok Lorelei yang anggun dan misterius.
- “Senja jatuh di sungai... ombak nyanyianmu perlahan”: imaji kombinasi visual dan auditori yang membentuk lanskap indah dan sendu.
- “Perahu menghindar pelahan-lahan” dan “Doa diucapkan diam-diam”: memperkuat suasana kontemplatif, seolah ada yang sedang berpisah atau mengucap salam perpisahan.
Majas
Beberapa majas yang dapat diidentifikasi dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: Senja “jatuh” di sungai, ombak yang “menimpa” nyanyian, dan suasana yang seolah hidup memberi makna emosional.
- Metafora: Lorelei sendiri adalah metafora tentang kenangan, kehilangan, atau daya tarik yang menggoda namun tak terjangkau.
- Repetisi: Frasa “di Seine” diulang untuk mengukuhkan ruang imajiner sekaligus simbolik dari puisi ini.
- Simbolisme: Sungai Seine, perahu, senja, dan rambut tergerai bukan sekadar benda; mereka menjadi lambang dari waktu, kepergian, dan romantisme yang getir.
Puisi “Lorelei Bernyanyi di Seine” bukan sekadar puisi tentang sebuah sosok mitos di sungai yang jauh di Eropa. Lewat narasi lirih dan visual yang lembut, Syu’bah Asa meramu kesedihan, kehilangan, dan kenangan menjadi nyanyian halus yang bergema di antara riak sungai dan senja yang memudar. Puisi ini menjadi perwujudan kerinduan yang tidak bisa disebut, kecantikan yang perlahan memudar, dan waktu yang terus berjalan membawa segalanya menjauh.
Dalam keheningan itu, penyair mengajak kita merenung—mungkin tentang seseorang yang pernah kita rindukan, atau tentang bagian dari diri kita yang perlahan menjauh, meninggalkan nyanyian di dalam lubuk hati yang terdalam.
Puisi: Lorelei Bernyanyi di Seine
Karya: Syu’bah Asa
Biodata Syu’bah Asa:
- Syu’bah Asa lahir pada tanggal 21 Desember 1941 di Pekalongan, Jawa Tengah.
- Syu’bah Asa meninggal dunia pada tanggal 24 Juli 2010 (pada usia 69 tahun) di Pekalongan, Jawa Tengah.