Menyeru di Tengah Lengang
Menyaru di tengah lengang
Tak suatu suara menyapa
Hanya bayang-bayang
Sebuah kolam tua di sana.
Sumber: Horison (April, 1975)
Analisis Puisi:
Puisi pendek berjudul “Menyeru di Tengah Lengang” karya Herman KS merupakan karya reflektif yang menyuguhkan gambaran kesepian dalam balutan suasana hening dan misterius. Hanya terdiri dari satu bait empat baris dengan pola rima ABAB, puisi ini memuat kesan mendalam melalui pilihan kata yang sederhana namun sugestif. Di balik kesenyapan yang digambarkan, tersembunyi renungan tentang keberadaan, ingatan, dan realitas batin yang hampa.
Tema
Tema utama dari puisi ini adalah kesunyian eksistensial dan pencarian makna dalam kesendirian. Penyair menyoroti kondisi batin seseorang yang hadir atau “menyeru” di tengah ruang lengang, yang tak menjawab dan tak bersambut. Kesepian, keasingan, dan kehampaan menjadi inti dari permenungan ini.
Makna Tersirat
Secara tersirat, puisi ini mengandung makna tentang:
- Pencarian jati diri atau makna yang tidak selalu menemukan jawaban. Ketika “tak suatu suara menyapa”, hal itu bisa dimaknai sebagai upaya komunikasi yang gagal, simbol dari dunia yang sepi atau tidak responsif terhadap kegelisahan batin manusia.
- Bayang-bayang sebagai metafora dari masa lalu atau kenangan, dan “kolam tua” menjadi lambang dari tempat kontemplasi, refleksi, atau trauma yang mengendap di dalam batin.
- Keberadaan manusia yang kerap tak mendapat pengakuan, yang “menyaru” (menyeru atau menyaru—dua makna ini pun membuka ruang ambiguitas) di ruang sunyi, menjadi lambang dari kegamangan atau keterasingan eksistensial.
Puisi ini bercerita tentang seorang individu yang hadir di tempat sunyi, mencoba menyuarakan sesuatu (menyaru/menyeru), namun tak mendapatkan respons apa pun. Dalam suasana sepi tersebut, hanya “bayang-bayang” dan “sebuah kolam tua” yang menjadi saksi bisu kehadirannya. Puisi ini dapat dibaca sebagai narasi kontemplatif tentang kesepian dan hampa yang mengelilingi manusia dalam ruang-ruang batin yang sunyi.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang tergambar dalam puisi ini adalah sunyi, muram, dan melankolis. Tidak ada keriuhan, tidak ada sapaan, hanya kesendirian dan ingatan yang samar. “Kolam tua” menciptakan kesan waktu yang telah berlalu, dan “bayang-bayang” memperkuat rasa nostalgia atau kekosongan yang menggantung.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan tersirat dari puisi ini mungkin mengajak kita untuk:
- Merenungi bagaimana hidup tak selalu penuh interaksi dan kehadiran yang diakui. Ada momen-momen ketika manusia merasa hampa, tak terdengar, dan hanya bisa berdialog dengan kenangan atau dirinya sendiri.
- Puisi ini juga bisa menjadi pengingat bahwa tidak semua pencarian atau panggilan mendapatkan jawaban; kesunyian pun memiliki tempatnya sendiri dalam proses eksistensial manusia.
Unsur Puisi
Unsur-unsur yang menyusun puisi ini antara lain:
- Diksi: Pemilihan kata seperti lengang, bayang-bayang, kolam tua menunjukkan kecenderungan puitik yang melankolis dan kontemplatif.
- Rima: Puisi menggunakan pola rima ABAB, yang membuatnya tetap musikal meski bernuansa murung.
- Struktur: Satu bait berisi empat baris, langsung menuju gagasan utama tanpa ornamen atau repetisi.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual yang menggambarkan kesepian:
- “Tak suatu suara menyapa” → menciptakan imaji keheningan yang dalam.
- “Bayang-bayang” → membangkitkan gambaran samar dari masa lalu atau keberadaan yang tak jelas.
- “Kolam tua” → memperkuat suasana reflektif dan nostalgia, membentuk visual tempat sepi yang penuh ingatan atau beban waktu.
Majas
Beberapa majas (gaya bahasa) yang digunakan:
- Personifikasi: “Tak suatu suara menyapa” – suara digambarkan seperti makhluk hidup yang bisa menyapa.
- Metafora: “Bayang-bayang” sebagai lambang dari kenangan, masa lalu, atau sisi gelap eksistensi manusia.
- Simbolisme: “Kolam tua” bisa dimaknai sebagai simbol waktu, kedalaman memori, atau refleksi batin.
Puisi “Menyeru di Tengah Lengang” karya Herman KS adalah contoh puisi pendek yang padat makna. Melalui pilihan kata sederhana dan struktur minimalis, puisi ini menyuarakan kesepian eksistensial, ketiadaan respons terhadap kehadiran, dan kontemplasi batin tentang keberadaan manusia di tengah dunia yang tak selalu menyapa.
Puisi ini tidak hanya menggambarkan ruang yang sunyi secara fisik, tapi juga sunyi secara emosional dan spiritual. Ia menjadi cerminan dari kesendirian manusia modern, sekaligus ajakan untuk tidak menafikan keheningan sebagai bagian dari proses menemukan makna hidup.
Puisi: Menyeru di Tengah Lengang
Karya: Herman KS
Biodata Herman KS:
- Herman KS lahir pada tanggal 9 Oktober 1937 di Medan.