Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pengemis Senen (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Pengemis Senen" karya Ajip Rosidi mengungkapkan perasaan terpinggirkan dan konflik batin yang dialami oleh pengemis.
Pengemis Senen

Begitu mereka memandang kepadaku, tajam dan hina
tubuh ditumpuki beban, terdekap pada bumi
terkaca di matanya tangan maut panjang dan tajam
akan menerkam daku

Begitu mereka memandang kepadaku, harap dan benci
hidupnya telah dihisap, melonjak nafsu di dadanya
aku berkacakan diri pada mereka dan mereka dalam
mataku

Mereka memilih jalan lain, melekapkan tubuh ke kulit bumi
terdengar degup jantungnya, berbareng desah nafasku
karena terkaca pada mereka, aku ngungun wajah jalang
keras di urat tangan, tapi aku tak sampai merabanya
biru-biru tingal tulang.

Aku dan mereka berpisah, mereka pilih rumah sendiri di
buminya
cuma karena tangan nasib mengulur berbeda.

Sumber: Cari Muatan (1959)

Analisis Puisi:

Puisi "Pengemis Senen" karya Ajip Rosidi adalah sebuah refleksi mendalam tentang kemiskinan, keterasingan, dan perasaan yang terpinggirkan. Dalam puisi ini, Ajip mengungkapkan pengalaman seorang pengemis yang merasakan pandangan hina dan rasa kesepian, sambil mengeksplorasi tema nasib dan pemisahan sosial.

Pandangan dan Perasaan Terpinggirkan

"Begitu mereka memandang kepadaku, tajam dan hina"

Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang bagaimana pengemis merasa dipandang hina oleh orang-orang di sekelilingnya. Pandangan tajam dan hina ini mencerminkan bagaimana orang-orang memandang kelas bawah atau mereka yang terpinggirkan dengan rasa jijik dan ketidakpedulian. Perasaan terasing dan tertekan dari pengemis muncul dengan jelas di sini, menunjukkan kesenjangan sosial yang mendalam.

Beban dan Keterasingan

"tubuh ditumpuki beban, terdekap pada bumi / terkaca di matanya tangan maut panjang dan tajam"

Pengemis digambarkan dengan beban fisik dan emosional yang berat, serta ketidakmampuannya untuk melarikan diri dari nasib yang buruk. Penggambaran tangan maut yang panjang dan tajam melambangkan ancaman kematian dan kesulitan yang terus-menerus mengintai. Ada rasa keterasingan yang mendalam, di mana pengemis merasa seperti terisolasi dari masyarakat dan tidak memiliki jalan keluar dari penderitaannya.

Perasaan dan Konflik Batinnya

"Begitu mereka memandang kepadaku, harap dan benci / hidupnya telah dihisap, melonjak nafsu di dadanya"

Di sini, perasaan pengemis terhadap pandangan orang lain menjadi lebih kompleks. Ia merasakan campuran harap dan benci dari orang-orang di sekelilingnya, yang mencerminkan ambivalensi dalam pandangan masyarakat terhadap orang miskin. Perasaan tersebut mengungkapkan konflik batin yang dialami pengemis, antara harapan untuk diterima dan benci yang ditunjukkan terhadapnya.

Pemisahan dan Kesepian

"Aku dan mereka berpisah, mereka pilih rumah sendiri di buminya / cuma karena tangan nasib mengulur berbeda."

Puisi ini berakhir dengan refleksi tentang pemisahan antara pengemis dan orang-orang lain yang memiliki kehidupan yang lebih stabil. Perasaan kesepian dan keterasingan diperkuat dengan penekanan pada perbedaan nasib dan jalan hidup. Pengemis menyadari bahwa pemisahan ini adalah akibat dari nasib dan perbedaan sosial yang tidak bisa dihindari.

Interpretasi dan Konteks

  • Kesadaran Sosial: Puisi "Pengemis Senen" menyajikan sebuah gambaran yang kuat tentang bagaimana kemiskinan dan keterasingan mempengaruhi individu secara emosional dan sosial. Ajip mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana masyarakat sering kali memperlakukan orang-orang miskin dengan cara yang penuh prasangka dan ketidakpedulian. Puisi ini mencerminkan ketidakadilan sosial dan penekanan pada kesadaran akan penderitaan orang-orang yang terpinggirkan.
  • Simbolisme dan Imaji: Penggunaan simbolisme, seperti tangan maut dan beban fisik, menambah kekuatan emosional puisi ini. Simbol-simbol ini memperkuat tema kesulitan dan ancaman yang dialami oleh pengemis, serta menggarisbawahi perasaan terasing yang mendalam. Imagery yang kuat dalam puisi ini membantu pembaca merasakan intensitas perasaan pengemis dan memahami ketidakberdayaannya.
  • Kritik Sosial: Puisi ini juga berfungsi sebagai kritik sosial terhadap ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakat. Ajip menyiratkan bahwa ketidakadilan sosial dan ekonomi bukan hanya menciptakan kesenjangan material tetapi juga emosional dan psikologis. Dengan mengungkapkan perasaan pengemis, Ajip mengajak pembaca untuk lebih peka terhadap kondisi kehidupan orang-orang di bawah garis kemiskinan.
Puisi "Pengemis Senen" karya Ajip Rosidi adalah karya yang penuh emosi dan reflektif tentang kemiskinan, keterasingan, dan ketidakadilan sosial. Melalui gambaran yang kuat dan simbolisme yang mendalam, Ajip mengungkapkan perasaan terpinggirkan dan konflik batin yang dialami oleh pengemis. Puisi ini merupakan sebuah panggilan untuk lebih memahami dan menyadari penderitaan mereka yang hidup dalam kemiskinan dan keterasingan, serta sebuah kritik terhadap sistem sosial yang memperlebar kesenjangan.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Pengemis Senen
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.