Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Perahu Layar Lewat Jauhan (Karya Tri Astoto Kodarie)

Puisi “Perahu Layar Lewat Jauhan” karya Tri Astoto Kodarie bercerita tentang seorang nelayan yang berada di tengah laut dalam kondisi cuaca mendung ..
Perahu Layar Lewat Jauhan

angin yang basah di pagi mendung
gulungan ombak-ombak di fatamorgana
terayun-ayun nelayan di tengah nasibnya
menunggu matahari kembara
dan perahu layar lewat di jauhan
hendak menjala mimpi
    atau menghanyutkan kerinduan?

Parepare, 1986-1987

Analisis Puisi:

Puisi “Perahu Layar Lewat Jauhan” karya Tri Astoto Kodarie adalah gambaran lirih tentang kehidupan nelayan yang penuh harapan dan kerinduan. Dengan hanya satu bait berisi tujuh baris, puisi ini mampu memotret dunia yang luas namun terasa sempit oleh ketidakpastian dan mimpi yang belum tergapai.

Tema

Tema utama dari puisi ini adalah pengharapan dalam keterasingan. Penyair menyorot sosok nelayan sebagai simbol manusia biasa yang terus berharap di tengah ketidakpastian nasib. Perahu layar yang melintas menjadi lambang mimpi dan kerinduan yang tak selalu bisa diraih.

Puisi ini bercerita tentang seorang nelayan yang berada di tengah laut dalam kondisi cuaca mendung dan angin basah. Ia tampak menanti matahari, atau dengan kata lain, menunggu hadirnya harapan atau titik terang dalam hidupnya. Di kejauhan, ia melihat sebuah perahu layar melintas, yang bisa menjadi simbol dari dua hal: mimpi yang dikejar atau kerinduan yang dibawa pergi.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup seringkali terasa seperti lautan yang luas dan tak pasti, di mana manusia seperti nelayan—terombang-ambing oleh nasib, namun tetap memelihara harapan meski dari kejauhan.

Frasa “perahu layar lewat di jauhan” menggambarkan kerinduan terhadap sesuatu yang jauh dan tak tergapai—bisa jadi tentang orang terkasih, cita-cita, atau bahkan kehidupan yang lebih baik. Ada pula kemungkinan bahwa mimpi itu bukan datang, tetapi malah pergi, menghanyutkan kerinduan.

Unsur Puisi

Beberapa unsur penting dalam puisi ini antara lain:
  • Struktur: 1 bait, 7 baris, tanpa rima tetap—namun tetap terasa harmonis dan mengalir secara musikal.
  • Diksi: Pilihan kata seperti fatamorgana, nasib, kembara, mimpi, dan kerinduan menunjukkan kedalaman makna.
  • Simbolisme: Perahu layar dan laut menjadi simbol dari perjalanan hidup dan pencarian makna.
  • Tanda tanya di akhir puisi membuka ruang interpretasi dan perenungan lebih lanjut.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini memunculkan suasana melankolis, kontemplatif, dan sedikit sendu. Latar waktu pagi yang mendung memperkuat kesan harapan yang belum datang. Puisi ini tak berteriak, tapi mengendap dalam hati pembaca, seolah mengajak ikut duduk diam memandangi laut dan menunggu sesuatu dari cakrawala.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan bahwa dalam hidup, manusia akan selalu menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian. Namun, seperti nelayan yang tetap menunggu di tengah laut, kita pun diajak untuk terus berharap, meski tak pasti apakah mimpi akan datang atau justru hanyut menjauh. Kesabaran dan ketabahan menjadi pesan penting yang tersirat.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji visual dan taktil:
  • “angin yang basah di pagi mendung” – menciptakan gambaran dan rasa suasana dingin, lembap, dan berat.
  • “gulungan ombak-ombak di fatamorgana” – memunculkan visual laut yang tidak pasti, menyiratkan ilusi dan jarak.
  • “perahu layar lewat di jauhan” – menghadirkan bayangan kesepian dan pengamatan diam dari kejauhan.
Semua ini membangun dunia puisi yang kaya secara visual, namun tetap hening secara emosional.

Majas

  • Personifikasi: “matahari kembara” memosisikan matahari seolah peziarah atau pengembara yang belum tiba.
  • Metafora: “perahu layar” digunakan sebagai metafora mimpi atau kerinduan.
  • Hiperbola halus: “terayun-ayun nelayan di tengah nasibnya”—menyiratkan bahwa nasib manusia tak ubahnya seperti benda yang terombang-ambing tanpa kendali.
  • Paralelisme dan pertanyaan retoris: Kalimat penutup “hendak menjala mimpi / atau menghanyutkan kerinduan?” mengandung nada ambigu yang memperkaya tafsir.
Puisi “Perahu Layar Lewat Jauhan” karya Tri Astoto Kodarie adalah puisi pendek namun sangat dalam. Ia mencerminkan kerinduan manusia terhadap harapan, mimpi, dan kehidupan yang lebih pasti di tengah kenyataan yang mengguncang. Dengan pendekatan simbolik dan imaji yang kuat, puisi ini berhasil mengangkat realitas nelayan sebagai cerminan universal dari manusia yang berharap, bertahan, dan menanti arah.

Puisi ini juga mengajak kita untuk memahami bahwa yang terlihat di kejauhan bisa jadi adalah cermin batin kita sendiri—antara kerinduan yang ditunggu dan mimpi yang tak kunjung kembali.

Puisi: Perahu Layar Lewat Jauhan
Puisi: Perahu Layar Lewat Jauhan
Karya: Tri Astoto Kodarie

Biodata Tri Astoto Kodarie:
  • Tri Astoto Kodarie lahir di Jakarta, pada tanggal 29 Maret 1961.
© Sepenuhnya. All rights reserved.