Puisi: Tentu Anginlah yang Menyembunyikan Wajah (Karya Emha Ainun Nadjib)

Puisi “Tentu Anginlah yang Menyembunyikan Wajah” karya Emha Ainun Nadjib bercerita tentang seseorang yang merindukan kasih sayang dari seseorang ...
Tentu Anginlah yang Menyembunyikan
Wajah Kasihku di Tengah Ombak Hari

Tentu anginlah yang menyembunyikan wajah kasihku di tengah ombak hari
Jikapun suara, tentu anginlah yang menyulut keasingannya
Dekap aku, O Engkau, lelapkan dalam mimpi
Dekap aku, jika rindu abadi

1974

Sumber: Majalah Budaya Jaya (September, 1974)

Analisis Puisi:

Puisi “Tentu Anginlah yang Menyembunyikan Wajah” karya Emha Ainun Nadjib adalah sebuah karya puitik yang singkat namun sarat makna. Dengan hanya satu bait yang terdiri dari empat baris, puisi ini berhasil menggambarkan perasaan kerinduan yang mendalam dan pengorbanan dalam kasih sayang. Emha Ainun Nadjib, seorang penyair yang terkenal dengan kemampuan menggambarkan emosi manusia secara halus, dalam puisi ini menggunakan simbolisme alam untuk menggambarkan perasaan hati yang tidak terungkapkan.

Tema

Tema puisi ini adalah kerinduan dan pencarian akan kedekatan dalam kasih sayang yang tidak terwujud secara langsung. Penggunaan metafora seperti angin, ombak, dan mimpi menggambarkan perasaan yang mengalir dalam ketidakpastian, di mana kasih yang diinginkan terasa jauh dan tidak terjangkau. Tema ini juga mencerminkan pencarian akan kedamaian dan ketenangan batin, dengan mengandalkan imajinasi dan impian sebagai tempat perlindungan.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merindukan kasih sayang dari seseorang atau mungkin dari Tuhan, yang keberadaannya terasa jauh atau tersembunyi. Baris pertama menggambarkan bahwa wajah kasih yang dicari “disembunyikan” oleh angin di tengah ombak hari, yang menyiratkan bahwa kasih tersebut sulit diraih, seakan menghindar atau terhalang oleh kesulitan hidup (diwakili oleh ombak). Lalu, dalam ketidakpastian ini, ada permohonan untuk didekap dan dilapangkan dalam mimpi, yang bisa diartikan sebagai cara untuk menemukan kedamaian dan ketenangan di dalam harapan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah pencarian dan kerinduan yang terpendam, yang berusaha untuk menemukan ketenangan di tengah kesulitan hidup. Angin yang menyembunyikan wajah kasih menggambarkan betapa rindu tersebut terasa semakin jauh dan terhalang oleh masalah atau hambatan dalam kehidupan. Suara yang “disulut keasingannya” memperlihatkan bahwa komunikasi atau pengungkapan perasaan tidak dapat terlaksana dengan baik, ada semacam keterasingan emosional. Puisi ini mencerminkan perasaan rindu yang mendalam, tetapi juga sebuah penerimaan bahwa kasih sayang atau kedamaian mungkin tidak bisa diraih secara langsung—hanya bisa ditemukan dalam mimpi dan harapan.

Unsur Puisi

Beberapa unsur puisi yang mencolok dalam puisi ini adalah:
  • Diksi: Pemilihan kata yang sederhana namun kuat, seperti “angin”, “ombak”, “dekap”, dan “rindu abadi”, memperkuat suasana kesedihan dan kerinduan yang mendalam.
  • Rima dan Irama: Puisi ini memiliki pola rima ABAA, yang memberi kesan bahwa meskipun ada bagian yang berulang, inti dari perasaan yang ingin disampaikan tetap terjaga dengan intensitas yang mengalun.
  • Gaya bahasa: Terdapat penggunaan gaya bahasa yang mengedepankan metafora alam (angin, ombak) untuk menggambarkan perasaan manusia, sebuah cara untuk membuat emosi lebih hidup dan bisa dirasakan oleh pembaca.

Imaji

Puisi ini memperkaya pembaca dengan imaji yang sangat kuat, seperti:
  • “Anginlah yang menyembunyikan wajah kasihku di tengah ombak hari”: Imaji ini menggambarkan perasaan kasih yang tersembunyi dan sulit dijangkau, seakan angin dan ombak menghalanginya.
  • “Jikapun suara, tentu anginlah yang menyulut keasingannya”: Imaji ini menggambarkan komunikasi atau perasaan yang tidak dapat tersampaikan dengan baik, seolah apa yang ingin dikatakan terhalang oleh kesulitan atau jarak.
  • “Dekap aku, O Engkau, lelapkan dalam mimpi”: Imaji yang menggambarkan keinginan akan pelukan kasih yang menenangkan, mencari kedamaian dan ketenangan dalam mimpi atau harapan.

Majas

Puisi ini dipenuhi dengan majas yang memperkaya makna yang terkandung di dalamnya:

Metafora:
  • “Anginlah yang menyembunyikan wajah kasihku” - Angin menjadi simbol dari kekuatan yang menghalangi atau mengaburkan kasih yang diinginkan.
  • “Ombak hari” - Ombak di sini bukan hanya fenomena alam, tetapi juga sebagai gambaran dari tantangan-tantangan hidup yang datang silih berganti.
  • “Dekap aku, O Engkau, lelapkan dalam mimpi” - Mimpi di sini menjadi simbol dari harapan dan ketenangan yang hanya bisa ditemukan dalam keadaan tidak nyata, atau dalam khayalan dan doa.
Personifikasi:
  • “Anginlah yang menyulut keasingannya” - Angin diberi sifat manusiawi, sebagai kekuatan yang bisa menggerakkan atau mengubah sesuatu, dalam hal ini adalah suara atau perasaan yang tersesat.
Puisi “Tentu Anginlah yang Menyembunyikan Wajah” karya Emha Ainun Nadjib mengungkapkan kerinduan dan harapan yang mendalam, menggambarkan bagaimana kasih sayang dan komunikasi sering kali terhalang oleh berbagai hambatan dan tantangan kehidupan. Dengan penggunaan simbol-simbol alam seperti angin dan ombak, serta permohonan untuk “didekap dalam mimpi”, puisi ini menyentuh perasaan akan kesendirian, kehilangan, dan pencarian akan kedamaian. Dalam singkatnya, puisi ini mengajak kita untuk merenung, bahwa seringkali dalam kehidupan kita merasa jauh dari apa yang kita inginkan, namun masih ada harapan untuk menemukan ketenangan dalam mimpi dan doa.

Puisi Emha Ainun Nadjib
Puisi: Tentu Anginlah yang Menyembunyikan Wajah Kasihku di Tengah Ombak Hari
Karya: Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

Biodata Emha Ainun Nadjib:
  • Muhammad Ainun Nadjib (Emha Ainun Nadjib atau kerap disapa Cak Nun atau Mbah Nun) lahir pada tanggal 27 Mei 1953 di Jombang, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.