Yenny
Pagi-pagi Yenny mengetuk jendela
'Jill', kita pergi ke kebun Arben
Berlari-lari lewat perdu
embun dan embun.
Di muka terbentang hutan
di bawah lembah
Kupegang lengannya
'Di mana?'
Setelah menuruni beberapa langkah
kutemui buah begitu bersih
tidak terganggu dengan hujan es
burung serta serangga-serangga.
Pandangnya ketawa 'Ini'
katanya sambil menggigit satu tangkai
1973
Sumber: Horison (Agustus, 1973)
Analisis Puisi:
Puisi "Yenny" karya Karno Kartadibrata merupakan representasi keindahan masa muda yang polos dan hangat. Dengan gaya bertutur yang sederhana dan naratif, puisi ini menghadirkan potret kebersamaan dua anak manusia yang menjelajah alam—sebuah pengalaman kecil namun penuh makna. Kejelasan gambar dalam puisi ini menciptakan atmosfer yang menyenangkan, sekaligus mengundang perenungan tentang kesegaran dan ketulusan yang hadir dalam momen-momen paling biasa dalam hidup.
Tema
Puisi ini mengangkat tema tentang persahabatan, kehangatan masa kecil, dan keindahan alam. Melalui tokoh Yenny dan narator “aku”, puisi ini membingkai pertemuan kecil dengan dunia luar—sebuah perjalanan pagi ke kebun—sebagai momen yang membekas dan penuh warna. Persahabatan dibingkai dengan kesan ringan, namun sarat keintiman.
Makna Tersirat
Secara tersirat, puisi ini ingin menyampaikan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal besar, melainkan bisa ditemukan dari pengalaman kecil yang tulus—seperti berjalan pagi-pagi ke kebun, menyentuh embun, tertawa di hutan, dan menggigit buah bersama.
Ada pula makna tersirat tentang keaslian atau kemurnian, seperti saat tokoh “aku” menemukan buah yang “begitu bersih / tidak terganggu dengan hujan es / burung serta serangga-serangga.” Ini seakan menggambarkan sesuatu yang belum terjamah—baik secara fisik maupun metaforis—yang mencerminkan keutuhan atau kesucian dari pengalaman dan perasaan masa muda.
Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh bernama Yenny yang mengajak temannya (disebut Jill) ke kebun Arben di pagi hari. Mereka berlari-lari menembus perdu dan embun, lalu menjelajah hutan dan lembah. Dalam perjalanan itu, mereka menemukan buah yang bersih dan belum tersentuh oleh kerusakan alam, dan Yenny dengan riang menggigit buah itu sambil tertawa.
Secara naratif, puisi ini tampak sederhana. Namun jika dilihat lebih dalam, ia mengabadikan momen eksplorasi, keingintahuan, dan kebersamaan yang tulus—momen yang tidak rumit, tapi membekas karena kesederhanaannya.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini ceria, segar, dan lugu. Penggambaran pagi hari, embun, hutan, dan buah memberikan kesan ketenangan dan kesegaran. Namun suasana tersebut juga dipenuhi semangat eksplorasi yang khas dari jiwa muda: antusias, ringan, dan bebas. Ada juga aura persahabatan dan rasa saling percaya yang hangat dan tidak dibuat-buat.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang bisa ditarik dari puisi ini adalah bahwa kebahagiaan sejati seringkali lahir dari hal-hal yang sederhana, alami, dan dilakukan bersama orang yang berarti. Selain itu, puisi ini juga mengajak pembaca untuk menghargai momen-momen kecil dalam hidup dan merasakan kembali keceriaan yang mungkin sudah lama kita lupakan.
Puisi ini juga menyiratkan bahwa kealamian, ketulusan, dan persahabatan adalah hal-hal yang tak ternilai dan tak tergantikan.
Imaji
Puisi ini penuh dengan imaji visual dan sentuhan alam yang kuat, antara lain:
Visual:
- “Pagi-pagi Yenny mengetuk jendela” → menggambarkan suasana awal hari.
- “berlari-lari lewat perdu / embun dan embun” → menciptakan citraan daun-daun dan air bening di pagi hari.
- “di muka terbentang hutan / di bawah lembah” → panorama alam terbuka yang indah.
- “buah begitu bersih / tidak terganggu dengan hujan es / burung serta serangga-serangga” → menunjukkan keaslian alam.
Imaji gerak dan suara:
- “kutemui buah begitu bersih” dan “katanya sambil menggigit satu tangkai” → menghadirkan aktivitas fisik yang terasa dekat dan hidup.
- “pandangnya ketawa” → imaji ekspresi gembira yang sangat manusiawi.
Majas
Meskipun gaya bahasa puisi ini cenderung naratif dan sederhana, ada beberapa majas yang tetap muncul:
- Repetisi: “embun dan embun” → pengulangan ini menekankan kesegaran dan keteduhan suasana pagi.
- Metafora simbolik: Buah yang “begitu bersih” bisa dilihat sebagai metafora dari pengalaman atau rasa yang belum ternoda—baik oleh waktu, dunia luar, maupun persoalan hidup.
- Personifikasi: Tidak terlalu kentara, namun alam dalam puisi ini seolah hidup dan mendampingi anak-anak itu dalam perjalanan mereka.
Puisi “Yenny” karya Karno Kartadibrata adalah puisi liris-naratif yang menggambarkan satu momen kecil namun berkesan dalam kehidupan dua anak atau remaja: eksplorasi alam bersama di pagi hari. Puisi ini tidak hanya menyentuh karena narasinya yang sederhana dan tulus, tetapi juga karena makna tersirat yang menyuarakan nilai-nilai kealamian, kebersamaan, dan kesegaran batin.
Dengan imaji yang segar, suasana yang menyenangkan, serta majas yang lembut, puisi ini mengingatkan kita bahwa keindahan hidup kadang hadir dalam ketukan jendela, embun pagi, dan tawa seorang sahabat.
