Analisis Puisi:
Puisi "Menunaikan Ibadah Puisi" karya Raedu Basha adalah salah satu karya yang memperlihatkan perpaduan antara tradisi, agama, dan ekspresi kepenyairan. Melalui larik-lariknya, penyair tidak hanya mengungkapkan identitas diri sebagai anak Madura, tetapi juga menghubungkannya dengan perjalanan spiritual dan sosial yang penuh makna. Puisi ini sarat dengan simbol, imaji, dan pesan moral yang menyentuh kehidupan, khususnya dalam memandang peran puisi sebagai sebuah ibadah.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah puisi sebagai bentuk ibadah sekaligus jalan menuju kebebasan dan eksistensi hidup. Penyair menempatkan kepenyairan sejajar dengan cita-cita religius, yaitu menunaikan ibadah haji, yang menunjukkan betapa besar nilai yang diberikan kepada dunia kepenyairan.
Puisi ini bercerita tentang seorang anak muda Madura yang menempuh jalan kepenyairan. Ia menggambarkan bagaimana tradisi keluarganya yang sederhana (orang tua bekerja menjual sate, besi tua, potong rambut, atau menjadi TKI), namun dirinya memilih jalan yang berbeda: menjadi penyair.
Perjalanan menuju Bali untuk membaca puisi digambarkan bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan batin yang disamakan dengan menunaikan ibadah. Dalam puisinya, Raedu Basha juga menceritakan cita-cita masyarakat Madura, yaitu menjadi penyair dan naik haji, sebagai dua hal yang melambangkan puncak kebahagiaan dan kebebasan hidup.
Makna tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah kepenyairan bukan sekadar kegiatan estetis, tetapi juga spiritual dan sosial. Puisi dapat menjadi media dakwah, perlawanan terhadap kekuasaan, dan sarana untuk meneguhkan identitas diri.
Selain itu, penyair ingin menunjukkan bahwa kesederhanaan hidup orang Madura tidak menghalangi mereka untuk memiliki cita-cita tinggi, baik dalam bidang seni maupun agama. Ada juga sindiran terhadap kondisi sosial-politik, di mana masyarakat sering ditertawakan atau diteror oleh kekuasaan, namun tetap berusaha menemukan makna hidup lewat kebebasan berpuisi.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini cukup kompleks. Ada nuansa sakral ketika penyair menyamakan berpuisi dengan azan atau khutbah. Ada juga nuansa penuh semangat dan kebanggaan saat ia menceritakan cita-cita orang Madura. Di sisi lain, terdapat suasana satir dan getir ketika penonton tertawa dan bertepuk tangan, seolah menertawakan kekuasaan yang menindas namun tidak benar-benar bebas dari teror.
Amanat / Pesan yang disampaikan
Amanat yang dapat dipetik dari puisi ini adalah bahwa puisi bisa menjadi bentuk ibadah, perjuangan, dan jalan kebebasan hidup. Penyair mengingatkan bahwa hidup hanya sementara, sehingga manusia harus menemukan makna melalui cita-cita luhur—baik dengan menulis puisi maupun menjalankan ibadah haji.
Selain itu, penyair juga menyampaikan pesan agar kita tetap teguh pada identitas dan tidak takut melawan ketidakadilan. Puisi, dalam hal ini, hadir sebagai senjata moral dan spiritual.
Imaji
Puisi ini menghadirkan imaji yang kuat, misalnya:
- “berangkat dari rahim perawan kepenyairan” → menghadirkan gambaran kelahiran baru sebagai penyair.
- “setiba di Bali, gending kutabuh sebelum subuh” → menampilkan suasana tradisi Bali yang khas.
- “kami bersyair seumpama mengumandangkan azan” → menciptakan imaji auditori yang sakral.
- “menangkap senyuman dari atas kastil” → menyiratkan simbol kejayaan atau impian tinggi.
Imaji-imaji ini memperkaya puisi dengan nuansa visual, auditori, dan religius yang saling bersilangan.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – “rahim perawan kepenyairan” menggambarkan kelahiran baru dalam dunia puisi.
- Simile (perbandingan) – “kami bersyair seumpama mengumandangkan azan” menyamakan puisi dengan panggilan sakral.
- Hiperbola – “keindahan surgawi menyala dari api neraka” (pada bagian akhir sajak, dengan kontras ekstrem antara surga dan neraka).
- Ironi/Satira – ketika penonton tertawa, penyair menyinggung bagaimana tawa itu sebenarnya menutupi kenyataan pahit tentang teror kekuasaan.
Puisi "Menunaikan Ibadah Puisi" karya Raedu Basha memperlihatkan bahwa puisi tidak hanya bicara soal estetika bahasa, melainkan juga tentang spiritualitas, perjuangan sosial, dan pencarian makna hidup. Tema, makna tersirat, imaji, serta majas yang digunakan membuat puisi ini kaya lapisan interpretasi. Melalui puisinya, Raedu Basha menyuarakan pesan bahwa menulis puisi adalah sebuah ibadah dan bentuk kebebasan sejati.
Karya: Raedu Basha
