Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Airmata (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Airmata" karya Abdul Wachid B. S. bercerita tentang perjalanan airmata yang lahir dari hati, mengalir dari hati ke hati, dan menjadi saksi ...
Airmata

airmata itu bersumber
dari hati lalu mengalir
dari hati ke hati
melewati celah batu-batu

melarung dendam
ataukah rindu
mengusung kesumat
ataukah keramat

kelak ketika otak tak
mampu lagi berontak
lantaran tubuh
telah rubuh

airmata itulah yang
akan menjadi saksi
kembalinya ruh
ke dalam tubuh

di tepian muara
di sebuah taman yang
mahaluas batas antara
mataair dan airmata

kau
aku
saling
berkaca.

Yogyakarta, 19 Juli 2014

Analisis Puisi:

Puisi "Airmata" karya Abdul Wachid B. S. merupakan karya yang penuh renungan, sederhana secara diksi, namun kaya makna. Dengan alur imaji yang mengalir, puisi ini membawa pembaca merenungi tentang hakikat perasaan, luka batin, hingga makna hidup dan kematian.

Tema

Tema utama puisi ini adalah airmata sebagai simbol perjalanan batin manusia. Airmata tidak hanya hadir karena kesedihan, tetapi juga menjadi lambang cinta, kerinduan, dendam, dan bahkan keramat yang menyimpan makna spiritual.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan airmata yang lahir dari hati, mengalir dari hati ke hati, dan menjadi saksi kehidupan hingga kematian. Airmata hadir bukan hanya sebagai ekspresi kesedihan atau kerinduan, melainkan juga sebagai tanda keberadaan rasa yang paling dalam pada diri manusia.

Sang penyair menegaskan bahwa ketika tubuh telah rubuh dan otak tak mampu lagi berpikir, airmata itulah yang tetap menjadi saksi keberlangsungan jiwa, menghubungkan manusia dengan pengalaman eksistensialnya.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa airmata merupakan bahasa jiwa yang tak pernah berbohong. Airmata bisa melarung dendam, membawa rindu, menyimpan kesumat, atau menghadirkan keramat—semua menunjukkan kompleksitas batin manusia.

Selain itu, ada juga dimensi spiritual yang kuat. Penyair menyiratkan bahwa pada akhirnya, ketika tubuh manusia hancur dan pikiran tak lagi bekerja, airmata tetap menjadi saksi yang merekam perjalanan ruh menuju asalnya.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa hening, reflektif, dan kontemplatif. Seolah pembaca diajak duduk merenung di tepi muara, melihat airmata sebagai sesuatu yang abadi dan penuh makna, melampaui kesedihan pribadi menuju hakikat hidup yang universal.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang bisa ditangkap dari puisi ini adalah bahwa airmata bukan kelemahan, melainkan saksi batin terdalam manusia. Melalui airmata, seseorang bisa melepaskan dendam, mengungkapkan cinta, atau menerima kenyataan hidup dan kematian.

Airmata juga menjadi simbol bahwa manusia harus jujur pada perasaannya, sebab di dalamnya tersimpan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas.

Imaji

Imaji yang muncul dalam puisi ini sangat kuat, antara lain:
  • Imaji visual: “airmata itu bersumber / dari hati lalu mengalir / dari hati ke hati / melewati celah batu-batu” — menghadirkan gambaran aliran air yang bening melewati celah bebatuan.
  • Imaji emosional: “melarung dendam / ataukah rindu” — menegaskan perasaan manusia yang bergolak dalam air mata.
  • Imaji spiritual: “airmata itulah yang / akan menjadi saksi / kembalinya ruh / ke dalam tubuh” — menghadirkan perasaan religius dan transendental.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: “airmata itu bersumber dari hati lalu mengalir dari hati ke hati” — seolah airmata memiliki kemampuan bergerak dan berpindah hati.
  • Metafora: Airmata sebagai simbol perjalanan hidup, dendam, rindu, bahkan saksi kembalinya ruh.
  • Repetisi: Pengulangan kata “airmata” yang menegaskan kedalaman makna dan pentingnya simbol tersebut dalam puisi.
  • Paralelisme: Pada baris “melarung dendam / ataukah rindu / mengusung kesumat / ataukah keramat”, penyair menyejajarkan kata-kata kontras untuk menegaskan keragaman makna airmata.
Puisi "Airmata" karya Abdul Wachid B. S. adalah puisi yang sarat makna dengan simbol utama berupa airmata. Tema tentang kehidupan batin dan spiritualitas hadir dengan kuat, disampaikan melalui imaji sederhana namun mendalam. Dengan suasana yang hening dan reflektif, pembaca diajak menyadari bahwa airmata bukan hanya air yang keluar dari mata, melainkan rekaman batin yang abadi, saksi perjalanan manusia dari lahir hingga kembali pada asalnya.

Abdul Wachid B. S.
Puisi: Airmata
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.