Aku Mendengar Suara Sisir
Dimainkan Pelan-Pelan.
Justru di Saat Itu
Aku Percaya dengan Pasti
Engkau Sedang Tidur
Aku mendengar,
Ada.
Suara sisir dimainkan pelan-pelan.
Masa, kau yang sedang tidur nyenyak memainkan sisir begitu.
Aku tidak percaya.
Kita toh tidak berjanji buat pergi di subuh hari.
Barangkali terpikir olehmu kalau dalam dua tiga hari ini
kita perlu ke kebon binatang di pinggiran kota.
Begitu?
Hujan memang belum surut.
Dan hatimu pun (barangkali) ngungun, betapa suara sisir
itu sering terdengar di dekat telinga kita.
Wo, jadi kau pernah dengar ceritera tentang seorang tukang
pangkas yang tanpa sengaja telah memotong telinga orang?
1974
Sumber: Horison (Oktober, 1975)
Analisis Puisi:
Puisi "Aku Mendengar Suara Sisir" karya Adri Darmadji Woko adalah karya yang memadukan kesan sederhana namun sarat makna. Melalui penggunaan bahasa yang natural dan percakapan imajiner, penyair menghadirkan suasana sehari-hari yang ternyata menyimpan lapisan emosional.
Tema
Tema utama puisi ini adalah ingatan dan keakraban dalam hubungan personal, yang diwarnai rasa ingin tahu serta keganjilan dari sebuah momen kecil.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang mendengar suara sisir dimainkan pelan-pelan, meskipun orang yang diasumsikan melakukannya sedang tidur nyenyak. Penyair mempertanyakan kejanggalan itu, lalu mengaitkannya dengan pikiran-pikiran ringan seperti rencana ke kebun binatang, hujan yang belum reda, hingga kisah tukang pangkas yang tanpa sengaja memotong telinga orang. Alur cerita yang tampak santai ini sebenarnya menjadi jendela menuju relasi intim yang penuh kenangan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah tentang bagaimana kenangan kecil dan suara-suara sehari-hari bisa membangkitkan ingatan emosional. Suara sisir yang sederhana memicu perenungan, memanggil memori, dan menyatukan kesan hangat antara dua orang. Selain itu, puisi ini juga dapat dibaca sebagai metafora tentang keakraban yang tetap hidup bahkan di tengah ketidakpastian atau jarak emosional.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang terasa adalah hangat, intim, namun sedikit absurd. Ada nuansa percakapan akrab, sekaligus selipan humor tipis yang membuat pembaca merasa seperti ikut mendengar cerita dari dekat.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang bisa diambil adalah bahwa momen-momen kecil dalam kehidupan sering menyimpan nilai emosional yang besar, dan penting untuk menghargai detail sehari-hari yang menghubungkan kita dengan orang lain.
Imaji
- Imaji pendengaran: “Suara sisir dimainkan pelan-pelan” — memunculkan gambaran suara halus yang memancing rasa penasaran.
- Imaji penglihatan: Gambaran “kebon binatang di pinggiran kota” dan “hujan belum surut” membangun suasana visual yang jelas.
- Imaji perabaan: Tersirat dalam nuansa akrab antara tokoh “aku” dan “kau” yang membuat pembaca merasakan kehangatan hubungan mereka.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: “Suara sisir dimainkan pelan-pelan” memberi sifat manusia pada benda mati.
- Metafora: Suara sisir menjadi simbol kenangan atau hubungan yang mengikat dua tokoh.
- Hiperbola: Kisah “tukang pangkas yang memotong telinga orang” memberi kesan dramatis yang memperkuat humor dalam puisi.
Karya: Adri Darmadji Woko
Biodata Adri Darmadji Woko:
- Adri Darmadji Woko lahir pada tanggal 28 Juni 1951 di Yogyakarta.
