Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Aku Mengaku (Karya Lalik Kongkar)

Puisi "Aku Mengaku" karya Lalik Kongkar bercerita tentang seseorang yang terjebak dalam rindu mendalam kepada sosok yang dirindukan. Perasaan itu ...

Aku Mengaku


Masih aku terpaku
Retak muka remuk raga
Merindukanmu seperti batu
Tatapan mata selalu di angan

Merajut rindu bergelayut
Menantimu seperti batu
Di hatiku terpendam
Bungkam dalam diam sang malam

Merindukanmu seperti batu
Hampa dalam bayang siang
Kosong dalam tenang malam
Merenungimu seperti batu


2025

Analisis Puisi:

Puisi "Aku Mengaku" karya Lalik Kongkar menyuguhkan suasana batin yang pekat oleh rindu, kesepian, dan keterjebakan dalam perasaan yang membeku. Melalui pengulangan kata “seperti batu”, penyair menguatkan gambaran tentang cinta yang kaku, rindu yang membatu, dan perasaan yang terjebak dalam keheningan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kerinduan yang membeku dalam kesendirian dan kebisuan. Rindu hadir begitu kuat, tetapi tidak tersampaikan, hanya terdiam seperti batu yang keras dan tak tergoyahkan.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang terjebak dalam rindu mendalam kepada sosok yang dirindukan. Perasaan itu hadir setiap waktu, baik siang maupun malam, namun tak bisa diungkapkan. Kerinduan itu akhirnya hanya bisa dipendam dalam hati, seolah-olah membatu tanpa bisa dilepaskan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kerinduan bisa menjadi penjara batin. Ia bisa membuat seseorang merasa hampa, terdiam, bahkan kehilangan arah. Batu menjadi simbol keteguhan, tetapi juga kebekuan: rindu yang kuat sekaligus menyakitkan karena tak bisa disampaikan. Ada pula pesan tentang bagaimana cinta kadang membuat manusia rapuh dalam diam, meskipun dari luar tampak tegar.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah sunyi, muram, dan penuh keheningan. Ada kesepian yang terasa panjang, baik dalam malam yang bungkam maupun dalam siang yang kosong. Suasana ini mempertegas betapa rindu menjadi beban emosional yang tak tersampaikan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa rindu perlu diungkapkan, bukan hanya dipendam. Menyimpan perasaan terlalu lama dapat membuat hati membatu dan jiwa menjadi hampa. Penyair seakan mengingatkan bahwa kejujuran perasaan lebih sehat daripada membiarkannya terkubur dalam diam.

Imaji

Beberapa imaji yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Imaji visual: “Retak muka remuk raga” menggambarkan penderitaan batin yang terlihat di raut wajah.
  • Imaji perasaan: “Bungkam dalam diam sang malam” dan “Hampa dalam bayang siang” menghadirkan kesepian yang mendalam.
  • Imaji metaforis: “Merindukanmu seperti batu” menghadirkan kesan rindu yang kaku, keras, dan membeku.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini di antaranya:
  • Simile (perbandingan): “Merindukanmu seperti batu”, “Merenungimu seperti batu” → perasaan disamakan dengan sifat batu yang keras dan beku.
  • Metafora: “Retak muka remuk raga” → menggambarkan luka batin yang mendalam tanpa menyebutnya secara langsung.
  • Personifikasi: “Bungkam dalam diam sang malam” → malam seolah memiliki kemampuan untuk bungkam, mempertegas kesunyian.
  • Repetisi: Pengulangan frasa “seperti batu” menekankan kebekuan perasaan dan beratnya kerinduan.
Puisi "Aku Mengaku" karya Lalik Kongkar merupakan ungkapan rindu yang penuh keheningan. Dengan tema kerinduan yang membatu, penyair menghadirkan suasana sepi dan kosong, memperlihatkan sisi rapuh manusia yang terjebak dalam perasaan mendalam. Imaji sederhana namun kuat serta majas yang dominan menjadikan puisi ini sarat makna, terutama pesan bahwa rindu yang dipendam tanpa keberanian untuk diungkapkan hanya akan berubah menjadi beban batin.

Lalik Kongkar
Puisi: Aku Mengaku
Karya: Lalik Kongkar

Biodata Lalik Kongkar:
  • Lalik Kongkar. Pemerhati Pembangunan Desa, Minat Kajian Politik, Filsafat dan Sastra.
© Sepenuhnya. All rights reserved.