Aquarel
lihatlah — wajah yang
penuh dukana — seperti
isa di kanvas itu!
adapun manusia, hari-harinya seperti rumput,
seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga;
apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia;
dan tempatnya tidak mengenalnya lagi
mazmur 103 : 15-16
1987
Sumber: Sangkakala (1996)
Analisis Puisi:
Puisi "Aquarel" karya Rita Oetoro menghadirkan renungan tentang kefanaan manusia melalui perumpamaan yang puitis dan sederhana namun mendalam. Dengan mengambil inspirasi dari Mazmur 103:15-16, puisi ini mengajak pembaca untuk menyadari bahwa kehidupan manusia begitu rapuh dan sementara, layaknya lukisan cat air yang mudah memudar.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kefanaan dan kerapuhan hidup manusia di tengah perjalanan waktu. Puisi ini menyoroti betapa manusia pada akhirnya hanyalah bagian kecil dari alam yang cepat berlalu, layaknya bunga dan rumput yang mudah layu.
Puisi ini bercerita tentang perenungan akan nasib manusia yang fana, yang kehidupannya singkat dan mudah hilang seperti warna dalam lukisan cat air (aquarel). Penulis menggunakan gambaran wajah yang penuh dukana seperti sebuah lukisan di kanvas, dan perbandingan manusia dengan rumput dan bunga yang mudah layu dan hilang jika disentuh angin.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah kesadaran mendalam akan keterbatasan dan kefanaan manusia di dunia, yang tidak abadi dan akan meninggalkan jejak yang samar seperti lukisan cat air yang memudar. Ini menjadi pengingat bagi pembaca agar menghargai waktu dan keberadaan yang terbatas.
Suasana dalam Puisi
Meski tidak secara eksplisit disebutkan, suasana puisi ini terasa tenang, reflektif, dan penuh kesadaran akan kenyataan hidup yang tidak abadi.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai hidup yang singkat dan memahami bahwa segala sesuatu bersifat sementara, sehingga penting untuk menjalani hidup dengan bijaksana dan penuh kesadaran.
Imaji
Puisi menggunakan imaji yang sederhana namun kuat:
- “wajah yang penuh dukana — seperti isa di kanvas itu!” membangkitkan gambaran wajah penuh kesedihan yang seperti lukisan;
- “hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang” menggambarkan kerapuhan dan kefanaan;
- “apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia” menggambarkan betapa cepat dan mudahnya kehidupan hilang.
Majas
Dalam puisi ini terdapat majas:
- Simile (perbandingan eksplisit) “seperti rumput, seperti bunga di padang”;
- Metafora wajah manusia yang seperti lukisan di kanvas;
- Personifikasi angin yang “melintasi” bunga dan rumput, menggambarkan kekuatan alam yang memengaruhi kehidupan manusia.
Puisi "Aquarel" karya Rita Oetoro membawa pembaca untuk merenungkan arti keberadaan manusia yang sementara, mengingatkan bahwa hidup ini penuh keindahan sekaligus keterbatasan. Melalui gambaran sederhana namun penuh makna, puisi ini menjadi pengingat bahwa waktu yang kita miliki adalah anugerah yang harus dihargai.
Puisi: Aquarel
Karya: Rita Oetoro
Biodata Rita Oetoro:
Rita Oetoro (Rita Cascia Saraswati atau Rita Oey) lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, pada tanggal 6 Desember 1943.
