Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Arsitektur Hotel (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Arsitektur Hotel" karya Afrizal Malna bercerita tentang sebuah hotel yang sepi, dingin, dan dipenuhi benda-benda mati. Di dalam hotel, ...
Arsitektur Hotel
Versi Abad yang Berlari (1984)

Hotel sepi. Hotel mati. Seekor burung dari kamar ke 
kamar, menyileti cermin. Dan batu-batu membuat 
bangku, dan batu-batu membuat pintu, dan batu-batu 
membuat tamu. Dada. Telur-telur mati mengisi hotel. Beri
 
aku orang.

Hotel mengubah orang-orang datang jadi orang-orang
 pergi, menyetir mobil sendiri, menyetel radio sendiri,
 
memanggil burung-burung terbang, menghias sunyi di
 
setiap telur. Maka, dada, kupu-kupu bersarang jadi
 
pohon mati, burung-burung terbang jadi bukit mati. Ia
 
bangun manusia pecah.

Ini jam hotel. Dada. Waktu sedang membuat sarang, 
membuat telur. Setelah semua janji dianggap tidak suci, 
angin itu jadi hotel, semangka itu jadi hotel, sapi itu jadi 
hotel. Maka jendela-jendela hotel, Dada, menunggu 
semua yang pergi, menunggu semua yang lari, 
menunggu semua yang tak setuju.

Biarkan tamu-tamu datang. Dada. Memecahkan telur 
dari kamar ke kamar. Memecahkan telur dari kamar ke 
kamar.

1984

Ekstase Hotel
Versi Horison (Mei, 1984)

(1)

hotel sepi, dada, hotel sepi, hanya seekor burung dari kamar ke kamar menyileti cermin. dan seribu hotel, dada. menunggu di luar dengan seribu jam yang tak bergerak.

(2)

hotel sepi, bumi sendiri tanpa manusia, dada. diam hotel sekarat jadi kupu-kupu, jadi ulat, jadi kepompong, dada. menyembunyikan radio mati menyetir mobil mati menyalakan lampu mati. dunia di tanganku, dada. tidak ada lagi berpeta.

(3)

jam hotel, dada. waktu kotak kotak kotak. setelah seribu bulan menjaga kesucian. pengantin itu dimakan hotel, dada. dan tuhan ia usir sambil berdoa bahwa seluruh alam semesta adalah milikku. maka jendela-jendela hotel, maka jendela-jendela hotel, DADA! terbuka meneteskan mayat. aku berziarah di hadapan mesin kota.

dada, biarkan aku sendiri
menyilet waktu.

1984

Catatan Admin:
Kedua puisi di atas memiliki judul yang berbeda, namun memiliki banyak kesamaan dari segi isi (kata-kata yang digunakan penyair). Sehingga kami memutuskan untuk memuatnya di halaman yang sama.

Analisis Puisi:

Puisi "Arsitektur Hotel" karya Afrizal Malna merupakan salah satu karya khas dari penyair yang dikenal dengan gaya eksperimental, penuh metafora benda-benda sehari-hari, dan menantang pembaca untuk menafsirkan makna di balik jalinan kata yang tampak absurd. Puisi ini muncul dalam dua versi, yaitu Versi Abad yang Berlari (1984) dan Versi Horison (Mei, 1984), yang sama-sama menekankan pada citraan hotel sebagai ruang yang sepi, dingin, dan dipenuhi benda-benda mati.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah kesepian modern dan keterasingan manusia di ruang buatan. Hotel dalam puisi Afrizal Malna bukan hanya sebuah bangunan, melainkan metafora bagi dunia modern yang penuh benda mati, tanpa jiwa, dan mengasingkan manusia dari makna hidupnya.

Puisi ini bercerita tentang sebuah hotel yang sepi, dingin, dan dipenuhi benda-benda mati. Di dalam hotel, manusia hanya hadir sebagai “tamu” yang datang dan pergi, tanpa meninggalkan makna. Hotel menjadi simbol ruang artifisial yang mengubah manusia menjadi bagian dari mekanisme—datang, menginap, pergi, lalu hilang. Bahkan burung, telur, hingga kupu-kupu di dalam puisi ini tak lepas dari kesan kematian, kehampaan, dan keterasingan.

Makna Tersirat

Secara tersirat, puisi ini mengkritik dunia modern yang mekanis dan dehumanis. Hotel menjadi lambang dari peradaban modern: penuh fasilitas, tetapi miskin makna. Kehidupan kota dan modernitas yang ditawarkan justru menimbulkan kesepian, keterputusan dari tradisi, bahkan hilangnya sakralitas (tercermin dalam baris “setelah semua janji dianggap tidak suci”). Ada juga kesan bahwa manusia di era modern hanyalah “tamu” dalam hidupnya sendiri—datang dan pergi tanpa arah, tanpa meninggalkan jejak yang berarti.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang ditampilkan puisi ini adalah sepi, dingin, absurd, dan menekan. Imaji hotel yang kosong, burung yang menyileti cermin, telur-telur mati, kupu-kupu yang jadi pohon mati, serta jendela hotel yang meneteskan mayat—semua menghadirkan atmosfer yang muram, kelam, dan penuh keterasingan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah peringatan bagi manusia agar tidak terjebak dalam dunia modern yang penuh benda mati dan melupakan nilai kemanusiaan. Afrizal Malna seolah ingin menunjukkan bahwa di balik kemegahan peradaban (hotel, kota, mesin), ada kekosongan spiritual dan keterasingan yang mengintai manusia.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan imaji bunyi. Beberapa contoh imaji yang menonjol:
  • “seekor burung dari kamar ke kamar menyileti cermin” → imaji visual yang absurd namun kuat, seolah menggambarkan perasaan teriris.
  • “telur-telur mati mengisi hotel” → imaji visual yang suram dan menekan.
  • “jendela-jendela hotel meneteskan mayat” → imaji visual yang ekstrem, memberi kesan horor dan kekosongan hidup.
  • “kupu-kupu bersarang jadi pohon mati” → imaji paradoks, menggabungkan keindahan dengan kematian.

Majas

Afrizal Malna menggunakan berbagai majas untuk memperkuat puisinya, di antaranya:
  • Personifikasi – benda mati diberi sifat hidup, seperti “hotel mengubah orang-orang datang jadi orang-orang pergi” atau “burung dari kamar ke kamar menyileti cermin”.
  • Metafora – hotel dijadikan metafora kehidupan modern yang dingin dan kosong.
  • Repetisi – pengulangan kata “hotel sepi, dada” menciptakan efek mantra dan mempertegas suasana.
  • Hiperbola – ungkapan seperti “seluruh alam semesta adalah milikku” berfungsi menggambarkan kesombongan manusia modern yang kehilangan sakralitas.
  • Simbolisme – burung, telur, kupu-kupu, dan jendela menjadi simbol kehidupan, kematian, dan keterasingan dalam modernitas.
Puisi "Arsitektur Hotel" karya Afrizal Malna merupakan representasi puitik dari kegelisahan hidup modern. Dengan gaya surealis dan penuh citraan benda mati, penyair berhasil menggambarkan betapa modernitas dengan segala kecanggihannya justru bisa menghadirkan kesepian, keterasingan, dan hilangnya kesakralan hidup manusia. Hotel yang seharusnya menjadi tempat singgah, dalam puisi ini berubah menjadi simbol keterasingan manusia dari dirinya sendiri.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Arsitektur Hotel
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.