Sumber: Puitika Roestam Effendi dan Percikan Permenungan (2013)
Analisis Puisi:
Puisi "Bernasib" karya Rustam Effendi mengangkat tema besar tentang penderitaan batin akibat kehilangan cinta dan pengekangan kebebasan perasaan. Keempat bagian puisinya mengalir seperti fragmen perjalanan emosional seorang tokoh yang mengalami pergolakan hati — dari rindu yang mengiris, kepura-puraan di hadapan orang lain, kesunyian yang mengekang, hingga kerinduan pada kebahagiaan yang telah hilang. Tema ini memperlihatkan konflik antara ekspresi hati yang sebenarnya dengan topeng sosial yang harus dikenakan.
Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh yang tengah terjebak dalam pusaran rasa rindu, kesedihan, dan kesepian mendalam.
- Pada bagian (1), tokoh menyampaikan keluh kesah hati yang seperti diiringi bunyi biola dan rebab, simbol dari nada-nada kesedihan yang menghunjam.
- Bagian (2) menggambarkan usaha tokoh untuk menyembunyikan kesedihan dengan senyum dan sikap ceria di hadapan orang lain, meski hatinya meronta.
- Bagian (3) memperlihatkan perasaan terpenjara seperti burung bayan di sangkar, di mana hati baru terbuka tetapi lidah kehilangan kemampuan untuk melagukan isi hati.
- Bagian (4) membawa nuansa kenangan akan masa indah yang pernah ada, namun kini tinggal duka karena sosok yang dicintai telah pergi, meninggalkan luka yang tak kunjung sembuh.
Makna tersirat
Makna tersirat dari Bernasib adalah konflik batin manusia yang terbelenggu oleh keadaan, baik karena kehilangan orang tercinta maupun keterbatasan untuk mengekspresikan diri. Rustam Effendi menggambarkan bahwa kesedihan tidak selalu bisa ditunjukkan secara terang-terangan; terkadang ia harus ditutupi demi menjaga penampilan atau menghindari pertanyaan orang lain.
Ada pula pesan bahwa rindu dan kesedihan dapat menjadi penjara yang tak kasat mata, membuat seseorang kehilangan gairah hidup dan menunggu akhir sebagai pelepasan.
Suasana dalam puisi
Suasana yang mendominasi keempat bagian Bernasib adalah melankolis, sunyi, dan pilu. Ada rasa kesepian yang mendalam, bahkan ketika tokoh berada di tengah orang lain. Dalam beberapa bagian, suasana ini bercampur dengan nostalgia, terutama ketika mengenang masa-masa bahagia yang telah sirna. Nuansa getir sangat terasa pada baris-baris yang menyinggung tentang kematian sebagai pelepas rindu dan penderitaan.
Amanat / pesan yang disampaikan puisi
Pesan yang tersirat dari puisi ini adalah:
- Jangan mengekang perasaan terlalu lama, karena duka yang dipendam hanya akan semakin memberatkan hati.
- Kehidupan tak selalu indah, dan kehilangan adalah bagian yang tak terhindarkan, namun kita perlu mencari cara untuk berdamai dengannya.
- Kebebasan batin sangat penting; ketika seseorang terbelenggu oleh kenangan dan rasa sakit, ia akan kehilangan semangat hidup.
Imaji
Rustam Effendi menghadirkan imaji yang kuat dan puitis melalui metafora musikal, alam, dan gerak tubuh:
- Imaji pendengaran: "bisikan biola", "mencicit dan menyunu", "rebab memecah biola". Bunyi-bunyian ini menjadi lambang jeritan hati.
- Imaji penglihatan: "bergubal awan berbual-bual", "berombak perak gubahan pawana", "bintaran bulan terpinar perak".
- Imaji perasaan: "menggenggami kalbu – berombak sedih", "pada adinda… dihanyutkan pilu".
Imaji ini memperkuat kesan batin tokoh yang berlapis-lapis: rindu, sedih, terpenjara, dan hampa.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam Bernasib antara lain:
- Majas personifikasi: "rebab memecah biola" memberi kesan seolah instrumen musik bisa bertarung.
- Majas metafora: "béta bak bagai si burung Bayan" melukiskan perasaan terkurung dalam penjara batin.
- Majas hiperbola: "masak nyawa, 'kan gugur k'kubur" mempertegas penderitaan yang begitu berat hingga terasa mendekati kematian.
- Majas simile: "bak terkepai-kepai" membandingkan kegelisahan hati dengan gerakan burung yang tak tenang.
Puisi "Bernasib" adalah puisi yang memotret perjalanan batin seseorang yang tenggelam dalam rindu dan kesedihan, dari upaya menutupi luka di depan orang lain hingga pasrah menerima kenyataan. Rustam Effendi mengemasnya dengan imaji musikal dan alam yang memukau, menghadirkan suasana melankolis yang pekat. Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk memahami bahwa penderitaan batin adalah sesuatu yang nyata, meski tak selalu terlihat di permukaan.
Puisi: Bernasib
Karya: Rustam Effendi
Biodata Roestam Effendi:
- Rustam Effendi lahir pada tanggal 13 Mei 1903 di Padang, Sumatra Barat.
- Rustam Effendi meninggal dunia pada tanggal 24 Mei 1979 (pada usia 76) di Jakarta.