Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Buku Harian yang Koyak (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Buku Harian yang Koyak" karya Dimas Arika Mihardja menggambarkan peristiwa-peristiwa tragis dan dampaknya terhadap kehidupan dan ....
Buku Harian yang Koyak
(: Aceh, Jogja, Sidoarjo)

Di aceh, Nuruddin Ar Raniri - Hamzah Fansuri berjalan menyisir pantai
mengusung keranda-keranda tsunami  
melipat buku harian duka
yang terombang-ambing ditampar ombak
digelandangkan gelombang 
bergelantungan di pucuk-pucuk buih:
lukanya perih.

Di jogja, 100 penyair mencatat 5.9 skala richter
di kedalaman puisi. Tapi sepi tetap merayap ke puncak merapi
yang membara. Nyi Roro Kidul saat itu menggelar pesta
berselancar dalam debar. Rambutnya yang tergerai
menyapu bibir-bibir pantai. Di mana Sultan? Di mana Mbah Maridjan?
Jogja bau kemenyan!

Mampirlah di Sidoarjo, singgah di tanggul angin
mau beli sepatu atau tas baru? Kenapa waktu memburu?
Uap gas makin mengeras di keluasan lumpur-lumpur panas
rumah, sawah, sekolah, tempat ibadah:
musnah!

1 April 2007

Analisis Puisi:

Puisi "Buku Harian yang Koyak" karya Dimas Arika Mihardja adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan peristiwa-peristiwa tragis dan dampaknya terhadap kehidupan dan kebudayaan di beberapa daerah di Indonesia. Puisi ini mengambil sudut pandang yang puitis dan reflektif terhadap bencana alam serta peristiwa sosial yang mempengaruhi masyarakat.

Tema Utama

  • Bencana Alam dan Dampaknya: Puisi ini menggambarkan dampak dari bencana alam, seperti tsunami di Aceh dan lumpur panas di Sidoarjo, yang menghancurkan dan mengubah kehidupan masyarakat setempat secara drastis. Penggunaan metafora "keranda-keranda tsunami" dan "lumpur-lumpur panas" menunjukkan kehancuran yang besar dan tragis dari bencana tersebut.
  • Trauma dan Kesedihan: Tema trauma dan kesedihan masyarakat yang terkena dampak bencana tercermin dalam "buku harian duka" yang dilipat-lipat, menggambarkan upaya untuk meredakan rasa sakit dan kehilangan yang mendalam akibat bencana.
  • Keindonesiaan: Puisi ini juga mencerminkan identitas Indonesia dengan merujuk pada tokoh-tokoh dan mitos lokal seperti Nyi Roro Kidul dan peristiwa-peristiwa sejarah seperti saat Sultan dan Mbah Maridjan di Yogyakarta, serta aroma kemenyan yang khas di Jogja.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Metafora dan Simbolisme: Penggunaan metafora seperti "buku harian duka" dan "ombak yang memukul" menggambarkan kehancuran emosional dan fisik yang dialami oleh masyarakat terdampak bencana. Simbolisme seperti Nyi Roro Kidul dan kemenyan memperkuat identitas lokal dan kebudayaan Indonesia.
  • Imajinatif dan Deskriptif: Puisi ini menggunakan bahasa yang imajinatif dan deskriptif untuk menggambarkan pemandangan dan perasaan dalam situasi yang ekstrem, memberikan nuansa tragedi yang mendalam.
  • Bait dan Ritme: Struktur puisi yang terdiri dari beberapa bait yang pendek namun padat memberikan ritme yang khas dan menggugah, serta memungkinkan penyampaian pesan dengan cara yang efektif.

Interpretasi dan Makna

  • Penghormatan terhadap Korban Bencana: Puisi ini menghormati korban-korban bencana alam dengan merenungkan kesedihan dan kehancuran yang mereka alami, serta mencatat pengaruh yang berkepanjangan dari peristiwa-peristiwa tragis tersebut terhadap kehidupan masyarakat.
  • Refleksi terhadap Alam dan Kemanusiaan: Melalui puisi ini, pembaca dihadapkan pada refleksi tentang kekuatan alam yang melampaui kendali manusia, serta tentang solidaritas dan ketabahan manusia dalam menghadapi cobaan yang tidak terduga.
  • Identitas Kebangsaan: Penggunaan referensi terhadap tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian khas Indonesia memperkuat identitas kebangsaan dan kekayaan budaya yang dimiliki bangsa ini, serta menggugah rasa kepedulian terhadap warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Puisi "Buku Harian yang Koyak" karya Dimas Arika Mihardja adalah sebuah karya sastra yang menyentuh dan menggugah. Melalui bahasa yang puitis dan imajinatif, puisi ini berhasil menggambarkan dampak bencana alam dan tragedi sosial di Indonesia, serta memperkuat rasa kebangsaan dan solidaritas manusia dalam menghadapi cobaan. Puisi ini memberikan suatu pandangan yang mendalam terhadap kemanusiaan dan identitas kebangsaan dalam konteks kehidupan yang penuh tantangan.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Buku Harian yang Koyak
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.