Bulan dan Anak
kemarau yang membersihkan halaman
adalah kemarau yang mengusap bulan
ada sejuta bayang-bayang
membiarkan burung-burung lewat
terbang ke selatan
mata ayah dan ibu di halaman
dilayari gerak si sayang nakal
(turunlah bulan
lewat pucuk-pucuk daun pinang
turunlah ke pangkuan!
ada beberapa rahasia
yang ingin kami bisikkan
tentang duri-duri opelan
tentang duri-duri langai
tentang kecut kesambi
dan kentut bidadari)
apa yang sudah terpendam
mungkin riak ombak
tahu-tahu
anak kecil itu membuka baju
diletakkan pada ujung setangkai batang ketela
ia lalu bersiap
dan melangkah tegap
ia bernyanyi
bumi pun turut bernyanyi
-- berkibarlah hai benderaku!
merah adalah ayahku
putih adalah ibuku
yang bersatu dalam cintaku
hanyalah Tuhan yang tahu
derap hati yang menggoncang dunia
jiwa bertahan dengan kelarut
dengan jeruk dan angin sejuk
serta laut kuah kecipir
dua kulum senyum merekah
di bibir ibu di bibir ayah
ketika sang putera bersitegap
menabik pada bulan
(bulan, turunlah bulan
turunlah ke ubun-ubun!
ada rahasia yang segera kami sampaikan
tentang musim penghujan
tentang nisan-nisan
tentang sulur emas-emasan
tentang telur yang seribu tahun diperam
sampai kini belum menetes)
mendesau angin kemarau
mengalun tongtong di kejauhan
"ayah!
bulan itu siapa punya?"
"kalau tak nakal
engkau yang punya"
lalu baju bertangkai batang ketela
diberikan pada ayahnya,
letakkan bendera ini di bulan sana!
ayahnya menganga
dan ibunya tertawa
anak itu menjerit
berguling di tanah
1973
Sumber: Jalan Hati Jalan Samudra (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Bulan dan Anak" karya D. Zawawi Imron menggambarkan momen kebersamaan keluarga dalam suasana alam yang puitis. Puisi ini mengandung berbagai imaji dan simbol yang memberikan kedalaman makna.
Keindahan Alam dan Kehidupan Keluarga: Puisi ini menggambarkan suasana kemarau yang membersihkan halaman dan bulan yang terang di malam hari. Namun, di balik deskripsi alam yang indah, puisi ini juga menghadirkan gambaran kehidupan keluarga yang penuh dengan kebahagiaan dan harmoni.
Anak sebagai Pusat Perhatian: Puisi ini menampilkan seorang anak kecil yang menjadi pusat perhatian dan kegembiraan kedua orangtuanya. Sikap nakal dan ceria sang anak menciptakan suasana yang cerah dalam puisi ini.
Simbolisme Bulan: Bulan dalam puisi ini bukan hanya sebuah benda langit, tetapi juga memuat berbagai makna. Bulan digambarkan sebagai saksi peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan keluarga, seperti saat anak menabiknya. Bulan juga menjadi simbol keabadian dan misteri yang masih harus diungkapkan.
Irama dan Ritme: Puisi ini memiliki irama yang lembut dan harmonis. Ritme puisi mengalir seperti sebuah lagu yang merangkul kebersamaan dan kebahagiaan keluarga.
Dialog dalam Puisi: Puisi ini juga menggunakan dialog antara anak, ayah, dan ibu. Dialog ini memberikan dimensi realisme dan memberikan sudut pandang dari berbagai karakter dalam keluarga.
Perubahan Mood: Puisi ini mengalami perubahan mood dari deskripsi alam yang tenang menjadi momen riang dan bersemangat ketika anak menabik bulan. Ini menciptakan pergeseran perasaan bagi pembaca, membawa mereka dari ketenangan malam ke keceriaan anak-anak.
Makna Mendalam: Di balik keceriaan anak-anak, puisi ini juga mengandung makna yang lebih dalam tentang kebahagiaan dalam keluarga, rahasia yang masih disimpan (terwakili oleh "telur yang seribu tahun diperam"), dan peran anak dalam keluarga.
Puisi "Bulan dan Anak" karya D. Zawawi Imron adalah contoh nyata keterampilan penyair dalam menyampaikan makna melalui gambaran alam dan momen-momen kehidupan sehari-hari. Simbolisme bulan, dialog antara karakter, dan perubahan mood menghidupkan puisi ini dengan berbagai nuansa, menghadirkan momen-momen berharga dalam kebersamaan keluarga.

Puisi: Bulan dan Anak
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron (biasa disapa Cak Imron) adalah salah satu penyair ternama di Indonesia, ia lahir di desa Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ia sendiri tidak mengetahui dengan pasti tanggal kelahirannya.