Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Catatan Hari Ini (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Catatan Hari Ini" karya Wiji Thukul adalah potret sederhana namun tajam tentang realitas hidup rakyat kecil. Dengan tema kemiskinan dan ...
Catatan Hari Ini

aku nganggur lagi

semalam ibu tidur di kursi
jam dua lebih aku menulis puisi
aku duduk menghadap meja
ibu kelap-kelip matanya ngitung utang

jam enam sore:
bapak pulang kerja
setelah makan sepiring
lalu mandi tanpa sabun

tadi siang ibu tanya padaku:
kapan ada uang?

jam setengah tujuh malam
aku berangkat latihan teater
apakah seni bisa memperbaiki hidup?

Solo, Juni 1986

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Catatan Hari Ini" karya Wiji Thukul mengangkat tema kemiskinan, perjuangan hidup, dan kegelisahan seniman dalam menghadapi kenyataan sosial. Tema ini erat kaitannya dengan kehidupan rakyat kecil yang kerap harus berjuang keras demi bertahan, sekaligus menunjukkan dilema antara kebutuhan ekonomi dan panggilan jiwa dalam seni.

Puisi ini bercerita tentang kehidupan sehari-hari keluarga sederhana yang penuh keterbatasan. Tokoh “aku” dalam puisi menuturkan realitas pahit: ia sedang menganggur, ibunya harus menghitung utang hingga larut malam, ayahnya pulang kerja dalam kondisi lelah bahkan mandi tanpa sabun, dan sang ibu bertanya kapan uang bisa diperoleh. Di tengah kondisi ini, si “aku” justru memilih berangkat latihan teater, sembari mempertanyakan apakah seni benar-benar bisa memperbaiki kehidupan.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah konflik antara kebutuhan ekonomi dengan idealisme seni. Wiji Thukul seakan menggambarkan keresahan pribadi maupun kolektif: bagaimana seniman, rakyat miskin, atau siapapun yang hidup dalam keterbatasan dihadapkan pada dilema antara “bertahan hidup” atau “mengejar panggilan jiwa”. Lebih jauh, puisi ini menyinggung ketidakadilan sosial yang membuat keluarga kecil harus hidup dalam kesulitan tanpa jaminan yang layak.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini adalah muram, getir, dan penuh kegelisahan. Ada keletihan dalam kehidupan sehari-hari, ditambah pertanyaan eksistensial yang tidak mudah dijawab. Namun di sisi lain, ada juga semangat untuk tetap berpegang pada harapan, meski itu hanya lewat seni dan perlawanan kecil dalam keseharian.

Amanat / pesan yang disampaikan puisi

Amanat yang dapat dipetik adalah pentingnya kesadaran sosial dalam melihat realitas hidup rakyat kecil. Wiji Thukul ingin menunjukkan bahwa seni tidak bisa dilepaskan dari kehidupan nyata. Seni bukan hanya ekspresi estetika, tetapi juga bisa menjadi alat perjuangan dan penyadaran. Selain itu, puisi ini memberi pesan bahwa perjuangan ekonomi dan perjuangan budaya adalah dua hal yang saling terkait, bukan dipisahkan.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji yang kuat dari kehidupan sehari-hari rakyat kecil:
  • “ibu tidur di kursi / jam dua lebih aku menulis puisi / ibu kelap-kelip matanya ngitung utang” — menghadirkan bayangan nyata tentang ibu yang lelah dan penuh beban pikiran.
  • “bapak pulang kerja / setelah makan sepiring / lalu mandi tanpa sabun” — menciptakan gambaran getir tentang kemiskinan dan keterbatasan.
  • “aku berangkat latihan teater / apakah seni bisa memperbaiki hidup?” — menampilkan imaji konflik batin seorang seniman.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “ibu kelap-kelip matanya ngitung utang” menggambarkan kelelahan bercampur kegelisahan.
  • Retorika: pertanyaan “apakah seni bisa memperbaiki hidup?” adalah pertanyaan reflektif yang mengandung ironi.
  • Elipsis: penggunaan larik pendek dan potongan waktu sehari-hari (jam dua, jam enam sore, jam setengah tujuh malam) membangun kesan fragmentaris namun nyata, seperti catatan harian.
Puisi "Catatan Hari Ini" karya Wiji Thukul adalah potret sederhana namun tajam tentang realitas hidup rakyat kecil. Dengan tema kemiskinan dan kegelisahan seniman, puisi ini bercerita tentang keluarga yang hidup dalam keterbatasan namun tetap menyisakan ruang untuk harapan melalui seni. Makna tersiratnya menyentuh persoalan sosial yang lebih luas: apakah seni hanya untuk hiburan atau bisa menjadi jalan perlawanan terhadap ketidakadilan. Imaji dan majas yang digunakan Wiji Thukul membuat puisi ini terasa nyata, dekat, dan menyentuh hati pembacanya.

Puisi Catatan Hari Ini
Puisi: Catatan Hari Ini
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.