Analisis Puisi:
Tema utama puisi ini adalah pencarian makna dan sumber luka dalam kehidupan manusia, dengan latar kegelisahan batin antara kebenaran, cinta, kesepian, dan realitas yang tak terhindarkan. Leon Agusta memadukan perenungan spiritual dengan perasaan pahit terhadap luka yang datang tanpa peringatan.
Puisi ini bercerita tentang seorang aku lirik yang merenungkan keberadaannya di dunia yang penuh kotoran dan penyakit, baik secara fisik maupun moral. Dalam renungan itu, ia sempat bercita-cita menjadi "orang suci", lalu mempertanyakan Tuhan, membandingkan cinta dengan puisi, serta mengakui bahwa hidup selalu membawa kutuk, tipu daya, dan luka yang muncul sebelum sempat dipahami sumbernya.
Makna Tersirat
Makna tersirat puisi ini adalah kritik terhadap rapuhnya manusia di tengah kehidupan yang penuh kebohongan, penderitaan, dan kehilangan arah. "Pisau" menjadi simbol luka atau penderitaan yang datang tiba-tiba, tanpa tahu siapa pelakunya atau dari mana asalnya. Pertanyaan kepada Tuhan dan perbandingan antara cinta dan puisi menunjukkan kerinduan akan sesuatu yang murni dan abadi, namun realitas yang dihadapi justru penuh jebakan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini melankolis, getir, dan reflektif. Ada rasa kesepian, kehilangan, dan keterjebakan dalam hidup yang tak memberi banyak pilihan selain menerima luka.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa hidup penuh dengan luka yang sering datang tanpa kita sadari sumbernya, dan manusia perlu sadar akan keterbatasannya dalam memahami sepenuhnya kebenaran hidup. Selain itu, ada dorongan untuk merenung, mempertanyakan, dan tetap mencari makna meskipun dunia tidak selalu memberikan jawaban.
Imaji
Leon Agusta menggunakan beberapa imaji yang kuat, di antaranya:
- Visual: "Kita pepohonan berpelukan / Penuh penyakit dan kotoran" — memberikan gambaran alam yang kotor sebagai metafora keadaan manusia.
- Perasaan: Pertanyaan "Ya, Tuhan. Apakah Kau juga kesepian?" membangkitkan rasa sunyi yang dalam.
- Luka fisik: "Dari pisau mana datangnya tikam" memberi kesan nyata tentang rasa sakit yang tiba-tiba.
Majas
Puisi ini memuat beberapa jenis majas, seperti:
- Metafora – "Kita pepohonan berpelukan" menggambarkan manusia yang saling dekat namun sama-sama membawa penyakit atau keburukan.
- Personifikasi – Tuhan digambarkan seakan bisa merasakan kesepian.
- Pertanyaan retoris – "Manakah lebih indah, cinta atau puisi?" dan "Ya, Tuhan. Apakah Kau juga kesepian?" untuk memancing perenungan tanpa mengharapkan jawaban literal.
- Simbolisme – "Pisau" sebagai simbol luka, penderitaan, atau pengkhianatan.
Puisi: Dari Pisau Mana?
Karya: Leon Agusta
Biodata Leon Agusta:
- Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
- Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
- Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.