Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Bibir Malam (Karya Budi Arianto)

Puisi "Di Bibir Malam" karya Budi Arianto bercerita tentang seseorang yang merenungi perjalanan hidupnya. Dia memandang senja—sebagai tanda waktu ...
Di Bibir Malam

Waktu jua mengantar senja
perlahan pandangan kian mengabur
begitulah sebuah perjalanan
hingga tiba di bibir malam.

Banda Aceh, November 2013

Analisis Puisi:

Tema puisi ini adalah perjalanan hidup menuju akhir. Budi Arianto menggunakan pergeseran waktu dari senja menuju malam sebagai simbol perjalanan manusia yang tak terelakkan, dari masa kejayaan menuju akhir kehidupan.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merenungi perjalanan hidupnya. Dia memandang senja—sebagai tanda waktu yang mulai meredup—dan menyadari bahwa pandangan hidup, kekuatan, dan mungkin kesempatan yang dimilikinya kian memudar. Perjalanan itu berlanjut hingga mencapai “bibir malam”, simbol yang kuat untuk menggambarkan batas akhir perjalanan manusia.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kesadaran akan kefanaan. Setiap perjalanan, baik itu kehidupan, karier, atau hubungan, pada akhirnya akan mencapai titik henti. “Bibir malam” menjadi metafora tentang kematian atau berakhirnya sebuah fase, sementara “pandangan kian mengabur” menandakan berkurangnya kemampuan fisik atau kejernihan batin menjelang akhir.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini adalah melankolis, hening, dan reflektif. Tidak ada kepanikan atau ketakutan, hanya penerimaan yang tenang akan perubahan waktu dan nasib.

Amanat / Pesan yang disampaikan

Pesan yang disampaikan puisi ini adalah kita perlu menerima bahwa semua perjalanan memiliki ujung. Waktu akan membawa kita pada perubahan, dan pada akhirnya kita harus siap menyambut malam dengan hati yang lapang.

Imaji

Budi Arianto menggunakan imaji visual yang sederhana namun kuat:
  • “Waktu jua mengantar senja” — menghadirkan bayangan langit yang mulai temaram.
  • “Pandangan kian mengabur” — memperlihatkan penurunan kemampuan melihat, yang dapat dimaknai secara fisik maupun metaforis.
  • “Bibir malam” — gambaran batas antara terang dan gelap, antara hidup dan kematian.

Majas

Beberapa majas yang digunakan antara lain:
  • Metafora — “Senja” dan “malam” sebagai perumpamaan perjalanan hidup dan kematian.
  • Personifikasi — “Waktu jua mengantar senja” memberikan sifat manusia pada waktu, seolah ia dapat mengantarkan.
  • Eufemisme — “Bibir malam” digunakan sebagai ungkapan halus untuk menyebut kematian atau akhir perjalanan.

Budi Arianto
Puisi: Di Bibir Malam
Karya: Budi Arianto
© Sepenuhnya. All rights reserved.