Sumber: Puitika Roestam Effendi dan Percikan Permenungan (2013)
Analisis Puisi:
Puisi "Gagasan" karya Rustam Effendi memadukan gambaran alam yang dahsyat dengan luapan emosi cinta yang begitu kuat. Penyair menggunakan diksi dan struktur kalimat yang khas, menciptakan suasana dramatis yang berubah menjadi intim dan penuh gairah. Dengan latar bencana alam yang mencekam, puisi ini justru menampilkan keabadian rasa dalam hubungan dua insan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah keabadian cinta di tengah kekacauan. Rustam Effendi mengontraskan kehancuran jagat (bumi) dengan kekuatan ikatan batin dan asmara, menunjukkan bahwa kasih sayang yang mendalam mampu meniadakan rasa takut.
Puisi ini bercerita tentang dua insan yang berada di tengah kekacauan besar — badai, petir, dan kehancuran bumi. Namun, meski alam di sekitarnya nyaris kiamat, keduanya tetap larut dalam rasa cinta. Kehangatan hubungan mereka mengalahkan rasa takut terhadap bencana yang melanda.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa cinta sejati dapat membuat manusia melupakan ketakutan dan penderitaan, bahkan di saat dunia seolah runtuh. Cinta diposisikan sebagai kekuatan yang melampaui kekacauan, bencana, bahkan kematian. Ada juga pesan bahwa hubungan emosional yang mendalam mampu memberikan rasa aman meski situasi dunia tidak bersahabat.
Suasana dalam puisi
Suasana puisi ini diawali dengan ketegangan, mencekam, dan penuh ancaman. Gambaran petir, batang pohon tumbang, dan teriakan minta tolong menciptakan nuansa bencana. Namun, suasana kemudian beralih menjadi penuh gairah, mesra, dan tenang bagi dua tokoh yang saling mencintai.
Amanat / pesan yang disampaikan puisi
Pesan yang dapat diambil adalah bahwa cinta memiliki kekuatan luar biasa yang dapat meredam rasa takut dan kegelisahan, bahkan dalam situasi terburuk. Puisi ini juga menyiratkan pentingnya kebersamaan, karena ketika dihadapkan pada ancaman besar, kehangatan dan dukungan dari orang tercinta menjadi sumber kekuatan.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji yang menggugah:
- Imaji auditif: “berkebut ribut” (suara petir dan angin), “menakutkan kalbu” (suasana mencekam), “melulung: tulung!” (teriakan minta tolong).
- Imaji visual: “disembar lelintar; tumbang batang” (petir menyambar pohon, pohon tumbang), “tunggang langgang” (kepanikan orang-orang).
- Imaji perasaan: “dipadu rindu”, “hilang bimbang, dimadu ciummu” (kelekatan emosional dan gairah).
Majas
Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: kayu “mendayu” seakan bernyanyi atau merintih diterpa badai.
- Hiperbola: “nak kiamat jagat” (seakan-akan dunia akan berakhir) untuk menegaskan dahsyatnya bencana.
- Metafora: “nubari sari” untuk melambangkan inti jiwa yang berpadu oleh rindu.
- Simbolisme: petir, badai, dan kehancuran alam melambangkan tantangan dan ancaman hidup, sementara pelukan dan ciuman melambangkan perlindungan emosional.
Puisi "Gagasan" menunjukkan kekuatan imajinasi Rustam Effendi dalam memadukan gambaran bencana alam dengan keteguhan cinta manusia. Meskipun alam sedang mengamuk, hati dua insan ini tetap terpaut erat, seakan-akan dunia di luar mereka sudah tidak berarti.