Analisis Puisi:
Puisi “Ibadah Separoh Usia” karya Dorothea Rosa Herliany merupakan salah satu karya yang kaya makna dan menyimpan pergulatan batin manusia dalam hubungannya dengan spiritualitas. Puisi ini tidak sekadar menampilkan ritual agama secara lahiriah, melainkan menggali sisi terdalam dari keraguan, pencarian, serta keterasingan eksistensial yang dialami penyair.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kegelisahan spiritual dan pencarian makna ibadah di tengah keterbatasan manusia. Dorothea mengangkat persoalan spiritualitas yang tidak linear, melainkan penuh pertanyaan, rasa kosong, dan kebimbangan dalam menjalani hubungan dengan yang Ilahi.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang berada di usia separuh perjalanan hidupnya, mencoba menemukan makna dalam ibadah, doa, dan ritual keagamaan. Namun, ia merasakan ibadah itu tidak pernah benar-benar selesai, selalu terputus, bahkan terasa hampa. Kalimat-kalimat doa, shalat, kidung, mazmur, dan khotbah seolah hanya bergema dalam ruang kesunyian, tanpa menghadirkan jawaban yang pasti.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah pergumulan batin manusia dengan keimanan dan kesunyian rohani. Penyair seakan menyingkap realitas bahwa ibadah bukan hanya tentang formalitas ritual, tetapi juga tentang pencarian spiritual yang sering kali diwarnai kegagapan, keraguan, bahkan kehampaan. Ada perasaan keterasingan dari Tuhan, meski sang penyair terus berusaha mencari-Nya melalui doa dan sembahyang.
Selain itu, puisi ini juga bisa dimaknai sebagai refleksi tentang usia pertengahan hidup, saat manusia mulai mempertanyakan tujuan, keyakinan, dan makna ibadah yang dijalani.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa sunyi, gelisah, dan penuh pertanyaan. Ada nuansa spiritual yang berat, seakan penyair berada di ruang ibadah yang remang, penuh gema, tetapi tanpa kepastian. Kata-kata seperti berguguran, gagap, tak menyala, kesunyian menghadirkan atmosfer batin yang hampa dan mencari.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa ibadah sejati bukan hanya ritual, melainkan perjalanan batin yang penuh pencarian dan kerendahan hati. Dorothea ingin menyampaikan bahwa manusia, dengan segala keterbatasannya, mungkin tidak pernah benar-benar “menyelesaikan” ibadahnya. Namun, dalam pencarian yang terus-menerus itu, justru ada makna dan kedalaman iman.
Imaji
Puisi ini dipenuhi dengan imaji religius dan simbolik. Beberapa di antaranya:
- “Kalimat-kalimat yang kau ucapkan berguguran dalam shadatku” → imaji verbal sekaligus spiritual, menggambarkan doa yang tak utuh.
- “Lilin-lilin tak menyala dalam ruangan tanpa cahaya” → imaji visual yang kuat, melukiskan kesunyian dan kekosongan spiritual.
- “Gema mazmur beterbangan dalam tidur gelisahku” → imaji auditif sekaligus emosional, menghadirkan perasaan batin yang resah.
- “Telah kautabuh loncengmu? Sembahyangku tak juga menemu akhir” → imaji ritual yang mengandung makna keabadian dalam pencarian.
Majas
Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “lilin-lilin tak menyala dalam ruangan tanpa cahaya” sebagai metafora kehampaan iman.
- Personifikasi: “gema mazmur beterbangan” memberikan sifat hidup pada suara.
- Repetisi: pengulangan kata “sembahyangku tak juga menemu akhir” mempertegas pencarian yang tak kunjung usai.
- Hiperbola: “ayat-ayat tak pernah dibaca” menekankan betapa banyaknya doa atau pesan spiritual yang seolah terlupakan.
Puisi “Ibadah Separoh Usia” karya Dorothea Rosa Herliany menghadirkan perenungan mendalam tentang pergulatan iman dan spiritualitas manusia. Dengan tema kegelisahan religius, puisi ini bercerita tentang pencarian makna ibadah yang penuh keraguan dan keterasingan. Makna tersirat dari puisi ini menunjukkan bahwa perjalanan rohani manusia tidak selalu penuh kepastian, melainkan sering kali diliputi rasa sunyi, kosong, dan tanya.
Melalui imaji religius yang kuat serta penggunaan majas yang mendalam, Dorothea mengajak pembaca merenungkan bahwa ibadah adalah proses batin yang tidak pernah selesai. Amanatnya, manusia harus tetap setia dalam pencarian spiritual, meski tidak selalu menemukan jawaban yang pasti.

Puisi: Ibadah Separoh Usia
Karya: Dorothea Rosa Herliany
Biodata Dorothea Rosa Herliany:
- Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
- Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.