Analisis Puisi:
Puisi "Igau Bulan" karya Arif Bagus Prasetyo merupakan karya yang kaya akan makna dan gambaran emosi yang intens. Puisi ini menampilkan pergulatan batin dan suasana kelam yang penuh dengan simbolisme dan perasaan gelisah.
Tema
Tema utama puisi ini adalah pertempuran batin melawan penderitaan dan ketidakpastian, yang diwujudkan dalam gambaran gelap dan bulan yang mengigau. Ada kesan pergulatan antara hidup dan mati, sakit dan kesembuhan, serta upaya manusia menghadapi kenyataan yang pahit.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang berada dalam keadaan antara hidup dan kematian, digambarkan melalui citraan medis seperti "selang infus" dan suasana malam yang gelap penuh ketidakpastian. Tokoh dalam puisi tampak berjuang menghadapi rasa sakit, mimpi buruk, dan kematian yang semakin mendekat, diiringi oleh bayangan dan suara-suara mistis yang menambah ketegangan emosional.
Makna Tersirat
Makna tersirat puisi ini berkaitan dengan keterasingan manusia dalam menghadapi penderitaan dan kematian. “Bulan yang mengigau” dan gambaran mimpi buruk mencerminkan ketidakpastian dan kegelisahan jiwa yang tengah berjuang menerima kenyataan pahit. Ada juga simbol “jagal” yang bijak, menandakan bahwa kematian adalah hal yang tak terhindarkan dan kadang harus diterima.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini sangat gelap, mencekam, dan penuh kecemasan. Ada nuansa kesakitan, ketakutan, dan kesendirian yang mendalam, namun di sisi lain juga hadir unsur magis dan harapan samar melalui gambaran “kunang-kunang” dan “denting harpa”.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang tersirat dalam puisi ini adalah tentang penerimaan terhadap penderitaan dan kematian sebagai bagian dari kehidupan. Walau gelap dan takut menyelimuti, ada harapan dan kedamaian yang bisa ditemukan, bahkan dalam keadaan tersulit sekalipun.
Imaji
Puisi ini sangat kaya akan imaji yang kuat dan kontras, seperti:
- Visual: “selang infus”, “akar mawar”, “bulan yang tidak nampak”, “ranjang bersimbah darah”.
- Olfaktori: “tercium bau karbol”.
- Auditori: “denting harpa sayup-sayup”.
- Kinestetik: “jari kasarmu yang terayun mencabuti akar mawar”.
Imaji-imaji ini membangun suasana yang penuh ketegangan dan intensitas emosi.
Majas
Puisi ini menggunakan berbagai majas, antara lain:
- Personifikasi: “bulan yang tidak nampak mengigau parau”.
- Metafora: “jagal yang agak bijak” sebagai lambang kematian yang tak terelakkan.
- Simbolisme: “akar mawar” mewakili kehidupan atau cinta yang tercabik-cabik.
- Hiperbola: “ranjang jalang bersimbah darah” sebagai gambaran penderitaan yang ekstrem.
Puisi "Igau Bulan" adalah puisi yang menggugah kesadaran pembaca akan ketidakpastian dan kerapuhan hidup manusia dalam menghadapi penderitaan dan kematian. Dengan citraan yang kuat dan bahasa yang puitis, Arif Bagus Prasetyo membawa pembaca menyelami ruang batin yang penuh gelisah namun tetap memiliki secercah harapan.