Jangan Lupa Kekasihku
jangan lupa kekasihku
jika terang bulan
kita jalan-jalan
yang tidur di depan rumah
di pinggir selokan
itu tetangga kita kekasihku
jangan lupa kekasihku
jika pukul lima
buruh-buruh perempuan
yang matanya letih
jalan sama-sama denganmu
berbondong-bondong
itu kawanmu kekasihku
jangan lupa kekasihku
jika kau ditanya siapa mertuamu
jawablah: yang menarik becak itu
itu bapakmu kekasihku
jangan lupa kekasihku
pada siapapun yang bertanya
sebutkan namamu
jangan malu
itu namamu kekasihku
Solo-Sorogenen, 14 Maret 1988
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Jangan Lupa Kekasihku" karya Wiji Thukul adalah seruan untuk mengingat dan mengakui nilai-nilai kemanusiaan dalam hubungan antara individu-individu di sekitar kita. Puisi ini menggarisbawahi persamaan manusia dan kebutuhan untuk menghormati dan menghargai sesama.
Pemahaman Kemanusiaan: Puisi ini menyoroti pentingnya mengenali dan mengingat semua orang yang ada dalam kehidupan kita, termasuk mereka yang seringkali terabaikan atau dianggap sepele. Dalam konteks ini, kekasih disebutkan secara luas, mencakup tetangga, buruh perempuan, dan bahkan orang tua. Pesan di sini adalah bahwa semua orang memiliki peran dan kontribusi yang penting dalam kehidupan kita, dan mereka layak diakui dan dihormati.
Solidaritas dan Pengakuan: Melalui puisi ini, Wiji Thukul menggarisbawahi pentingnya solidaritas dan pengakuan terhadap individu-individu dari berbagai lapisan masyarakat. Pesan ini ditandai dengan berbagai contoh, seperti berjalan-jalan dengan tetangga di depan rumah atau berjalan bersama buruh perempuan yang bekerja keras. Puisi ini mengajak kita untuk melihat nilai dan hubungan kita dengan orang lain tanpa memandang status atau profesi mereka.
Kejujuran dan Identitas: Bagian akhir puisi menekankan pentingnya kejujuran dan mengakui identitas kita sendiri. Wiji Thukul menginstruksikan untuk menjawab pertanyaan dengan jujur dan bangga tentang nama kita sendiri. Ini menunjukkan pentingnya memiliki integritas dan mengakui diri kita sendiri tanpa malu atau rasa rendah diri.
Puisi "Jangan Lupa Kekasihku" mengajak kita untuk mengingat, menghormati, dan mengakui nila-nilai kemanusiaan dalam hubungan antara individu-individu. Puisi ini menunjukkan betapa pentingnya melihat orang lain sebagai sesama manusia, tanpa memandang latar belakang atau status sosial mereka. Dengan merayakan keragaman dan memberikan pengakuan kepada setiap individu, puisi ini mendorong untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif dan saling mendukung.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
