Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kita Berdatangan dengan Ragi Duka (Karya Rusli Marzuki Saria)

Puisi “Kita Berdatangan dengan Ragi Duka” karya Rusli Marzuki Saria bercerita tentang kumpulan orang yang menanggung duka bersama-sama, berjalan ...
Kita Berdatangan dengan Ragi Duka

kita berdatangan dengan ragi duka
menjalani jalan desa dan kota
meliuk lengang
kita hidupkan unggun cinta

kita remas cemas
waktu kemalangan datang timpa menimpa
waspada, hantu terkekeh batuk mendekeh
kita sudah antarkan prajurit terlantar
ke rumah ibunya

kita sudah pahatkan secuil sejarah
di loteng-loteng rumah
jauh dari menepuk dada, atau
selama ini kalender mengigau

1966

Sumber: Parewa (1998)

Analisis Puisi:

Puisi “Kita Berdatangan dengan Ragi Duka” karya Rusli Marzuki Saria merupakan karya yang sarat dengan nuansa sosial dan emosional. Lewat larik-lariknya, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup manusia yang dipenuhi duka, kecemasan, dan peristiwa tragis, namun di balik itu tetap ada api cinta dan keteguhan untuk bertahan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perjalanan hidup manusia dalam menghadapi duka dan penderitaan, serta usaha kolektif untuk tetap menjaga cinta dan harapan. Penyair menggambarkan manusia sebagai makhluk yang datang dengan “ragi duka”, namun tidak berhenti pada kepedihan; mereka juga menghidupkan “unggun cinta” di tengah kegelapan.

Puisi ini bercerita tentang kumpulan orang yang menanggung duka bersama-sama, berjalan menelusuri desa dan kota, menyaksikan kemalangan, mengantarkan prajurit yang terlantar kepada ibunya, dan memahat sejarah di tempat-tempat sederhana. Narasi ini seolah melukiskan perjalanan bangsa atau komunitas yang selalu bersentuhan dengan penderitaan, namun tidak kehilangan semangat untuk menciptakan makna.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup manusia tidak lepas dari penderitaan, kematian, dan peristiwa kelam, tetapi justru dalam penderitaan itulah cinta, kebersamaan, dan sejarah bisa terlahir. Penyair ingin menekankan bahwa pengalaman pahit bukanlah akhir, melainkan bagian dari perjalanan yang mengajarkan kewaspadaan, empati, dan ketabahan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, getir, sekaligus reflektif. Ada perasaan kehilangan dan kepedihan yang kuat, namun diimbangi dengan semangat kolektif untuk tetap bertahan dan menemukan arti dalam perjalanan hidup.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini adalah bahwa dukacita tidak seharusnya melemahkan, melainkan bisa menjadi dasar untuk memperkuat ikatan kemanusiaan, menjaga cinta, dan menuliskan sejarah dengan rendah hati. Penyair juga mengingatkan bahwa kemalangan adalah bagian dari hidup, sehingga manusia perlu bersiap menghadapinya dengan kewaspadaan, cinta, dan solidaritas.

Imaji

Imaji yang hadir dalam puisi ini cukup kuat dan konkret, antara lain:
  • Imaji perjalanan: “menjalani jalan desa dan kota, meliuk lengang” menggambarkan manusia yang terus berjalan menempuh hidup.
  • Imaji emosional: “kita remas cemas” mengekspresikan ketegangan batin.
  • Imaji visual: “prajurit terlantar ke rumah ibunya” menghadirkan bayangan tentang kepedihan seorang ibu menerima anaknya yang kembali dalam keadaan mengenaskan.
  • Imaji simbolis: “pahatkan secuil sejarah di loteng-loteng rumah” menghadirkan makna bahwa sejarah sering terukir dalam ruang-ruang kecil, tersembunyi, jauh dari sorotan besar.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “ragi duka” sebagai simbol penderitaan yang melekat pada kehidupan.
  • Personifikasi: “kalender mengigau” memberikan sifat manusia pada benda mati.
  • Repetisi: kata “kita” yang diulang menekankan kebersamaan dalam menghadapi penderitaan.
  • Hiperbola: “hantu terkekeh batuk mendekeh” menambah intensitas suasana mencekam.
Puisi “Kita Berdatangan dengan Ragi Duka” karya Rusli Marzuki Saria adalah refleksi mendalam tentang penderitaan, cinta, dan sejarah. Melalui diksi yang penuh imaji dan majas, penyair mengingatkan bahwa manusia selalu berdampingan dengan duka, tetapi dari duka itu pula lahir kekuatan untuk mencipta cinta, solidaritas, dan catatan sejarah.

Rusli Marzuki Saria
Puisi: Kita Berdatangan dengan Ragi Duka
Karya: Rusli Marzuki Saria

Biodata Rusli Marzuki Saria:
  • Rusli Marzuki Saria lahir di Kamang, Bukittinggi, 26 Februari 1936.
© Sepenuhnya. All rights reserved.