Kunjungan Ibunda
Aku berjalan bersama Maria
Menyusuri pagi, menyusuri malam
Melewati gang di kampung-kampung
Menempuh jalan-jalan raya
Aku berlayar bersama Maria
Meniti ombak, angin dan buih
Membelah gelombang laut yang sepi
Aku terbang bersama Maria
Melintasi sungai-sungai dan benua
Menembus awan, mendekati cakrawala
Bunda anak-anak yang hilang
Malam ini kita bertamu ke sejuta orang
Mengetuk pintu-pintu kamar terkunci
Menyampaikan salam damai sejati
Atau masuk saja ke rumah-rumah di desa
Yang pintunya selalu terbuka
Bunda, malam ini adalah malam untuk-Mu
Bersama-Mu aku mengunjungi para keluarga
Yang telah sekian lama merindukan-Mu
Yang merasa terpencil dan hampir terlupa
Sumber: Lautan Cinta (1986)
Analisis Puisi:
Puisi "Kunjungan Ibunda" karya Eka Budianta adalah salah satu karya yang sarat makna dan memiliki kekuatan spiritual, sosial, serta emosional. Penyair memotret sosok seorang ibu—yang dalam puisi ini dihadirkan dengan nama Maria—sebagai simbol kasih sayang, pengharapan, dan pendampingan abadi. Lewat larik-lariknya, puisi ini menyampaikan pesan universal tentang kerinduan manusia terhadap cinta kasih seorang ibu dan kehadirannya yang menenteramkan.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah kasih sayang ibu yang universal dan abadi. Sosok Maria diposisikan bukan hanya sebagai seorang ibu biologis, melainkan juga ibu spiritual, bunda bagi anak-anak yang hilang, dan figur keibuan yang hadir untuk membawa kedamaian kepada siapa pun yang merindukannya.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan seorang anak bersama ibunda. Sang penyair menghadirkan perjalanan itu dalam bentuk metaforis: berjalan menyusuri kampung, berlayar menembus ombak, hingga terbang mendekati cakrawala. Semua itu melambangkan luasnya jangkauan kasih seorang ibu.
Lebih jauh, puisi ini juga bercerita tentang kunjungan kasih seorang ibu kepada keluarga-keluarga yang merindukannya. Ada gambaran ketukan di pintu-pintu kamar yang terkunci, salam damai yang dibawa, hingga masuk ke rumah desa yang pintunya selalu terbuka. Semua menunjukkan bahwa ibu bukan hanya hadir di ranah pribadi, melainkan juga di ranah sosial.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa kasih sayang seorang ibu melampaui ruang, waktu, bahkan batas fisik. Maria dalam puisi ini bisa dipahami sebagai sosok keibuan yang universal—mungkin merujuk pada Bunda Maria dalam tradisi Kristiani, tetapi juga bisa dimaknai sebagai metafora kasih ibu yang dirindukan setiap anak di manapun berada.
Selain itu, ada makna spiritual yang mendalam: kehadiran seorang ibu adalah cahaya yang menguatkan orang-orang yang merasa kesepian, terasing, atau terlupakan. Dengan demikian, ibu hadir bukan sekadar dalam ikatan darah, tetapi juga sebagai simbol harapan dan penghiburan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini adalah hangat, haru, dan penuh ketenteraman. Larik-larik tentang perjalanan jauh dengan Maria menghadirkan kesan kebersamaan yang kuat. Sementara bagian ketika penyair menyebutkan kunjungan ke rumah-rumah dengan pintu terbuka menciptakan suasana akrab dan penuh penerimaan. Ada pula suasana spiritual dan religius yang meneduhkan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa kasih sayang ibu adalah kekuatan yang menyatukan, mendamaikan, dan menghidupkan kembali semangat orang-orang yang hampir putus asa. Puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai peran ibu, baik dalam lingkup keluarga maupun kehidupan sosial yang lebih luas.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji, antara lain:
- Imaji visual: “menyusuri pagi, menyusuri malam”, “menembus awan, mendekati cakrawala”, “pintu-pintu kamar terkunci”, “pintu-pintu rumah desa yang terbuka”. Semua memberikan gambaran nyata kepada pembaca.
- Imaji auditif: “mengetuk pintu-pintu kamar” menghadirkan bunyi ketukan yang terasa dekat dan penuh makna.
- Imaji gerak: “berlayar meniti ombak”, “melintasi sungai-sungai dan benua”, “menembus awan” yang menciptakan kesan perjalanan luas dan penuh tantangan.
Majas
Beberapa majas yang hadir dalam puisi ini antara lain:
- Majas metafora – perjalanan menyusuri malam, berlayar menembus ombak, dan terbang menembus awan melambangkan perjalanan hidup bersama kasih ibu.
- Majas personifikasi – laut digambarkan sepi, rumah digambarkan selalu terbuka, yang memberikan sifat manusiawi pada benda mati.
- Majas simbolik – sosok Maria dapat dimaknai sebagai simbol kasih sayang ibu universal, juga simbol keibuan yang memberi ketenangan dan pengharapan.
Puisi "Kunjungan Ibunda" karya Eka Budianta bukan hanya menggambarkan perjalanan seorang anak bersama ibu, tetapi juga mengajak pembaca merenungkan betapa agungnya kasih seorang ibu. Tema yang diangkat universal, bercerita tentang kerinduan dan harapan, dengan makna tersirat yang mendalam. Suasana hangat dan penuh damai, amanat yang menyentuh, imaji yang kuat, serta penggunaan majas yang indah membuat puisi ini menjadi karya yang sarat nilai humanis dan spiritual.
Karya: Eka Budianta
Biodata Eka Budianta:
- Christophorus Apolinaris Eka Budianta Martoredjo.
- Eka Budianta lahir pada tanggal 1 Februari 1956 di Ngimbang, Jawa Timur.
