Analisis Puisi:
Puisi "L'enfant Terrible" karya Ajip Rosidi merupakan karya yang mendalam dan penuh emosi, mencerminkan keterasingan dan keterikatan yang dialami seorang individu dalam situasi ekstrem. Dalam puisi ini, Rosidi mengeksplorasi tema keterasingan dan ketidakberdayaan melalui gambaran dramatis dan simbolis.
Struktur dan Tema
Puisi ini terdiri dari empat bait, masing-masing dengan nuansa dan tema yang berbeda namun saling terkait. Setiap bait menggambarkan situasi yang menuntut perhatian terhadap karakter "anak" yang digambarkan sebagai tokoh yang terasing dan tidak memiliki tempat atau jati diri yang pasti.
"Membungkuklah langit: rintik menangisi / Anak yang tiada rumah kan pulang / Berdiri tegap di railing jembatan / Men-tertawa-kan langit cengeng hati"
Bait pertama menggambarkan suasana langit yang seakan menangisi nasib anak yang tidak memiliki rumah. Anak ini berdiri di jembatan, yang mungkin melambangkan batas atau peralihan antara dua dunia. Keberadaan anak ini di tengah ketidakpastian dan rasa ketidakpastian tampaknya memberikan kesan bahwa ia menganggap keadaan dengan sikap apatis atau sinis.
"Taufan mengamuk di tengah lautan / Kapal terbanting kan pecah tenggelam / Anak yang tiada siapa kan meminta / Tenang dalam ketenangan belia."
Pada bait kedua, Rosidi menggunakan metafora taufan dan kapal yang tenggelam untuk menggambarkan kekacauan dan kehancuran. Anak yang tidak memiliki siapa-siapa dalam hidupnya tampaknya menemukan ketenangan dalam situasi yang kacau, mungkin sebagai bentuk pelarian dari realitas yang menekan.
"Dunia terbakar dalam perang / Api dan peluru dan dendam menerjang / Anak yang tiada tanah air kan pulang / Menyuruk antara maut dan ancaman pedang."
Di sini, Rosidi menunjukkan gambaran perang dan kekacauan yang melanda dunia. Anak ini tidak memiliki tanah air, dan ia kembali ke situasi yang penuh ancaman dan bahaya. Konteks ini menggambarkan betapa beratnya situasi yang harus dihadapi seseorang yang merasa tidak memiliki tempat yang aman.
"Namun jika masuk dalam ruangan / Penuh orang tua-tua yang sopan / Menyambutnya hormat dan segan / Anak yang selalu hidup sendiri / Tersiksa hati dan lemah sendi / Ingin kembali ke tengah ancaman / Dan maut yang menjangkaukan tangan."
Pada bait terakhir, anak ini memasuki ruangan yang penuh dengan orang tua yang sopan dan hormat, tetapi justru merasa tersiksa dan lemah di tengah suasana yang terlihat baik. Keinginan untuk kembali ke situasi berbahaya mungkin mencerminkan ketidakcocokan atau rasa keterasingan yang mendalam dalam situasi yang dianggap lebih aman.
Interpretasi
Puisi "L'enfant Terrible" menggambarkan anak yang selalu merasa terasing, baik dalam situasi yang kacau maupun dalam situasi yang tampaknya lebih tenang. Rosidi dengan cermat menggunakan metafora dan gambaran visual yang kuat untuk menyampaikan perasaan keterasingan dan ketidakcocokan yang mendalam. Anak ini tidak memiliki tempat yang benar-benar aman atau merasa diterima, sehingga ia terjebak dalam ketidakpastian dan konflik batin.
Karya ini dapat diartikan sebagai komentar terhadap kondisi sosial dan politik di mana individu merasa terasing dan tidak memiliki jati diri yang pasti. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dan simbolis, Rosidi menciptakan sebuah karya yang menggugah perasaan dan pemikiran tentang apa artinya memiliki rumah dan tempat di dunia yang penuh dengan konflik dan perubahan.
Karya: Ajip Rosidi
Biodata Ajip Rosidi:
- Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
- Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
- Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.