Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Masih Kuingat Dia Bernama Handayani Barangkali (Karya F. Rahardi)

Puisi "Masih Kuingat Dia Bernama Handayani Barangkali" karya F. Rahardi bercerita tentang pertemuan dan interaksi tokoh aku dengan seorang ...
Masih Kuingat Dia Bernama Handayani Barangkali (1)

di bawah lampu-lampu temaram
sebuah pameran lukisan
dia pernah berkata padaku: aduh-aduh
seniman memang gemar menempel-nempelkan
omong-kosong
lalu menguras-nguras kantong – terpaksa
senyumnya tercecer di warung-warung nasi
dan perut kami pun terisi – mengapa
aku balik bertanya
apa sebenarnya yang kau cari-cari di sini
keyakinan-keyakinan konyol atau
omongan-omongan latah
dia marah-marah: maaf-maaf
aku cinta wajahku di atas kanvas
aku ingin gambar-gambar yang waras
kau jangan edan

Masih Kuingat Dia Bernama Handayani Barangkali (2)

di antara balerina-balerina di sana
telah dipentaskan sebuah kisah tontonlah
cium-ciuman di taman
persetubuhan di atas dipan
lalu apa – aku lupa
dia tersenyum
di bawah lampu-lampu temaram
terbawa musik-musik ringan
ah tidak
aku cinta warna-warnamu
aku tahu masa depanmu yang tak menentu
ambillah
omong kosong penguras kantong
keyakinan-keyakinan konyol itu
dia tersipu: Kau baik sekali Handayani
dia termangu.

4/1/1973

Analisis Puisi:

Puisi "Masih Kuingat Dia Bernama Handayani Barangkali" karya F. Rahardi terdiri dari dua bagian yang saling berkelindan. Keduanya menampilkan fragmen percakapan, peristiwa, dan suasana yang kaya akan simbol dan ironi. Rahardi memadukan gaya tutur sehari-hari dengan sindiran halus terhadap dunia seni dan hubungan antarmanusia.

Tema

Tema puisi ini berpusat pada relasi antara seni, kemurnian ekspresi, dan kepentingan pribadi. Ada kritik terhadap kemunafikan dan komersialisasi dalam dunia seni, sekaligus penggambaran hubungan personal yang kompleks antara penyair dan sosok “Handayani”.

Puisi ini bercerita tentang pertemuan dan interaksi tokoh aku dengan seorang perempuan bernama Handayani. Pada bagian pertama, mereka berada di pameran lukisan. Handayani mengkritik seniman yang menurutnya “gemar menempel-nempelkan omong kosong” demi uang, namun secara paradoks ia sendiri mengakui mencintai wajahnya di atas kanvas. Pada bagian kedua, suasana berpindah ke pementasan balerina, diiringi adegan-adegan yang sensual dan ringan. Handayani mengekspresikan ketertarikan pada warna dan karya tokoh aku, meski menyebutnya sebagai “omong kosong” yang menguras kantong.

Makna tersirat

Makna tersirat puisi ini mencerminkan kontradiksi batin manusia: di satu sisi mengkritik sesuatu, namun di sisi lain tetap menikmati atau menginginkannya. Ada sindiran terhadap kemunafikan dalam mengapresiasi seni, di mana apresiasi sering kali bercampur dengan kepentingan personal, estetika yang subjektif, dan perasaan emosional. Puisi ini juga menggambarkan bagaimana seni sering dipandang bukan semata-mata untuk keindahan atau kebenaran, tetapi juga untuk citra, gengsi, atau bahkan kesenangan sesaat.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini campuran antara intim, ironis, dan sedikit satir. Pada satu momen, ada kehangatan percakapan personal di bawah lampu temaram; di momen lain, muncul nada kritik yang pedas namun terselip dalam gurauan. Nuansa intim diperkuat dengan deskripsi suasana malam, musik ringan, dan interaksi yang dekat.

Amanat / pesan yang disampaikan puisi

Amanat yang dapat diambil adalah bahwa seni seharusnya tidak hanya dipandang dari sisi materi atau kemunafikan apresiasi, melainkan dari nilai, makna, dan kejujuran ekspresi di baliknya. Puisi ini juga menyiratkan pesan tentang menerima kontradiksi manusiawi—bahwa orang bisa saja mengkritik sesuatu tetapi diam-diam menyukainya.

Imaji

F. Rahardi menggunakan imaji visual yang kuat, seperti:
  • "di bawah lampu-lampu temaram" → membangun suasana intim dan lembut.
  • "senyumnya tercecer di warung-warung nasi" → menciptakan gambaran unik yang memadukan realitas sehari-hari dengan metafora.
  • "balerina-balerina di sana" → menghadirkan kesan pertunjukan elegan yang kontras dengan kritik sosial yang disisipkan.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: "senyumnya tercecer di warung-warung nasi" → menggambarkan senyum yang berserakan atau terpecah dalam momen-momen sederhana.
  • Sarkasme: pada ungkapan "omong kosong penguras kantong" yang merujuk pada karya seni komersial.
  • Paradoks: Handayani mengkritik seni namun tetap menyukainya, menciptakan kontras makna.

Floribertus Rahardi
Puisi: Masih Kuingat Dia Bernama Handayani Barangkali
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.