Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Midah (Karya Aldian Aripin)

Puisi "Midah" karya Aldian Aripin bercerita tentang seorang tokoh liris yang berbicara kepada sosok bernama Midah. Tokoh ini menggambarkan malam ...
Midah

Malam tebal sekali Midah
Ya, terlalu tebal memagut hatiku gundah.

Malam tebal sekali Midah
Ya, terlalu tebal memisah hariku cerah.

Malam tebal sekali Midah
Ya, tapi tiada waktu bagiku untuk istirah.

Malam tebal sekali Midah
Ya, siapa rela datang padaku menyerah.

Malam tebal sekali Midah
Ya, bergayut aku di senyumnya gairah.

Malam tebal sekali Midah
Ya, berharap aku cepat fajar merekah.

1958

Sumber: Oh Nostalgia (Sastera Leo Medan, 1968)

Analisis Puisi:

Puisi "Midah" karya Aldian Aripin merupakan karya yang sederhana dari segi bentuk, namun padat makna dan penuh pengulangan yang menciptakan ritme emosional. Dengan diksi yang langsung, penyair membawa pembaca masuk ke dalam suasana malam yang “tebal” — sebuah metafora yang memuat beban perasaan, kesepian, dan kerinduan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kerinduan dan kegelisahan yang terjebak dalam kesunyian malam. Malam di sini bukan hanya latar waktu, melainkan simbol dari jarak, hambatan, dan perasaan yang membelenggu hati.

Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh liris yang berbicara kepada sosok bernama Midah. Tokoh ini menggambarkan malam yang terasa begitu “tebal” — seakan-akan malam itu menjadi dinding pemisah antara dirinya dan kebahagiaan. Pengulangan larik "Malam tebal sekali Midah" memperkuat kesan terkurung dalam perasaan yang sama setiap saat. Ada harapan akan datangnya fajar, namun ia tetap bergelut dengan kegelisahan yang belum terselesaikan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah tentang perjuangan batin untuk keluar dari kesulitan atau kesedihan yang berkepanjangan. Malam yang “tebal” dapat diartikan sebagai fase hidup yang penuh masalah atau penderitaan. Midah bisa jadi adalah figur nyata (seseorang yang dicintai) atau metafora dari harapan dan pelipur lara. Harapan akan fajar merekah menunjukkan optimisme meski berada dalam situasi yang berat.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tergambar dalam puisi ini adalah muram, resah, namun tetap menyimpan sedikit harapan. Ada kegetiran yang terasa berulang-ulang, namun tidak sepenuhnya menutup pintu bagi kebahagiaan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa dalam kesedihan dan keterpurukan, selalu ada ruang untuk berharap dan menantikan perubahan. Bahkan ketika malam terasa sangat panjang dan berat, kita tetap bisa menantikan datangnya fajar.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji visual dan perasaan yang kuat:
  • Imaji visual: “Malam tebal sekali” menimbulkan gambaran tentang gelap pekat yang hampir bisa diraba.
  • Imaji perasaan: kegundahan, keterpisahan dari hari yang cerah, serta kegelisahan yang mendesak di hati.

Majas

Beberapa majas yang digunakan antara lain:
  • Repetisi: Larik “Malam tebal sekali Midah” diulang pada setiap bait untuk menekankan suasana dan perasaan.
  • Metafora: “Malam tebal” sebagai gambaran kesedihan atau hambatan batin.
  • Personifikasi: Malam seakan memiliki kemampuan “memagut hati” dan “memisah hariku cerah”.
  • Hiperbola: Penggambaran malam yang “terlalu tebal” memberikan kesan berlebihan untuk memperkuat emosi.

Aldian Aripin
Puisi: Midah
Karya: Aldian Aripin

Biodata Aldian Aripin:
  • Aldian Aripin lahir pada tanggal 1 Agustus 1938 di Kotapinang, Sumatera Utara.
  • Aldian Aripin meninggal dunia pada tanggal 15 Oktober 2010 di Medan
  • Aldian Aripin merupakan Penyair Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.