Analisis Puisi:
Puisi berjudul "Mimpi" karya Gunoto Saparie meski sangat singkat, menyimpan kedalaman makna yang bisa ditafsirkan dari berbagai sisi. Dengan larik-larik sederhana, penyair menghadirkan refleksi tentang kehadiran seseorang dalam mimpi, yang ternyata menyisakan kekecewaan.
Tema
Tema utama dari puisi Mimpi adalah kekecewaan dan kepalsuan dalam relasi. Penyair mengangkat perasaan dikhianati oleh seseorang yang hadir berulang kali, tetapi kehadiran itu ternyata tidak tulus dan penuh kepalsuan.
Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh liris yang mengalami mimpi. Dalam mimpinya, seseorang datang sebagai tamu—bahkan mungkin yang keseribu kalinya—namun pada akhirnya diketahui bahwa ia hanyalah sosok palsu. Kisah ini menjadi simbol tentang perasaan dikhianati, pertemuan yang sia-sia, atau persahabatan yang ternyata tidak sejujur yang dibayangkan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah pesan tentang ketidakpastian hubungan manusia. Seseorang bisa hadir berkali-kali dalam hidup kita, baik secara nyata maupun simbolis melalui mimpi, tetapi belum tentu kehadirannya membawa ketulusan. Ada ironi di balik pertemuan: semakin sering datang, semakin tampak pula kepalsuannya. Hal ini bisa dimaknai sebagai kritik terhadap hubungan yang hanya tampak indah di permukaan, namun rapuh dalam kejujuran.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi Mimpi terasa pilu, getir, dan penuh kekecewaan. Larik-larik pendek dan padat membangun suasana seperti sebuah keluhan lirih, diucapkan dalam keheningan. Ada kesan dingin dan sepi, khas dari pengalaman emosional ketika seseorang merasa dikhianati oleh orang yang dipercayainya.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan atau amanat yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa tidak semua yang hadir dalam hidup kita benar-benar tulus. Ada kalanya kita harus berhati-hati dalam menaruh kepercayaan, sebab kepalsuan bisa bersembunyi di balik senyuman atau pertemanan yang terlihat baik-baik saja. Penyair seolah mengingatkan pembaca agar bijak dalam melihat kehadiran orang lain dan tidak terjebak dalam ilusi.
Imaji
Imaji yang muncul dalam puisi ini lebih bersifat abstrak. Penyair menghadirkan gambaran tentang mimpi, tamu, dan kepalsuan. Imaji tersebut membangkitkan perasaan emosional pembaca, bukan melalui gambaran fisik, melainkan lewat suasana batin yang getir.
Majas
Majas yang digunakan dalam puisi ini di antaranya:
- Majas metafora – kata tamu di sini tidak hanya berarti orang yang berkunjung, tetapi sebagai simbol dari orang-orang yang hadir dalam hidup penyair.
- Majas hiperbola – muncul pada ungkapan mungkin yang keseribu, yang melebih-lebihkan jumlah kehadiran tamu untuk menunjukkan seringnya pengalaman itu.
Puisi "Mimpi" karya Gunoto Saparie membuktikan bahwa keindahan puisi tidak selalu ditentukan oleh panjangnya larik, tetapi oleh kekuatan makna yang terkandung di dalamnya. Melalui bait yang sangat singkat, penyair berhasil menyampaikan kegelisahan tentang ketidakjujuran, kepalsuan, dan kekecewaan dalam relasi manusia. Dengan tema yang universal, puisi ini dapat menyentuh siapa saja yang pernah merasakan perasaan serupa.
Puisi: Mimpi
Karya: Gunoto Saparie
Biodata Gunoto Saparie:
Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.
Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004). Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.
Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain. Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.
Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta).
Kini ia masih aktif menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Info Koperasi (Kendal), Majalah Justice News (Semarang), dan Majalah Opini Publik (Blora).
Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.
Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Jakarta dan Nairobi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah. Selain itu, di tengah kesibukannya menulis, ia kadang diundang untuk membaca puisi, menjadi juri lomba kesenian, pemakalah atau pembicara pada berbagai forum kesastraan dan kebahasaan, dan mengikuti sejumlah pertemuan sastrawan di Indonesia dan luar negeri.