Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Orang-Orang Menggadaikan Mimpi (Karya Syamsu Indra Usman)

Puisi "Orang-Orang Menggadaikan Mimpi" karya Syamsu Indra Usman adalah kritik tajam terhadap manusia yang melupakan iman demi duniawi.
Orang-Orang Menggadaikan Mimpi

Orang-orang telah menggadaikan mimpi
Yang ia tuai dalam perjalanan batin
Mereka berseteru bersekutu di pesugihan
Nama Tuhan mereka taruhkan
Di atas makam-makam tua
Memuja-muja batu
Memuji-muji setan
Menduakan nama tuhan yang maha esa
Harta tahta wanita jadi gunjingan saban hari
Ayat-ayat tuhan hanya sekedar ucapan bibir
Sumpah hanya kata-kata pemanis perjanjian
Masjid surau musola tak lagi terdengar azan
Anak-anak dusun telah enggan mengaji
Desa telah sepi ditinggalkan penghuni

Lubuk Puding, 2010

Sumber: Bisikan Malaikat (2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Orang-Orang Menggadaikan Mimpi" karya Syamsu Indra Usman merupakan karya yang sarat kritik sosial dan religius. Melalui larik-lariknya, penyair menghadirkan refleksi tentang manusia yang tergoda pada pesona duniawi hingga melupakan nilai spiritual dan moral yang seharusnya dijaga.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kemerosotan moral dan spiritual manusia. Penyair menggambarkan bagaimana manusia yang seharusnya menjaga iman dan mimpi sucinya, justru menggadaikannya demi harta, tahta, dan kesenangan duniawi.

Puisi ini bercerita tentang manusia yang menukar nilai luhur dan keyakinannya dengan hal-hal duniawi. Mereka terjerumus dalam praktik pesugihan, menyembah setan, memuja harta, bahkan melupakan kewajiban agama. Penyair menampilkan gambaran sebuah desa yang kehilangan ruh spiritualnya: masjid, surau, dan musola tak lagi bergema azan; anak-anak dusun enggan mengaji; dan masyarakat larut dalam keserakahan.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah peringatan terhadap degradasi iman dan akhlak. Penyair ingin menunjukkan bahwa ketika manusia terlalu terikat pada kepentingan materi, mereka rela menggadaikan nilai-nilai luhur, bahkan memperjualbelikan nama Tuhan untuk kepentingan sesaat. Puisi ini menjadi kritik terhadap praktik kemunafikan: membaca ayat Tuhan hanya di bibir, bersumpah hanya pemanis perjanjian, tanpa makna yang sesungguhnya.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini terasa muram, getir, dan penuh kekecewaan. Gambaran desa yang sunyi, rumah ibadah yang tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya, serta perilaku masyarakat yang terjebak pada keserakahan, menimbulkan nuansa keputusasaan dan kerinduan akan nilai-nilai yang hilang.

Amanat / pesan yang disampaikan puisi

Pesan moral yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa manusia tidak boleh melupakan Tuhan dan nilai-nilai spiritual hanya demi kepentingan duniawi. Harta, tahta, dan kesenangan sesaat tidak ada artinya jika harus menukar iman dan mimpi suci. Penyair seolah mengingatkan pembaca agar tetap menjaga nilai agama, tradisi, dan moralitas sebagai pegangan hidup.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji religius dan sosial. Misalnya, gambaran "nama Tuhan mereka taruhkan di atas makam-makam tua", "memuja-muja batu", "masjid surau musola tak lagi terdengar azan", dan "anak-anak dusun telah enggan mengaji" menghadirkan visualisasi yang kuat tentang kemunduran spiritual masyarakat. Imaji tersebut memperkuat kesan bahwa dunia religius yang seharusnya hidup kini berubah menjadi ruang kosong tanpa makna.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: "menggadaikan mimpi" menggambarkan manusia yang menukar cita-cita suci dengan sesuatu yang rendah dan fana.
  • Hiperbola: "memuja-muja batu, memuji-muji setan" sebagai gambaran ekstrem manusia yang kehilangan iman.
  • Ironi: "ayat-ayat Tuhan hanya sekedar ucapan bibir" menunjukkan perbedaan antara kesucian ayat dengan perilaku manusia yang mengucapkannya tanpa penghayatan.
  • Personifikasi: gambaran desa yang sepi ditinggalkan penghuni, seolah menjadi entitas hidup yang kehilangan ruhnya.
Puisi "Orang-Orang Menggadaikan Mimpi" karya Syamsu Indra Usman adalah kritik tajam terhadap manusia yang melupakan iman demi duniawi. Dengan bahasa puitis yang padat dan penuh simbol, penyair menyampaikan kegelisahan atas hilangnya nilai spiritual dalam kehidupan sosial. Karya ini tidak hanya menyuarakan kekecewaan, tetapi juga menjadi pengingat agar manusia kembali pada jalan yang lurus, menjaga iman, dan tidak menggadaikan mimpi sucinya.

Puisi
Puisi: Orang-Orang Menggadaikan Mimpi
Karya: Syamsu Indra Usman

Biodata Syamsu Indra Usman:
  • Syamsu Indra Usman lahir pada tanggal 12 Oktober 1956 di Lahat, Sumatera Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.