Puisi: Paragraf Kehilangan (Karya Alex R. Nainggolan)

Puisi "Paragraf Kehilangan" karya Alex R. Nainggolan bercerita tentang seseorang yang merasakan kehilangan mendalam terhadap orang yang pernah ...
Paragraf Kehilangan

aku kehilangan dirimu
waktu membulat, nanar
lalu menggambar dirimu yang dulu
segalanya cuma denyar
yang tak sampai
meski aku telah lunglai
terkulai dengan tubuh gemetar

mestinya kusalami pintu hatimu
sampai benar-benar terbuka
dan aku lesap ke dalamnya
tapi kali ini tak kunjung kutemui
engkau
hanya yang lain,
bagaikan harapan dingin

rasanya terlalu percuma
segala tawa
tinggal cerita

Jakarta, 26 Januari 2007

Analisis Puisi:

Puisi "Paragraf Kehilangan" karya Alex R. Nainggolan adalah sebuah karya yang menyentuh sisi emosional pembaca dengan bahasa sederhana namun penuh kedalaman. Setiap larik memuat nuansa kehilangan yang kental, seolah sang penyair menuliskannya dari ruang sunyi di hati.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kehilangan dan kerinduan yang tak terbalas. Penyair menggambarkan rasa hampa setelah seseorang yang begitu berarti pergi, meninggalkan ruang kosong yang tak tergantikan.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merasakan kehilangan mendalam terhadap orang yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Tokoh lirik mencoba mengingat dan bahkan “menggambar” sosok yang hilang, namun semua yang tersisa hanyalah kenangan yang tak mampu memuaskan rindu. Ada upaya untuk kembali memasuki hati orang tersebut, tetapi yang ditemui justru rasa asing dan dingin.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa kehilangan bukan hanya soal fisik, tetapi juga emosional. Ada kalanya seseorang yang kita cintai masih ada secara nyata, namun hubungan, kedekatan, dan rasa saling memahami sudah menghilang. Inilah kehilangan yang lebih menyakitkan — kehilangan yang tak kasatmata, tetapi terasa nyata di jiwa.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini adalah sendu, hampa, dan melankolis. Pilihan kata seperti nanar, lunglai, dingin, dan percuma membangun atmosfer emosional yang berat, seolah pembaca ikut terperangkap dalam kesunyian batin penyair.

Amanat / pesan yang disampaikan

Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa kehilangan adalah bagian dari hidup yang tak terelakkan. Meskipun menyakitkan, kita perlu menerima kenyataan bahwa tidak semua yang hilang bisa kembali. Waktu terus berjalan, dan yang bisa kita lakukan adalah mengikhlaskan meski perihnya masih terasa.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji perasaan dan penglihatan. Misalnya:
  • “waktu membulat, nanar” membangkitkan imaji visual tentang waktu yang terasa mengurung.
  • “menggambar dirimu yang dulu” memberikan visualisasi tentang usaha mengingat wajah atau kenangan.
  • “terkulai dengan tubuh gemetar” menghadirkan sensasi fisik dari kesedihan yang mendalam.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Majas metafora: “waktu membulat” menggambarkan perasaan waktu yang stagnan atau berputar di tempat yang sama.
  • Majas personifikasi: “pintu hatimu” memberi sifat manusiawi pada hati, seolah memiliki pintu yang bisa dibuka atau ditutup.
  • Majas simile: “bagaikan harapan dingin” membandingkan suasana hati dengan sesuatu yang beku dan tak memberi kehangatan.

Alex R. Nainggolan
Puisi: Paragraf Kehilangan
Karya: Alex R. Nainggolan
© Sepenuhnya. All rights reserved.