Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pergi Aku ke Balik Malam (Karya Taufiq Ridwan)

Puisi "Pergi Aku ke Balik Malam" karya Taufiq Ridwan bercerita tentang perjalanan batin seorang manusia yang menembus berbagai lapisan pengalaman.
Pergi Aku ke Balik Malam

Pergi aku ke balik malam
menentang langit:
Tegak ataukah telentang?

Pergi aku ke kaki langit
meraih cakrawala:
Garis lurus atau garis lengkung?

Pergi aku ke dalam Hujan
menengadah:
Air atau kasih tercurah?

Pergi aku ke balik Peristiwa
ingin mafhum:
Tangis ataukah senyum?

Pergi aku ke balik Semesta
menyimak:
Senantiasa lengang atau gemuruh?

Pergi aku di semua piatu
mengetuk:
Alangkah sunyi. Kemana pergi?

Pergi aku ke dalam Diri
mengulang tanya:
Masih jugakah Sangsi?

1972

Sumber: Horison (Januari, 1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Pergi Aku ke Balik Malam" karya Taufiq Ridwan adalah salah satu karya yang menyuguhkan perenungan eksistensial melalui simbol-simbol alam, semesta, dan pengalaman batin manusia. Puisi ini tidak sekadar menggambarkan perjalanan fisik, tetapi lebih jauh menyingkap pergulatan batin seorang penyair dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidup.

Tema

Tema utama puisi ini adalah pencarian jati diri dan pemahaman makna kehidupan. Penyair menghadirkan perjalanan imajiner ke berbagai dimensi — malam, langit, hujan, peristiwa, semesta, hingga ke dalam diri — sebagai bentuk kontemplasi terhadap misteri hidup.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin seorang manusia yang menembus berbagai lapisan pengalaman. Ia pergi ke balik malam, kaki langit, hujan, peristiwa, semesta, hingga kembali masuk ke dalam dirinya sendiri. Dalam setiap perhentian, muncul pertanyaan-pertanyaan yang menggugat kepastian, seperti apakah langit tegak atau telentang, hujan sekadar air atau kasih, peristiwa membawa tangis atau senyum, dan seterusnya.

Dengan demikian, puisi ini menghadirkan gambaran seorang penyair yang tidak puas menerima kenyataan begitu saja, melainkan terus menelisik, menggugat, dan mencari jawaban di balik yang kasatmata.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah keresahan manusia terhadap ketidakpastian hidup. Penyair mengekspresikan bagaimana manusia sering dihantui pertanyaan-pertanyaan fundamental: tentang makna alam, perjalanan waktu, pengalaman, hingga makna diri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa hidup tidak pernah memberi jawaban yang final; selalu ada ruang bagi sangsi dan pencarian terus-menerus.

Selain itu, puisi ini juga menyiratkan bahwa kebenaran dan makna tidak selalu ada di luar diri, melainkan bisa ditemukan dengan menengok ke dalam.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa kontemplatif, sunyi, dan penuh kegelisahan intelektual. Ada nada perenungan mendalam yang memunculkan nuansa serius dan bahkan sedikit getir, terutama ketika pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan tak menemukan jawaban pasti.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat dari puisi ini adalah bahwa manusia tidak boleh berhenti bertanya dan mencari makna. Hidup adalah sebuah perjalanan spiritual dan intelektual yang terus-menerus. Bahkan ketika jawaban tidak ditemukan, pertanyaan itu sendiri adalah tanda kehidupan batin yang kaya. Puisi ini juga mengajarkan pentingnya kembali ke dalam diri untuk menemukan hakikat yang sesungguhnya.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji yang kuat, antara lain:
  • "Pergi aku ke balik malam menentang langit" → imaji visual tentang seseorang yang menembus malam dan menatap langit.
  • "Pergi aku ke dalam Hujan menengadah" → imaji yang menghadirkan sensasi fisik menatap hujan, merasakan tetes-tetesnya.
  • "Pergi aku ke balik Peristiwa ingin mafhum" → imaji abstrak yang menggambarkan upaya memahami makna pengalaman.
  • "Pergi aku di semua piatu mengetuk" → imaji yang kuat tentang kesunyian, kesepian, dan keterasingan.
Imaji tersebut tidak hanya menghadirkan gambaran visual, tetapi juga memancing perasaan spiritual dan filosofis pembaca.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – Misalnya, “Pergi aku ke balik malam” bukan berarti benar-benar pergi ke malam, melainkan perjalanan batin menembus misteri gelap kehidupan.
  • Personifikasi – Langit, hujan, peristiwa, dan semesta seolah memiliki makna personal yang bisa diajak berdialog.
  • Pertanyaan retoris – “Air atau kasih tercurah?”, “Tangis ataukah senyum?”, “Senantiasa lengang atau gemuruh?” → pertanyaan-pertanyaan ini bukan untuk dijawab secara literal, melainkan menggugah perenungan pembaca.
  • Repetisi – Kata “Pergi aku…” yang berulang di setiap bait menekankan perjalanan dan kegigihan pencarian makna.
Puisi "Pergi Aku ke Balik Malam" karya Taufiq Ridwan adalah sebuah refleksi mendalam tentang pencarian makna hidup. Melalui tema pencarian jati diri, imaji yang simbolis, suasana kontemplatif, dan majas yang puitis, penyair berhasil menggambarkan kegelisahan eksistensial manusia. Puisi ini mengingatkan bahwa hidup bukan hanya menerima, tetapi juga terus bertanya, menelisik, dan merenung. Pada akhirnya, perjalanan sejati selalu kembali ke dalam diri.

Taufiq Ridwan
Puisi: Pergi Aku ke Balik Malam
Karya: Taufiq Ridwan

Biodata Taufiq Ridwan:
  • Taufiq Ridwan lahir pada tanggal 5 November 1946.
© Sepenuhnya. All rights reserved.