Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Perjalanan Pulang (Karya Yanuar Abdillah Setiadi)

Puisi "Perjalanan Pulang" karya Yanuar Abdillah Setiadi bercerita tentang seseorang yang menempuh perjalanan pulang dengan hati bungkam dan penuh ...

Perjalanan Pulang

Dalam perjalanan pulang kau bungkam
Langit-langit sore memancarkan wajah suram
Matahari semakin tenggelam dalam luka dalam
Dan hatiku siap terjun dalam jurang yang curam

Angin sore mengelusku dengan adib beradab
Menghembuskan aroma luka dan kecewa

Ladang yang subur dengan buyur cinta kasih
Kian hari semakin buyar pudar
Pada pohon tua yang lebat dan angkuh
Cicak bercicik melantunkan ode dengan sungguh
Ia ingin hatimu kembali luluh luruh
Pada sebuah kisah yang dahulu kau anggap rumah

2022

Analisis Puisi:

Puisi "Perjalanan Pulang" karya Yanuar Abdillah Setiadi merupakan karya yang sarat akan perasaan duka, luka, dan kerinduan yang berlapis. Dengan diksi yang puitis dan metaforik, penyair mengajak pembaca masuk ke dalam suasana batin yang penuh kegelisahan. Puisi ini mengisahkan perjalanan pulang yang bukan sekadar fisik, melainkan perjalanan emosional menuju kenangan, luka, dan rumah batin yang pernah ada.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kepulangan yang diliputi luka batin dan kerinduan pada sesuatu yang telah pudar. Kepulangan tidak lagi menghadirkan kegembiraan, melainkan perasaan getir, kecewa, dan kehilangan arah.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang menempuh perjalanan pulang dengan hati bungkam dan penuh luka. Dalam perjalanan tersebut, ia merasakan suasana sore yang muram, matahari yang tenggelam sebagai lambang kerapuhan hati, dan angin sore yang membawa aroma kekecewaan. Rumah atau tempat pulang yang dahulu penuh cinta kasih kini hanya tinggal kenangan pudar. Bahkan, simbol pohon tua dan cicak yang bercicit menggambarkan keinginan untuk menghidupkan kembali kisah lama yang sudah hilang.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah gambaran tentang kehilangan makna rumah dan kehancuran hubungan emosional. Rumah bukan sekadar bangunan fisik, melainkan ruang batin yang seharusnya menghadirkan kehangatan. Namun, ketika kasih sayang memudar, rumah hanya menjadi tempat penuh luka dan kekecewaan. Puisi ini juga menyiratkan tentang keterasingan batin: seseorang bisa pulang secara jasmani, tetapi secara jiwa ia tetap tersesat.

Suasana dalam puisi

Suasana yang hadir dalam puisi ini adalah muram, sendu, dan penuh kegetiran. Langit sore yang suram, matahari yang tenggelam dalam luka, serta angin sore yang membawa aroma kecewa semakin mempertegas nuansa batin yang rapuh.

Amanat / pesan yang disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah pentingnya menjaga cinta, kasih sayang, dan makna rumah sebagai tempat pulang. Jika cinta dan perhatian hilang, maka rumah hanya akan menjadi simbol luka dan kesepian. Selain itu, puisi ini juga menyampaikan pesan bahwa luka batin sebaiknya dihadapi dengan ketabahan, bukan dipendam hingga semakin dalam.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji yang kuat, terutama melalui gambaran alam dan suasana sore.
  • Imaji visual: “langit-langit sore memancarkan wajah suram”, “matahari semakin tenggelam dalam luka dalam”.
  • Imaji perabaan: “angin sore mengelusku dengan adib beradab”.
  • Imaji penciuman: “menghembuskan aroma luka dan kecewa”.
  • Imaji pendengaran: “cicak bercicik melantunkan ode dengan sungguh”.
Semua imaji ini membangun atmosfer puitis yang mendukung suasana muram dalam puisi.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi – “langit-langit sore memancarkan wajah suram”, “angin sore mengelusku”. Alam digambarkan seakan memiliki sifat manusia.
  • Metafora – “matahari semakin tenggelam dalam luka dalam” menggambarkan tenggelamnya harapan atau perasaan yang semakin rapuh.
  • Hiperbola – “hatiku siap terjun dalam jurang yang curam” sebagai gambaran berlebihan tentang perasaan terpuruk.
  • Simbolisme – “pohon tua” melambangkan kehidupan yang keras dan angkuh, sedangkan “cicak bercicik” melambangkan kerinduan akan kisah lama.
Puisi "Perjalanan Pulang" karya Yanuar Abdillah Setiadi adalah karya yang menggugah dengan kekuatan diksi dan simbol-simbol alam yang penuh makna. Ia berbicara tentang rumah, cinta, dan luka batin yang mengiringi perjalanan hidup manusia. Dengan tema yang melankolis, puisi ini mengajak pembaca merenungkan arti sejati dari “pulang”: bukan sekadar kembali ke tempat, melainkan kembali pada hati yang penuh kasih dan makna.

Yanuar Abdillah Setiadi
Puisi: Perjalanan Pulang
Karya: Yanuar Abdillah Setiadi

Biodata Yanuar Abdillah Setiadi:

Yanuar Abdillah Setiadi lahir di Purbalingga pada tanggal 1 Januari 2001. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto. Santri Pondok Pesantren Modern El-Furqon Purwokerto.

Karyanya telah tertulis di berbagai media, di antaranya; Majalah An-Nuqtoh, Litera.co.id, Tajdid.id, Mbludus.com, Ruangjaga.com, Sukusastra.com, Gokenje.my.id, dan Geger.id. Kontributor Covid-19 Pandemi Dunia (2020), Lintang 3 (2020), dan Di Ujung Tanjung  (2020).

© Sepenuhnya. All rights reserved.