Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pulang (Karya Hendro Siswanggono)

Puisi "Pulang" karya Hendro Siswanggono menghadirkan suasana yang sangat intim dan personal tentang makna kembali ke rumah, yang bukan sekadar ...
Pulang

/ seperti tragedi dengan kerinduan
kalau aku datang bukakan pagar benahi meja
masukkan lemari mobil-mobilan mainan boneka
baju-baju lama keluarkan mesin cuci
pintu-pintu kepala teralis jendela
sabun mandi
tuangkan sedikit dengan cetakan daki
menggosok-gosok mata dengan kata-kata
di atas baki dan stoples penuh kenangan
menyimpan bau roti
perjamuan keluarga di hari raya

kalau aku datang bukakan beranda tegakkan kursi
buku-buku tua mendesak ruang keluarga
kutu mati di lipatan kaki
nyaring dari piringan hitam cacat
pipa air bocor lampu-lampu neon 5 watt
bau ketiak di atas kasur guntingan koran
uban rambut kemaluan di lipatan seprei
kandang anjing dan tikus di atas plafon
anak-anak bongsor meniup balon
peluit robot berantakan mengerat telinga

kapan aku bisa datang lagi
pakaian kotor mengobrol bersama kursi tamu
tumbuh benih anggrek hijau dalam botol
musim semi dan bukit-bukit yang masih lagi

Betek, 2015

Sumber: Burung-Burung Liar Merayah Terbang ke Selatan (2020)

Analisis Puisi:

Puisi "Pulang" karya Hendro Siswanggono menghadirkan suasana yang sangat intim dan personal tentang makna kembali ke rumah, yang bukan sekadar sebuah tempat fisik, tetapi juga tumpuan berbagai kenangan dan perasaan yang kompleks. Puisi ini menggambarkan bagaimana rumah memuat segala hal kecil yang membentuk jejak kehidupan, serta perasaan rindu yang menyertai keinginan untuk pulang.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kerinduan akan rumah dan kenangan masa lalu yang melekat pada setiap sudut dan benda di dalamnya. Puisi ini juga menyinggung perasaan nostalgia dan keinginan untuk kembali ke tempat asal sebagai pelipur rindu dan penguat jiwa.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman batin seseorang saat ia membayangkan atau benar-benar pulang ke rumah lamanya. Semua benda dan ruang di rumah itu terasa hidup dengan kenangan—dari mainan, pakaian, aroma, hingga suara-suara masa lalu yang membentuk suasana penuh nostalgia dan kehangatan yang tak lekang oleh waktu.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah tentang betapa rumah lebih dari sekadar bangunan; ia adalah tempat berkumpulnya kenangan dan rasa rindu yang sulit terucap. Rumah memuat segala cerita kehidupan, mulai dari kebersamaan keluarga, masa kecil, hingga segala perubahan yang terjadi seiring waktu.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini terasa hangat, penuh kerinduan, namun juga menyiratkan kesan waktu yang berlalu dan kondisi rumah yang tak lagi sempurna—ada daki, pipa bocor, lampu yang redup, serta bunyi-bunyi yang mungkin terasa mengganggu namun justru memperkuat keaslian suasana rumah tersebut.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan puisi ini mengingatkan kita bahwa meski waktu terus berjalan dan segala sesuatu berubah, rumah tetap menjadi tempat yang menyimpan akar dan memori kita, serta menjadi tempat yang selalu ingin kita kunjungi kembali.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji yang hidup dan nyata, seperti:
  • “pagar,” “meja,” “lemari,” “mobil-mobilan mainan boneka,” menampilkan gambaran detail benda-benda rumah;
  • “sabun mandi... cetakan daki,” “piringan hitam cacat,” yang membangun kesan rumah yang penuh dengan jejak masa lalu;
  • “kandang anjing dan tikus di atas plafon,” menggambarkan keadaan rumah yang tak sempurna tapi tetap berarti;
  • “anak-anak bongsor meniup balon, peluit robot berantakan” yang menimbulkan kesan riuh rendah penuh kehidupan.

Majas

Dalam puisi ini terdapat penggunaan beberapa majas, antara lain:
  • Metafora: “pintu-pintu kepala” yang menggambarkan batas ruang sekaligus pikiran;
  • Personifikasi: “pakaian kotor mengobrol bersama kursi tamu” memberikan kehidupan pada benda mati;
  • Hiperbola: “nyaring dari piringan hitam cacat,” untuk menekankan suara yang tajam dan berkesan.
Puisi "Pulang" membawa kita pada perjalanan batin yang kaya akan memori dan rasa, mengingatkan bahwa rumah selalu menyimpan cerita yang tak tergantikan, di mana setiap sudutnya menjadi saksi perjalanan hidup yang penuh makna. Hendro Siswanggono berhasil menangkap kehangatan dan kompleksitas emosi saat kita kembali ke tempat asal, yang meskipun mungkin sudah berubah dan tak lagi sempurna, tetap menjadi tempat terpenting dalam hidup kita.

Hendro Siswanggono
Puisi: Pulang
Karya: Hendro Siswanggono

Biodata Hendro Siswanggono:
  • Hendro Siswanggono lahir pada tanggal 19 Oktober 1951 di Sidoarjo.
© Sepenuhnya. All rights reserved.