Pulasan Hidup
Depan cermin
berdiri aku menghias rupa
senyuman di bibir membunga cinta
di bawah listrik
yang nyorot empat puluh watt!
Putih kubedaki mukaku
bibir kumerahi 'nyala
dan kulilitkan selendang
pelangi hijau.
Depan cermin
tampak itu lukisanku
dan tampak itu
pulasan Manusiaku.
Malam ini aku cantik
kena sorot sinar api
bola listrik
tapi bila bulan telah kabur
dan bintang gelita pudar
pasti aku luntur s'gala
terkupas habis telanjang mati
dan senyuman berganti
mengembang racun!
Lambang dunia
pulasan hidup
memalsu diri semata!
Sumber: Pujangga Baru (April-Mei, 1948)
Analisis Puisi:
Puisi "Pulasan Hidup" karya S. Rukiah Kertapati adalah sebuah karya yang menggambarkan pemikiran seorang perempuan tentang citra diri dan tuntutan sosial terhadap penampilan. Puisi ini membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan persepsi tentang kecantikan dan identitas diri.
Penampilan dan Citra Diri: Puisi ini menggambarkan seorang perempuan yang berusaha mempercantik dirinya di depan cermin. Ia menggunakan senyuman dan berdandan untuk menciptakan citra diri yang cantik. Ini mencerminkan bagaimana penampilan sering kali menjadi fokus utama dalam budaya yang menekankan kecantikan fisik.
Listrik dan Pencahayaan: Puisi ini mencakup unsur pencahayaan, terutama lampu listrik dengan daya empat puluh watt. Penyair menyoroti bagaimana pencahayaan bisa mempengaruhi persepsi tentang kecantikan. Listrik menciptakan suasana yang memungkinkan penampilan seseorang menjadi lebih menarik.
Pergantian Siang dan Malam: Penyair menekankan perbedaan antara penampilan di bawah cahaya siang dan malam. Di bawah sinar matahari (siang), penampilan bisa terlihat sempurna, sementara di bawah cahaya bulan dan bintang (malam), penampilan bisa terlihat luntur dan berbeda.
Kritik Terhadap Tuntutan Sosial: Puisi ini mengungkapkan perasaan penyair terhadap tekanan sosial yang membuatnya merasa harus tampil sempurna. Penyair merasa bahwa tuntutan untuk selalu cantik adalah suatu kebohongan dan merupakan bentuk pemalsuan diri.
Pergeseran Identitas: Puisi ini mencerminkan bagaimana perempuan sering kali merasa perlu mengubah identitas mereka untuk memenuhi standar sosial yang diberlakukan oleh masyarakat. Ini dapat menghasilkan perasaan kehilangan diri sendiri dan ketidakpuasan terhadap citra diri yang sebenarnya.
Lambang Dunia: "Lambang dunia" dan "pulasan hidup" adalah ungkapan-ungkapan yang digunakan untuk merujuk pada realitas kehidupan yang seringkali berbeda dari penampilan luar. Penyair mengingatkan pembaca bahwa penampilan fisik hanyalah kulit luar, dan identitas sejati seseorang tidak dapat ditemukan dalam penampilan saja.
Puisi "Pulasan Hidup" mencerminkan dilema sosial yang sering dihadapi oleh banyak perempuan, terutama dalam masyarakat yang menekankan kecantikan fisik sebagai norma. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan nilai sejati dari identitas diri dan kecantikan yang sejati, yang tidak selalu terlihat di permukaan.
Puisi: Pulasan Hidup
Karya: S. Rukiah Kertapati
Biodata S. Rukiah Kertapati:
- S. Rukiah lahir pada tanggal 25 April 1927 di Purwakarta.
- S. Rukiah menikah dengan Sidik Kertapati pada tanggal 2 Februari 1952 di Purwakarta.
- S. Rukiah meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 1996 di Purwakarta.