Renungan (1)
Kubaca juga buku itu sembari menyisir rambut
yang sudah beruban. Detik jam, suara beca
dan asap obat nyamuk menyentuh bukuku.
Dan menggeluti pikiranku yang kabur dengan
rencana-rencana. Pelajaran luar biasa
dari nafsu bersenggama. Serta berkuasa.
Bagian yang tak pernah terasakan hanya
dengan kata-kata.
Sumber: Horison (Juni, 1976)
Analisis Puisi:
Puisi "Renungan" karya T. Mulya Lubis menghadirkan suasana yang intim, reflektif, sekaligus penuh perenungan mendalam mengenai perjalanan hidup. Melalui baris-baris sederhana namun sarat makna, penyair mengajak pembaca untuk melihat kehidupan dari sisi yang personal: usia, pengalaman, pengetahuan, dan keterbatasan manusia.
Tema
Tema utama puisi ini adalah refleksi kehidupan manusia di usia senja. Penyair menggambarkan kondisi seseorang yang membaca buku sambil menyisir rambut beruban, lalu merefleksikan pengalaman hidup, termasuk nafsu, kuasa, dan hal-hal yang tak sepenuhnya bisa ditangkap hanya lewat kata-kata.
Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh yang merenungkan perjalanan hidupnya. Saat membaca buku di tengah keseharian yang sederhana—ditemani suara beca, detik jam, dan asap obat nyamuk—ia tersadar pada hal-hal mendasar dalam hidup: pengalaman inderawi, dorongan nafsu, serta keinginan untuk berkuasa. Ada perasaan bahwa tidak semua yang dialami bisa dituangkan atau dipahami hanya dengan bahasa.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah keterbatasan kata dalam mewakili pengalaman hidup yang kompleks. Ada hal-hal yang tidak bisa hanya diajarkan lewat buku atau disampaikan lewat teori, melainkan harus dialami sendiri: kehidupan nyata, nafsu, perjuangan, dan kekuasaan. Rambut beruban menjadi simbol usia senja dan kesadaran akan perjalanan panjang kehidupan yang penuh dengan pelajaran.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini adalah hening, reflektif, dan agak melankolis. Penyair menuliskan latar keseharian yang sederhana—suara beca, detik jam, asap obat nyamuk—yang menegaskan kesunyian sekaligus memperkuat nuansa renungan pribadi.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang terkandung dalam puisi ini adalah bahwa hidup tidak hanya dipelajari lewat kata-kata, teori, atau buku, melainkan juga melalui pengalaman langsung. Setiap manusia perlu mengalami, merenung, dan mengambil pelajaran dari kehidupan sehari-hari, termasuk hal-hal yang mungkin tampak sepele tetapi sebenarnya penuh makna.
Imaji
Puisi ini memunculkan imaji yang kuat, di antaranya:
- Visual: rambut beruban, asap obat nyamuk.
- Auditori: detik jam, suara beca.
- Taktil: menyisir rambut, menyentuh buku.
Imaji tersebut menghadirkan suasana nyata dan sederhana, yang memperkuat kesan keintiman dan perenungan dalam puisi.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “rambut beruban” sebagai lambang usia senja dan pengalaman panjang hidup.
- Personifikasi: “asap obat nyamuk menyentuh bukuku” seolah asap memiliki sifat manusia.
- Sinekdoke: “detik jam” sebagai penggambaran waktu yang terus berjalan, mewakili perjalanan hidup.
Puisi "Renungan" karya T. Mulya Lubis merupakan refleksi pribadi yang mendalam tentang kehidupan, pengalaman, dan keterbatasan bahasa dalam menjelaskan realitas. Dengan tema tentang perenungan hidup di usia senja, puisi ini tidak hanya menghadirkan suasana yang tenang dan kontemplatif, tetapi juga memberikan amanat penting bahwa kehidupan sejati hanya bisa dipahami lewat pengalaman nyata, bukan sekadar lewat kata-kata. Imaji sederhana dan majas yang halus membuat puisi ini terasa hidup sekaligus menyentuh.
Puisi: Renungan
Karya: T. Mulya Lubis
Biodata T. Mulya Lubis:
- T. Mulya Lubis lahir pada tanggal 4 Juli 1949 di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.