Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sibaganding Sirajagoda (Karya Mansur Samin)

Puisi "Sibaganding Sirajagoda" karya Mansur Samin menggambarkan kisah seorang pria dengan reputasi yang menakutkan di sebuah kota, namun akhirnya ...

Sibaganding Sirajagoda


Tengah siang
di pojok nun, ke dalam restoran
berbondong para kuli berlesuan
duduk di sebaris bangku
dari bisik dan keluh:
Telah berbulan
tak ada kapal datang!

Sedang sama menatap ke bandar sana
terkuak pintu muka
suara siul mengalun
dari mulut kumis brenteng
tegak melangkah lagak perlente
bertopi pandan, bercekak pinggang
menatap awas ke tiap ruang
dengan gerak angkuh
menggeser sebuah bangku

Kuli-kuli cepat menyisih
terserak pergi
dari pandang yang heran
hati terus bertanya:
Dari mana pula munculnya
ini Sibaganding Sirajagoda
bukankah dirinya
sudah lama penghuni penjara?

Sambil mengunyah kacang
ia buka topi pandannya
tiba-tiba tinjunya
menghentam meja
dengan megahnya:
Kasi bir! Sambal Udang
Rokok Kowa dan Sate Padang!

Tengah bersantap dengan lahapnya
dari lorong utara
muncul kepala berpet kuning
Simarkamin Sikenpetai
kuli-kuli kerumun kembali
menanti apa kan terjadi:
Ini restoran
apakah bakal jadi gelanggang
dua jagoan?

Dengan gerak mengintai
berpaling Sibaganding
pelan meletakkan bir
tegap berdiri seperti singa
sambil memilin kumisnya:
Sibaganding Sirajagoda
siapa berani boleh coba!

Markamin terdiam
dan duduk tenang:
Teruskan makan Bung, silahkan minum
kedatanganku ke mari
bukan buat menangkapmu!

Satu demi satu
bubar para kuli
dan dari kerumun
terdengar bisik:
Sibaganding Sirajagoda
apa ada tandingnya di kota Sibolga?

Suatu hari
gerimis mendung memucat langit
sedang berteduh para kuli
dari sebuah bendi
turun opsir Nippon
menggandeng nona Indo
belanja ke dalam toko

Akan keluar dari meja kasir
di pintu telah menanti
Sibaganding Sirajagoda
dengan tampannya
bercekak pinggang
topi pandan berkibar
menatap tenang

Setelah bersiul
sebuah senandung
ia melangkah tegap maju
tangan yang hitam berbulu
menarik pinggang Sinonaindo
digandeng ke dalam sado
sedang Siopsir
melongo tak berkutik

Kembali beraksi Sirajagoda
menggeger kota Sibolga
inilah korban keduapuluh dua
perempuan kena tenungnya

Sibaganding Sirajagoda
siapa berani boleh coba

Musim gajian di akhir bulan
para kuli keluar dari labuhan
satu-satu hilang ke pakter tuak
di tengah celoteh dan cakap
dari pintu samping
muncul Sibaganding
semua jadi hening
ke sebuah meja makan
duduknya mekangkang
jarinya yang bugil
pelan mengusap kumis

Dalam kecemasan itu
semua dikagetkan dentaman tinju:
Mana tuak baru
Jengkol, Sambal pari
Cepat bawa ke mari!

Kuli-kuli balik menyisih
menanti apa yang akan terjadi

Selagi semua diam
dari lorong selatan
terdengar tawa riuh
menuju pintu

Di teritis dekat terali
sepuluh tentara Nippon
akan masuk terhenti
serempak melongo
menatap awas ke satu pojok

Semua mata penuh tanya
menanti gerak Sirajagoda
tapi tingkahnya yang bebas
senyum segar
jari mencukil gigi
mata melirik
dan tangan yang hitam
tenang mengangkat gelas

Dari rombongan tentara Nippon
seorang maju melangkah pelan
geraknya bagai kan menohok
mengekarkan lengan
tapi Sirajagoda
bersiul dan biasa
seolah tak terjadi apa-apa

Maka
di akhir teriakan tinggi
beterbangan stoples dan kursi
tuak berhamburan
dan di pojok tiang
sepuluh tubuh tentara Nippon
bertindih susun
tergeletak tak bergerak

Sibaganding Sirajagoda
dengan tenangnya
membersihkan bajunya
memilin kumisnya
dengan langkah pongah
pergi keluar

Sibaganding Sirajagoda
siapa berani boleh coba

Di hari Sabtu, hari pasaran yang sibuk
berdengung mobil-mobil truk dari timur
berloncatan tentara Nippon
menjaga ketat setiap lorong
sekitar pakter tuak
dikepung rapat

Gegerlah setiap pojok
telah tertangkap Sirajagoda
digiring ke Bonandolok
potong leher hukumannya

Sebuah pagi
di bawah langit yang cerah
ke sebuah pokok tusam
tubuh Sirajagoda
dirangket kuat

Tiba-tiba pedang samurai
menebas dan mendesing
tapi pental
lalu dicucuki dengan bayonet
ditikam dengan berbagai senjata tajam
tubuh Sirajagoda
tak apa-apa

Berapa senjata telah patah
berapa tangan telah benjol
tapi leher Sirajagoda
segubris pun tidak luka

Setelah putusasa
dibuka rangketannya
Sirajagoda senyum
dengan santun
minta minum

Hampir selesai meneguk cangkirnya
entah bagaimana mulanya
tubuh Sirajagoda
gaib tiada bekasnya

Begitu tersiar berita
ketakutan menggeger Sibolga

Atas ikhtiar Kenpetai
dihimpun para ahli
dari saran Datu Balemun
tentara Nippon dapat maklum:
Ilmu yang dipakai Sibaganding
bernama Ilmu Jugil
jika lehernya akan dipotong
jangan dirangket dengan tali
jika akan dibunuh dengan besi
jangan diberi minum air

Sedang merancang akan menangkapnya
dekat senja
betapa gempar kota Sibolga
dari sebuah kedai rampah
muncul Sirajagoda
menggandeng nona Cina
dan topi pandannya
berkibar megah

Maka beredarlah cerita:
Sibaganding Sirajagoda
bukan mati bukan menyerah
tapi korbannya keduapuluh tiga
nyonya tauke dari Singapura

Di pagi bersih
ketika ibu-ibu pergi mandi
tersiar pula berita:
Tadi dinihari
kedua orangtua Sirajagoda
telah diangkut dari rumahnya

Menjelang tengah hari
berita tersiar lagi:
Kedua orangtua Sibaganding
telah hampir mati
dipukuli kenpetai

Dari cerita seorang opas kantor
gempar pula setiap lorong:
dekat jam satu tadi
ada yang melihat Sibaganding
di Sarudik di tepi kali
sedang mandi hadap ke hilir

suatu hari di hari Rabu
betapa kaget para buruh
dari sebuah sampan
muncul tenang
mendarat Sirajagoda
menuju tangsi tentara

Bersorak tentara Nippon
telah menyerah Sirajagoda
di hari Selasa di Bonandolok
bakal menerima ganjarannya

Pada jam yang ditentukan
suatu pagi yang rawan
di bukit hutan selatan
tenang berdiri Sirajagoda
menanti hukumannya

Anak mata yang jingga
menatap jauh ke lembah
dari bibir yang basah
terdengar kata:
Kaulah rupanya Abang Daud
orang yang mereka suruh
harus membunuhku

Adikku Sibaganding
ketahuilah, tadi pagi
kedua orangtua kita
telah berpulang ke rahmatullah

Beginilah akibat darah mudamu
karena dorongan napsumu
telah kau cemarkan ilmu pusaka kita
yang diwariskan leluhur
guna keselamatan bersama

Dua hati lama berdeburan
semua kata tak terucapkan

Adikku tunggal Sirajagoda
ilmu pusaka dari warisan leluhur kita
bukan untuk pemuas napsu manusia!

Adikku, Sibaganding Sirajagoda
jika benar kau jantan
cobalah nilai perbuatanmu
apakah semua perempuan korbanmu
dapat membayar
nyawa kedua orangtua kita?

Sibaganding Sirajagoda
telah kau nodai kemurnian senjata
telah kau khianati nilai pusaka
untuk penebusnya
harus nyawa kita berdua

Dengan air mata berhamburan
dari sebuah rajut kumal
Daud mengeluarkan bungkusan
seberkas duri pandan
dilantingkan ke dada Sirajagoda
dipurukkan pada pundak dan kepalanya
serentak dua tubuh rebah ke bumi
tak bernyawa lagi

Mendung mengatapi kota
alam bagai berduka
melepas dua saudara
mati bersama

Di hari Rabu itu
empat jenazah sekeluarga
diusung ke kubur
dimakamkan bersama

Sibaganding Sirajagoda
tamat riwayatnya.

Sumber: Laut Biru, Langit Biru (1977)

Analisis Puisi:

Puisi "Sibaganding Sirajagoda" karya Mansur Samin adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kisah seorang pria dengan reputasi yang menakutkan di sebuah kota, namun akhirnya dia ditangkap dan dihukum mati. Puisi ini menggambarkan perubahan nasib karakter utama dan memberikan gambaran tentang konflik dalam masyarakat.

Gambaran Karakter Utama: Sibaganding Sirajagoda adalah karakter utama yang digambarkan sebagai sosok yang misterius, kuat, dan berbahaya. Dia memiliki reputasi sebagai seseorang yang harus ditakuti di kota tersebut.

Konflik dalam Masyarakat: Puisi ini menciptakan gambaran tentang ketegangan dalam masyarakat tempat kisah ini berlangsung. Para kuli dan penduduk kota merasa takut akan Sibaganding, tetapi mereka juga menantikan saat dia akan ditangkap.

Tindakan Heroik: Pada beberapa titik dalam cerita, Sibaganding menunjukkan tindakan heroik, seperti melawan tentara Nippon yang mencoba menangkapnya. Tindakan ini membuatnya semakin dikenal di kalangan penduduk kota.

Kehancuran dan Kematian: Puisi ini menciptakan suasana yang gelap dengan menggambarkan kematian Sibaganding dan keluarganya. Kematian mereka semua menggambarkan akhir dari kisah ini yang penuh konflik.

Penegasan Nilai Tradisional: Terdapat penekanan pada nilai-nilai tradisional dalam puisi ini, seperti nilai pusaka dan kehormatan. Daud, saudara Sibaganding, menghukum mati Sibaganding untuk mendamaikan kemarahan dan pengkhianatan yang dilakukannya.

Gambaran Alam: Puisi ini menggunakan gambaran alam untuk menciptakan latar cerita yang kuat, seperti mendung yang mengatapi kota dan alam yang tampak berduka saat pemakaman dilakukan.

Puisi "Sibaganding Sirajagoda" menggambarkan perjalanan karakter utama dari sosok yang ditakuti menjadi seseorang yang akhirnya dihukum mati atas perbuatannya. Puisi ini menyoroti nilai-nilai tradisional dan konflik dalam masyarakat, sambil memberikan gambaran kuat tentang latar cerita dan suasana.

Puisi Mansur Samin
Puisi: Sibaganding Sirajagoda
Karya: Mansur Samin

Biodata Mansur Samin:
  • Mansur Samin mempunyai nama lengkap Haji Mansur Samin Siregar;
  • Mansur Samin lahir di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1930;
  • Mansur Samin meninggal dunia di Jakarta, 31 Mei 2003;
  • Mansur Samin adalah anak keenam dari dua belas bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Samin Siregar dan Hajjah Nurhayati Nasution;
  • Mansur Samin adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.