Sukmaku Merdeka
sukmaku merdeka
tidak tergantung kepada Departemen Tenaga Kerja
semakin hari semakin nyata nasip di tanganku
tidak diubah oleh siapapun
tidak juga akan diubah oleh Tuhan pemilik sorga
apakah ini menyakitkan? entahlah.
aku tak menyumpahi rahim ibuku lagi
sebab pasti malam tidak akan berubah menjadi pagi
tiba-tiba saja hanya dengan memaki-maki 'taupun
dengan mengelu-elu matahari yang tidak datang-datang
waktu yang diisi keluh akan berisi keluh
waktu yang berkeringat karena kerja akan melahirkan
serdadu-serdadu kebijaksanaan
biar perang meletus kapan saja
itu bukan apa-apa
masalah nomor satu adalah hari ini
jangan mati sebelum dimampus takdir
sebelum malam mengucap selamat malam
sebelum kubur mengucap selamat datang
aku mengucap selamat pagi kepada hidup yang jelata
m e r d e k a !
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Sukmaku Merdeka" karya Wiji Thukul adalah sebuah ungkapan kuat tentang semangat kemandirian dan kebebasan yang tidak tergantung pada pihak lain, termasuk penguasa atau kekuatan lainnya. Puisi ini menggambarkan ketegasan dalam menghadapi hidup, ketidakpastian, dan perjuangan yang dihadapi oleh individu.
Semangat Kemandirian dan Kebebasan: Puisi ini mengawali dengan deklarasi kuat bahwa "sukmaku merdeka," yang menunjukkan semangat dan tekad untuk meraih kebebasan dan kemandirian. Penekanan pada "tidak tergantung kepada Departemen Tenaga Kerja" menunjukkan penolakan terhadap sistem yang mencoba untuk mengendalikan atau mengatur nasib seseorang.
Ketidakberpihakan Tuhan: Penyair menjelaskan bahwa kebebasan dan nasib seseorang tidak akan diubah oleh siapapun, termasuk Tuhan. Ini bisa diartikan sebagai bentuk kritik terhadap keyakinan bahwa keberadaan Tuhan akan memperbaiki semua hal. Penekanannya adalah pada tanggung jawab dan kekuatan individu untuk membentuk nasibnya sendiri.
Realitas Kehidupan yang Pahit: Puisi ini menyatakan bahwa "tidak juga akan diubah oleh Tuhan pemilik sorga," yang menggambarkan realitas pahit dari kondisi hidup yang tidak selalu sesuai dengan harapan atau janji agama. Ini bisa diartikan sebagai pandangan skeptis terhadap keyakinan bahwa segala sesuatu akan diperbaiki dalam kehidupan setelah kematian.
Penegasan pada Kehidupan Saat Ini: Penyair menekankan pentingnya "hari ini" dan "sebelum malam mengucap selamat malam" untuk hidup dengan penuh semangat dan tindakan. Puisi ini mengajak untuk menghadapi tantangan dan menciptakan perubahan di dunia ini, bukan hanya menunggu perubahan datang dari luar atau setelah kematian.
Pencarian Hidup yang Bermakna: Puisi ini menyampaikan pesan bahwa masalah terbesar adalah saat ini, dan penyelesaiannya adalah melalui tindakan dan pengaruh kita pada dunia. Pencapaian sukmaku merdeka adalah menciptakan hidup yang berarti dan tidak hanya menyerah pada keadaan.
Puisi "Sukmaku Merdeka" karya Wiji Thukul adalah seruan untuk hidup dengan semangat kemandirian, kebebasan, dan tindakan. Puisi ini mengajak kita untuk tidak menyerah pada takdir atau harapan yang tidak pasti, tetapi untuk mengambil tindakan untuk menciptakan perubahan dalam hidup ini. Dengan nada yang kuat dan tegas, puisi ini menginspirasi pembaca untuk hidup dengan penuh semangat dan keberanian, serta untuk mengambil kendali atas nasib mereka sendiri.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
