Surat yang ke Halmahera
Kepada Asrul Sani
Sang Penyair yang Pulang
assalamu'alaikum
warahmatullahi
wabarakatuh
aba, dan meme tercinta
serta muslimin dan muslimat sejati
di dusun utara halmahera berdanau sepi
di distrik galela desa ici
dalam tangan putra trakani
zaini joge dan jauhari barani
pradaprada yon psu yang pulang cuti
kukirimkan lima jilid Al Quran
ganti cium tangan di akhir ramadhan
pagi aba, meme dan semua muslim
dari kamar 2x2 ini, lesuku menyusun
rinduku merayapi ramadhan di dusun
dari kamar 2x2 ini, dusun kubayangkan
dan terasa senja yang menelungkupi dusun
menenggeri sebuah hati di perut kota
yang melututi sudutnya. Atas usiaku yang disianya
jadi tumpukan yang menimbun kegagalan
ketika surat ini kutulis
dari kamar 2x2 ini bayang melintas
senja lembah dusun mengepung habis
seluruh benak, hati dan napas
petani-petani yang tergesa pulang sebelum ashar
gema suara bocah menghalau sapi
gadis-gadis tergopoh menyibuki tungku api
karena buka puasa sedang terjun merebahkan jubahnya
bajang senja menghantar buka puasa
antara tanjung demi tanjung
dan bobane demi bobane sayang
gadis dan jaka mandi tertawa-tawa
sebab padi yang ditumbuk senja ini
sebab kopra yang ditimbang senja ini
adalah ranum yang menghias meja hidangan
bunda-bunda yang menjinjing tatapah
dan asap yang meliuk membiriti bubung rumah
dan kelom lelaki berketak ke mesjid
dan perempuan memapah tikar tergesa ke langgar
matahari yang terakhir menelungkup ujung nyiur
malam pun datang menutup dusun
di langgar gadis menghentar air goraka
sebab pacarnya yang dicintainya
sedang bersila membaca Wahyu Ilahi
kalau pagi idulfitri di dusun
aku biasa tahu selalu
awan putih berarak di atas danau
gumpalan dan bintiknya
menelentang di punggung danau
sebab Tuhan adalah mahawarna
yang membungkus semua
semua yang berlutut di bawah kening-Nya
dan karena Ia selalu hadir
juga pada dusun kita tersepi
Allahu Akbar Allahu Akbar
Cinta-Nya bermukim di dada dusun
aba dan meme sayang,
selamat idulfitri, pagi yang menang
maafkan dosaku, dosa putera di kota
jangan mimpi tentang awan hitam
karena dibawa kebesaran-Nya
putramu akan bangun. Semua akan bangun
dunia akan bangunkan cinta-Nya
Allahu Akbar Allahu Akbar
Kebesaran-Nya akan membungai nusantara ini
terimalah rebahan bibirku meme sayang
atas telapakmu, telapak penunduk ilalang bumi
telapak peruntuh pohon-pohon belantara halmahera bertani
rinduku di sini, serindu hatimu sayang
ampun dan maaf dari puteramu pada semua yang kudustai
andaikan tanya bertubi dari gadis pilihanmu sayang
atau jaka yang ikut besar di belukar-belukar tinju
sudi jawablah selalu dan sejujurnya:
dia senang nangis
di kamar 2x2 apak
atas puncak tragis
dicelupnya dalam sajak
Ibukota, Akhir Ramadhan, 1383
Sumber: Muara: lembaran sastra, seni dan budaya (28/06/1964)
Catatan:
- Trakani = nama gunung di halmahera utara.
- Tatapah = tempat padi.
- Bobane = tempat mandi di tepi-tepi danau.
- Prada yon psu = kepanjangan dari prajurit-prajurit dua batalyon penangkis serangan udara.
Analisis Puisi:
Puisi "Surat yang ke Halmahera" karya Indonesia O'Galelano adalah sebuah karya yang menggambarkan kerinduan, kehangatan, dan spiritualitas yang terkandung dalam budaya dan kehidupan sehari-hari di daerah Halmahera.
Kerinduan dan Koneksi Emosional: Puisi dimulai dengan salam kepada keluarga dan komunitas, mengekspresikan rindu yang mendalam terhadap mereka. Penyair mengirimkan pesan dari sebuah kamar kecil, mungkin jauh dari tanah air, yang memperkuat koneksi emosional dengan kampung halaman.
Sentuhan Budaya dan Tradisi: Puisi ini penuh dengan gambaran budaya lokal, seperti suasana Ramadhan di dusun, kegiatan sehari-hari, dan momen-momen kebersamaan selama bulan suci. Penyair merenungkan kehidupan sehari-hari di desa, mencakup aktivitas seperti buka puasa, pertanian, dan ritual keagamaan.
Kekuatan Spiritualitas: Ada penghormatan yang mendalam terhadap kekuatan spiritual dan agama dalam puisi ini. Suasana Ramadhan, shalat, dan ritual keagamaan lainnya disajikan dengan keagungan dan kekhusyukan yang mencerminkan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Halmahera.
Keindahan Alam dan Kehadiran Tuhan: Penyair menggambarkan keindahan alam Halmahera, dari matahari terbenam di atas danau hingga awan putih di langit pada pagi Idul Fitri. Alam dianggap sebagai manifestasi kebesaran Tuhan yang hadir dalam kehidupan sehari-hari.
Permohonan Maaf dan Pengampunan: Puisi ini mencakup elemen kesopanan dan etika sosial, dengan penyair meminta maaf kepada keluarga dan komunitas atas segala kesalahan yang mungkin dilakukan. Permohonan maaf ini menjadi bagian penting dalam budaya dan nilai-nilai masyarakat Indonesia.
Kesimpulan yang Memikat: Puisi berakhir dengan nada kebanggaan dan harapan, menyatakan bahwa kebesaran Tuhan akan mewarnai Nusantara. Ada keyakinan yang dalam bahwa kebaikan dan cinta Tuhan akan mengatasi segala kesulitan dan rintangan.
Secara keseluruhan, puisi "Surat yang ke Halmahera" adalah sebuah puisi yang menggambarkan kehidupan, kebudayaan, dan spiritualitas yang kaya di daerah Halmahera, sambil menyampaikan pesan cinta, kesederhanaan, dan harapan bagi masa depan.
Karya: Indonesia O'Galelano
Biodata Indonesia O'Galelano:
- Indonesia O'Galelano lahir pada tanggal 17 November 1940 di Galela, Halmahera, Maluku Utara.
- Indonesia O'Galelano meninggal dunia pada tanggal 1 Agustus 2012 di Depok, Jawa Barat.
- Indonesia O'Galelano adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.