Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tahukah Engkau Apa yang Kurindukan (Karya Syu’bah Asa)

Puisi "Tahukah Engkau Apa yang Kurindukan" karya Syu’bah Asa menggambarkan keinginan untuk mengalami hubungan cinta dalam berbagai latar alam yang ...
Tahukah Engkau Apa yang Kurindukan

Aku merindukan sebuah sungai yang kecil dan jernih dengan kebun-kebun yang luas tanpa semak di kiri-kanan.

Di sana kita berdua memetik buah, engkau dan aku.

Aku merindukan sebuah sungai yang kecil dan jernih yang melingkar di kaki sebuah vila. Di vila itu belukar tumbuh sampai jendela. Di vila itu sayup di bawah luasan kota.

Di sana kita memetik cinta, engkau dan aku.

Aku merindukan sebuah sungai yang kecil dan jernih yang mengalir di dalam sebuah hutan. Di hutan itu aku tersesat dan engkau tersesat. Di sungai itu kita bertemu. Kita terpaksa harus telanjang, kita terpaksa harus menangis. Kita harus membuat cinta, engkau dan aku.

Aku merindukan sebuah sungai yang kecil dan jernih yang mengalir di Taman Eden.

Daun-daun pisang mengkilap di balik pohonan salak, domba-domba berbaring di batang-pinang, kijang-kijang melompat menembus semak, burung-burung melayang rendah lintas semara.

Aku merindukan sebuah sungai di Taman Eden. Di sungai itu bulan mengandung. Di sungai itu air dan padang dan alang-alang.

Di sungai itu bahana meluas tidak terhingga. Di sana kita berdua, engkau dan aku.

Aku merindukan sebuah sungai, engkau dan aku. Engkau dan aku.

1973

Sumber: Horison (Maret, 1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Tahukah Engkau Apa yang Kurindukan" karya Syu’bah Asa adalah sebuah ungkapan rindu yang mendalam terhadap keindahan alam dan momen-momen intim. Puisi ini menggambarkan keinginan untuk mengalami hubungan cinta dalam berbagai latar alam yang indah.

Penggambaran Sungai yang Kecil dan Jernih: Puisi dimulai dengan penggambaran sebuah sungai yang kecil dan jernih, diiringi oleh kebun-kebun luas tanpa semak di kiri-kanan. Penggambaran ini menghadirkan suasana damai dan alami yang menjadi latar tempat berbagai momen cinta.

Pemetikan Buah dan Cinta: Penyair menyatukan adegan pemetikan buah dengan momen cinta. Pengalaman pemetikan buah bersama digambarkan sebagai alegori pemetikan cinta antara "engkau" dan "aku".

Penggambaran Villa dan Kota: Penyair menggambarkan sungai yang mengalir di kaki vila dengan belukar yang tumbuh sampai jendela. Ini menciptakan suasana vila yang tersembunyi namun terhubung dengan luasan kota. Penggambaran ini menciptakan kontras antara ketenangan dan keramaian.

Pertemuan di Hutan: Penyair menggambarkan pertemuan di hutan sebagai situasi yang memerlukan ketelanjangan dan kejujuran emosi. Pertemuan ini menghadirkan momen ketidakpastian yang harus diatasi bersama, menciptakan ikatan yang lebih dalam.

Taman Eden sebagai Simbol Keharmonisan: Penggambaran sungai di Taman Eden dengan elemen-elemen seperti daun-daun pisang, domba, kijang, dan burung, menghadirkan gambaran keharmonisan alam yang ideal. Taman Eden menjadi simbol keindahan alam dan hubungan yang penuh cinta.

Bahana yang Meluas: Bahana meluas yang disebutkan menggambarkan ekspansi perasaan cinta. Keinginan untuk merasakan momen indah bersama dengan pasangan terwujud dalam gambaran ini.

Pengulangan "Engkau dan Aku": Puisi berakhir dengan pengulangan kata "engkau dan aku," yang menunjukkan bahwa rindu dan keinginan untuk bersama terus hadir dalam setiap gambaran dan situasi.

Puisi "Tahukah Engkau Apa yang Kurindukan" karya Syu’bah Asa adalah ekspresi rindu dan keinginan untuk mengalami momen cinta dalam berbagai latar alam yang indah. Penggambaran sungai, hutan, vila, dan Taman Eden menciptakan latar yang kuat dan bermakna dalam menggambarkan perasaan cinta dan kerinduan. Melalui imaji-imaji yang kaya dan penggabungan elemen alam dengan emosi cinta, puisi ini berhasil menciptakan suasana yang puitis dan mendalam.

Syu’bah Asa
Puisi: Tahukah Engkau Apa yang Kurindukan
Karya: Syu’bah Asa

Biodata Syu’bah Asa:
  • Syu’bah Asa lahir pada tanggal 21 Desember 1941 di Pekalongan, Jawa Tengah.
  • Syu’bah Asa meninggal dunia pada tanggal 24 Juli 2010 (pada usia 69 tahun) di Pekalongan, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.