Analisis Puisi:
Puisi "Tahun pun Turun Membuka Sayapnya" karya Goenawan Mohamad mengandung refleksi yang mendalam tentang perjalanan waktu dan kesetiaan manusia di tengah gejolak zaman. Dalam bait-bait singkatnya, puisi ini mengajak pembaca merenungkan posisi manusia dalam arus sejarah dan waktu yang terus bergerak.
Tema
Tema utama puisi ini adalah waktu dan kesetiaan manusia dalam menghadapi perubahan zaman. Puisi ini bercerita tentang tahun yang seolah-olah turun dan membuka sayapnya menjelajah ke berbagai benua, menggambarkan luas dan cepatnya perjalanan waktu serta perubahan zaman. Di tengah keadaan yang penuh ketidakpastian—tergambarkan dengan lampu yang padam dan malam yang gelap—manusia tetap teguh dan setia membangun masa depan dan mengarungi abad yang sedang dijalani.
Makna Tersirat
Makna tersirat puisi ini menyiratkan bahwa meskipun zaman terus berubah dengan cepat dan penuh tantangan, manusia tetap mempertahankan semangat dan kesetiaan pada cita-cita dan harapan. Ada pertanyaan eksistensial yang muncul, yakni “Adakah sorga akan kemari?” yang mencerminkan kerinduan manusia akan kedamaian dan keselamatan di tengah kerasnya kehidupan.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini tercipta dari kontras antara kegelapan malam dan lampu yang padam dengan keteguhan manusia yang tetap berdiri dan berusaha membangun. Ini menghadirkan nuansa haru, kesunyian, sekaligus keteguhan dan optimisme.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa meski dunia dan zaman penuh ketidakpastian dan kegelapan, manusia harus tetap setia pada perjuangan dan cita-cita. Kesetiaan dan semangat itulah yang menjadi cahaya harapan untuk membangun masa depan.
Imaji
Imaji yang kuat dalam puisi ini meliputi:
- Tahun yang “turun membuka sayapnya” sebagai metafora waktu yang terbang luas dan menjangkau berbagai wilayah;
- Laut membias warna “biru langit tua” yang memberi gambaran visual akan luas dan kedalaman zaman;
- Lampu-lampu yang padam dan malam yang buta menciptakan suasana gelap dan penuh tantangan;
- Manusia yang tetap “ngungun berdiri” menghadirkan imaji keteguhan dan harapan.
Majas
Puisi ini menggunakan majas-metafora, seperti:
- “Tahun pun turun membuka sayapnya” sebagai personifikasi waktu yang diibaratkan sebagai makhluk bersayap;
- “Laut membias: warna biru langit tua” sebagai gambaran alam yang melambangkan perjalanan panjang dan perubahan;
- “Lampu-lampu padam dan malam buta” sebagai simbol kesulitan dan ketidakpastian zaman.
Puisi "Tahun pun Turun Membuka Sayapnya" karya Goenawan Mohamad membawa pembaca pada refleksi filosofis tentang waktu, perubahan, dan keteguhan manusia. Dengan bahasa yang sederhana namun padat makna, puisi ini menjadi renungan akan pentingnya kesetiaan dan keteguhan di tengah arus zaman yang tak pernah berhenti.
Puisi: Tahun pun Turun Membuka Sayapnya
Karya: Goenawan Mohamad
Biodata Goenawan Mohamad:
- Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
- Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.