Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Taman Ibu (Karya Asep S. Sambodja)

Puisi "Taman Ibu" karya Asep S. Sambodja bercerita tentang seorang anak yang mengenang ibunya melalui taman bunga yang pernah dirawat sang ibu.
Taman Ibu

ibu mencintai bunga
seperti ia mencintai anak-anaknya
ia tak ingin ada satu kuntum bunga pun yang terluka
ia belai daun-daun yang mulai tumbuh
dengan kasih sayang seorang ibu

ibu suka memanjakan bunga-bunga kecil
yang ia susun di pot-pot kecil
dan diatur di atas sumur tua depan rumah
bunga-bunga itu bermekaran
bercengkerama dengan kumbang dan kupu-kupu
banyak anak-anak bermain di situ

aku melihat ibu merawat bunga
seperti ia merawatku dulu
cintanya tulus tak terkatakan
bahkan bunga-bunga itu merindu
desah napasnya

aku menabur bunga warna-warni
di makam ibu
aku pahami kesedihan bunga-bunga
sepeninggal ibu
aku katakan bahwa meski ibu pergi
cintanya abadi

Jogja, 25 Juli 2010

Analisis Puisi:

Puisi "Taman Ibu" karya Asep S. Sambodja adalah sebuah karya yang sarat dengan perasaan kasih sayang, kehilangan, dan kenangan abadi seorang anak terhadap ibunya. Dalam puisi ini, Asep mengekspresikan betapa dalamnya cinta seorang ibu melalui simbol-simbol sederhana: bunga, taman, dan sentuhan kasih. Namun, di balik itu, juga hadir suasana duka karena sang ibu telah tiada, meninggalkan kenangan yang terus hidup di hati anak-anaknya.

Tema

Tema utama puisi ini adalah cinta dan kasih sayang seorang ibu yang abadi, meski ia telah tiada. Puisi ini menyoroti bagaimana cinta seorang ibu bisa hadir dalam setiap hal kecil, bahkan melalui bunga-bunga yang dirawatnya. Tema lain yang turut hadir adalah rasa kehilangan, yang diolah menjadi perenungan penuh makna.

Puisi ini bercerita tentang seorang anak yang mengenang ibunya melalui taman bunga yang pernah dirawat sang ibu. Bunga-bunga yang dahulu menjadi simbol kasih sayang kini menjadi saksi bisu kepergian sang ibu. Sang anak kemudian menaburkan bunga di makam ibunya sebagai tanda cinta dan penghormatan, sekaligus menyadari bahwa meski tubuh sang ibu telah tiada, cintanya tetap hidup.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa kasih sayang seorang ibu tidak pernah mati, melainkan terus abadi dalam ingatan dan kehidupan anak-anaknya. Bunga yang dirawat ibu menjadi simbol dari cinta yang penuh kelembutan, sementara makam yang ditaburi bunga menandai kesinambungan cinta itu meski telah dipisahkan oleh kematian. Ada pula pesan tentang bagaimana manusia bisa belajar merawat kehidupan dengan penuh cinta, sebagaimana ibu merawat bunga dan anak-anaknya.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini berlapis. Pada bagian awal, suasana terasa hangat, penuh cinta, dan penuh kelembutan, ketika digambarkan ibu merawat bunga dan anak-anaknya. Namun, memasuki bagian akhir, suasana berubah menjadi duka, sendu, dan penuh kerinduan, ketika aku lirik menabur bunga di makam sang ibu. Meski demikian, suasana ini tidak hanya menekankan kesedihan, tetapi juga menghadirkan rasa damai karena cinta ibu diyakini tetap abadi.

Amanat / pesan yang disampaikan

Pesan yang ingin disampaikan dalam puisi ini adalah agar kita menghargai, menyayangi, dan mengenang jasa ibu dengan sepenuh hati. Selain itu, puisi ini mengingatkan bahwa cinta tulus seorang ibu adalah warisan paling berharga, yang seharusnya terus dihidupi dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Amanat lain yang muncul adalah pentingnya merawat kehidupan, sekecil apa pun, dengan penuh kasih dan kelembutan.

Imaji

Imaji dalam puisi ini sangat kuat, terutama melalui deskripsi bunga, pot-pot kecil, kumbang, kupu-kupu, hingga sumur tua depan rumah. Imaji visual seperti “bunga-bunga itu bermekaran, bercengkerama dengan kumbang dan kupu-kupu” menghadirkan gambaran yang hidup. Imaji taktil dan emosional juga muncul dalam baris “ia belai daun-daun yang mulai tumbuh dengan kasih sayang seorang ibu”, yang membuat pembaca bisa merasakan kelembutan sentuhan ibu. Imaji ini semakin kuat ketika pada akhirnya bunga-bunga itu menjadi simbol kesedihan setelah ibu tiada.

Majas

Puisi ini juga kaya dengan majas.
  • Majas personifikasi muncul dalam baris “bahkan bunga-bunga itu merindu desah napasnya”, seolah-olah bunga bisa merasakan kehilangan dan kerinduan.
  • Majas perbandingan tampak ketika cinta ibu pada bunga disamakan dengan cintanya pada anak-anaknya.
  • Majas hiperbola hadir pada ungkapan “cintanya tulus tak terkatakan”, yang menekankan betapa besarnya kasih ibu.
Keseluruhan puisi juga diwarnai oleh simbolisme, di mana bunga dan taman menjadi simbol kasih sayang, kehangatan, serta kenangan abadi seorang ibu.

Puisi "Taman Ibu" karya Asep S. Sambodja bukan hanya sebuah renungan tentang kehilangan, tetapi juga perayaan atas cinta abadi seorang ibu. Melalui bunga dan taman yang penuh kehangatan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bahwa kasih seorang ibu adalah taman yang akan selalu hidup di hati anak-anaknya, bahkan setelah ia pergi.

Asep S. Sambodja
Puisi: Taman Ibu
Karya: Asep S. Sambodja

Biodata Asep S. Sambodja:
  • Asep S. Sambodja lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 15 September 1967.
  • Karya-karyanya banyak dimuat di media massa, seperti Horison, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Jurnal Puisi dan lain sebagainya.
  • Asep S. Sambodja meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 9 Desember 2010 (pada usia 43 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.