Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tiga Firasat Kematian (Karya Agit Yogi Subandi)

Puisi "Tiga Firasat Kematian" karya Agit Yogi Subandi bercerita tentang pengalaman batin seseorang yang merasakan pertanda akan kematian.
Tiga Firasat Kematian

Subuh, selembar daun ara jatuh di kepala
yang lain jatuh tepat di bawah pohonnya
tapi angin, tak ada.
tepat pukul enam,
angin, kendaraan, dan air mengalir
juga jantung, berhenti dalam tiga detik.
seseorang datang,
wajahnya samar akan kabar
langkahnya menggetarkan tanah.

2009

Analisis Puisi:

Tema utama puisi "Tiga Firasat Kematian" adalah kematian yang hadir secara tiba-tiba dan misterius. Penyair menghadirkan rangkaian tanda atau firasat yang mengisyaratkan datangnya ajal, melalui penggambaran suasana yang hening, peristiwa sederhana, hingga kehadiran sosok misterius.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman batin seseorang yang merasakan pertanda akan kematian. Dimulai dari jatuhnya daun ara di kepala, yang disusul oleh suasana tanpa angin. Kemudian, tepat pada pukul enam, segala pergerakan berhenti—termasuk detak jantung. Lalu, datanglah seseorang dengan wajah samar, yang seakan membawa kabar kematian. Puisi ini menyiratkan proses berpindahnya kehidupan menuju kematian dalam bentuk tanda-tanda yang simbolis.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa kematian sering kali memberi tanda, tetapi tanda itu tidak selalu kita sadari atau pahami. Jatuhnya daun, terhentinya aliran, dan kedatangan sosok asing menjadi lambang perjalanan terakhir manusia. Penyair ingin mengingatkan bahwa hidup dapat berakhir sewaktu-waktu, tanpa peringatan jelas.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang dibangun dalam puisi ini adalah hening, mencekam, dan penuh misteri. Tidak ada angin, tidak ada riuh, hanya tanda-tanda alam yang sunyi. Kehadiran sosok samar di akhir puisi memperkuat kesan tegang dan mistis.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini adalah bahwa manusia harus selalu siap menghadapi kematian, karena ia bisa datang kapan saja, bahkan melalui isyarat-isyarat kecil yang sering diabaikan. Penyair mengajak pembaca untuk merenungkan kefanaan hidup dan mempersiapkan diri sebelum ajal tiba.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji visual dan gerak yang kuat, seperti:
  • "selembar daun ara jatuh di kepala" → imaji visual yang sederhana namun simbolis.
  • "angin, kendaraan, dan air mengalir / juga jantung, berhenti dalam tiga detik" → imaji gerak yang tiba-tiba berhenti, memberi kesan dramatis.
  • "wajahnya samar akan kabar" → imaji visual yang penuh misteri.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: daun ara, angin, dan air seolah memiliki peran aktif dalam menyampaikan tanda kematian.
  • Metafora: tanda-tanda alam dipakai sebagai perumpamaan bagi proses datangnya maut.
  • Sinekdoke pars pro toto: penggunaan bagian tubuh seperti jantung mewakili keseluruhan kehidupan manusia.

Agit Yogi Subandi
Puisi: Tiga Firasat Kematian
Karya: Agit Yogi Subandi
© Sepenuhnya. All rights reserved.